Triandika Weblog Rotating Header Image

Vacation

Mountain Tour: Guci, Dieng, Baturraden

Liburan akhir tahun adalah kesempatan bagi keluarga untuk jalan-jalan. Setelah beberapa opsi tujuan wisata dan mengingat kunjungan keluarga Magetan di awal dan akhir masa liburan, maka pilihan dijatuhkan pada tour wisata pegunungan di Jawa Tengah yakni Guci Tegal, Dieng Wonosobo dan Baturraden Banyumas.

Ini bukan jalan-jalan dengan kendaraan pribadi yang pertama buat kami dimana Safa baru saja menginjak 1 tahun. Karena pada lebaran kemarin dengan Safa baru 8 bulan, kami juga mudik dengan kendaran pribadi dari Depok-Magetan dilanjutkan ke Bandung. Namun bedanya, perjalanan ini full di “jalanan” , sedangkan mudik menuju rumah tertentu untuk tinggal lebih lama. Maka, berbekal alat-alat yang didaftarkan saat mudik kemarin (serta padatnya jadwal), persiapan tour baru mulai dilakukan malam hari sampai pagi harinya sesaat sebelum berangkat, Jum’at 24 Desember 2010.

Jam 9 akhirnya mobil bergerak meninggalkan rumah, telat 1 jam dari rencana awal karena perihal packing.  Rute yang di ambil Pantura menuju Tegal, dilanjutkan jalan alternatif ke Wonosobo kemudian ke Purwokerto menuju Baturraden. Ternyata tol dan lalu lintas cukup padat (tampaknya karena liburan dan kami berangkat terlalu siang) sehingga Jam 12 baru keluar Cikampek via pintu Dawuan. Jam 17, sampai di Tegal untuk mendapatkan detil info jalan menuju Guci dan rekomendasi hotel disana.

Alhamdulillah, jam 18 sudah masuk Guci dan segara check-in di Hotel Mutiara. Hotelnya setara melati, namun karena sedang peak season maka harga nya naik hampir 2 kali lipat. Namun plusnya, hotel tempat menginap menyediakan kolam renang dari sumber air panas Guci, sehingga kami sekeluarga tidak perlu beramai-ramai mandi air panas di pemandian umum (Ayahnya Safa tetap mandi di pemandian Guci 🙂 ).

Agenda kami, Sabtu Jam 10 keesokan harinya harus sudah keluar dari Guci dan sejujurnya tidak banyak info mengenai obyek wisata apa saja Guci itu. Pagi hari setelah melihat pemandian Guci, berkeliling dengan kuda adalah satu cara yang cepat untuk mengetahui cepat obyek-obyek di area Guci.

Jam 10 sesuai rencana, kami bergerak ke Dieng dengan mengambil jalan alternatif dari Guci menuju Belik dan Purbalingga lalu ke Wonosobo. Jam 15.30, gerbang Dieng terlewati dan segera menuju ke Penginapan Bu Jono yang sudah dipesan 3 hari sebelumnya. Agenda kami di Dieng selama 2 malam, dan dengan banyak obyek wisata yang ada, mau tak mau maka kami memilih beberapa yang utama. Idealnya, minimal 3 malam dihabiskan untuk eksplorasi semua obyek di Dieng.

Tentang penginapan, harga nya sangat sepadan (mungkin karena sudah booking jadi aman), homey place to stay dan pelayanan yang memuaskan (makan, briefing dan peta wisata Dieng, tour guide dan keramahan). Very recommended.  Satu hal lebihnya, menantu laki-laki dari Bu Jono (sudah meninggal) adalah Geologi ITB 1972 dan orang Bandung (Sunda). Jadinya kami sering sekali diajak ngobrol banyak hal sembari kami makan. Klop dengan Bunda Safa berbicara Sunda dan Bandung :).

Tentang suhu udara, info yang kami dapat maksimum 15 deg Celcius. Di pagi hari terutama saat kami mendaki Sikunir 2,500 m DPL, saya percaya itu mendekati 5 Deg Celcius plus angin yang cukup kencang.

Agenda kami, hari Senin jam 10 sudah bergerak meninggalkan Dieng mengambil jalan alternatif melalui Pasar Batur menuju Banjarnegara. Sebenarnya kami ingin terus mengambil alternatif tidak masuk kota Banjarnegara, tapi melalui Rakit menuju Purwokerto. Namun, info di perjalanan bahwa kondisi jalan menuju Rakit banyak berlubang. Paling tidak dengan sudah mencoba akses lain dari/ke Dieng, maka kami mendapatkan kondisi jalan menuju Dieng dari Wonosobo lebih baik dibandingkan akses dari Banjarnegara. Padahal, sekitar 60% obyek wisata Dieng dikelola karena masuk wilayah Banjarnegara.

Jam 15.30, kami sampai di Baturraden dengan diiringi hujan lebat mulai dari Purwokerto. Tidak ada persiapan hotel untuk Baturraden, tidak ada teman yang pasti memberikan nama yang pasti untuk menginap. Jalan satu-satunya adalah berkeliling seputaran Baturraden, kemudian masuk ke area penginapan persis di depan Lokawisata dan Alhamdulillah, Wisma Wijayakusumah yang dimiliki oleh Korem tersebut masih ada cottage yang kosong. Karena model cottage, kami cukup mengambil 1 unit dan kasur angin yang dibawa cukup membantu untuk tidur Bibi. Harganya relatif terjangkau namun tidak ada air panas. Hitungan kami karena sudah berpengalaman di Dieng 2 malam, maka semalam Baturraden tanpa air panas bukanlah hal menakutkan.

Karena hujan sore itu, maka kami praktis tidak bisa menikmati Baturraden di waktu sisa dari jam 16 padahal seperti biasa, agenda kami maksimum jam 11 Selasa 28 Desember sudah keluar Baturraden menuju Depok (estimasi perjalanan 9 jam!). Akhirnya, hanya Lokawisata yang terdiri atas beberapa obyek yang berhasil dikunjungi mulai Selasa pagi. Sedangkan obyek yang lain misalnya Wanawisata, air terjun dan Pancuran Pitu (yang lokasinya juga di Lokawisata tapi jalan kaki 2 km) tidak bisa terkunjungi. Paling tidak kami mengenal, bahwa Baturraden adalah obyek wisata yang sangat cocok untuk keluarga terutama anak-anak untuk bermain seharian karena banyak pilihan obyek disana.

Perjalanan kembali ke Depok melalui jalur tengah (Purwokerto) bertemu dengan arus balik mudik kami (jalur selatan utama) dari Magetan di daerah Rawalo. Jadi selain untuk berwisata, tour ini juga untuk penguasaan medan jalur-jalur alternatif yang bisa di ambil untuk perjalanan mudik atau wisata ke depannya.  Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mempersiapkan mental keberanian untuk melakukan jelajah tersebut.

Alhamdulillah, jam 21.30 kami sampai rumah di Depok. Yang utama, Safa baik-baik saja dan cukup pulas tidurnya di perjalanan pulang. Bunda Safa dan bibi juga sempat tidur cukup. 9 Jam di perjalanan dari Baturraden ke Depok ditambah 2 jam untuk 2 kali istirahat adalah perjalanan yang cukup melelahkan. Total hampir 1,200 km dilalui selama 5 hari 4 malam. Muncul keinginan baru, 1 minggu penuh di perjalanan setelah Safa lebih 2 tahun. Tentu sebelum adiknya Safa lahir nanti, InsyaAllah.. 🙂

Notes:

  • Terima kasih kepada Aditya Bram Telkomsel atas info dan bantuannya untuk Guci.
  • Peta panduan perjalanan dari Peta Mudik Nissan 2010 (lebih baik dibanding Telkomsel :p).
  • Detail waktu dan biaya perjalanan, bisa didapatkan disini. Album foto sebagian bisa dilihat disini.
  • Selama perjalanan, kami melengkapi daftar standar perlengkapan untuk perjalanan jauh (ver. triandika).

@triandika

Lintas Generasi di Bogor dan Ulat Sutra

Pada kesempatan akhir pekan, kami di undang dalam pertemuan para ex pekerja Oil & Gas area Jabodetabek yang diadakan di kota Bogor. Perkumpulan ini kurang lebih awalnya di galang oleh ex Vico Indonesia (diantaranya yang mempunyai lapangan gas di Badak, Kalimantan Timur), yang kemudian bergabung ke Oil & Gas yang lain, seperti Medco, HESS, EMP dll. Karena sifatnya silaturahim, maka tidak ada salahnya kami dalam waktu senggang off duty datang jalan-jalan ke Bogor.

Dalam silaturahim sendiri tentu ada beberapa agenda, diantaranya tukar informasi, bakti sosial, arisan, dan sebagainya. Sesuai dengan latar belakangnya, maka para peserta silaturahim adalah bapak-bapak dan istri nya yang rata-rata sudah diatas usia 50 tahun atau seusia orang tua kami. Sangat jauh dengan kami, pasangan muda usia kurang dari setengahnya. Tentu awalnya kami merasa ‘risih’ karena perbedaan usia tersebut, namun suasana akrab dan kekeluargaan menghapus pelan-pelan rasa canggung itu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama kami bergaul dengan bapak-ibu yang usianya jauh di atas kami, karena di komplek perumahan kami (perumahan sejak tahun 70-an), hampir 80% penghuninya diatas 50 tahun. Selalu ada plus minus nya, bagaimanapun kami memandang hal-hal tersebut sebagai semacam “balancing” bagi kehidupan muda kami.

Silaturahim tersebut dilaksanakan di Rumah Sutra Alam, daerah Ciapus Kabupaten Bogor. Hal ini pula yang menjadi salah satu daya tarik kami untuk ikut datang, sambil melihat langsung proses pembuatan kain sutra di tempat tersebut. Sekarang kami akan ajak para pembaca untuk menelusuri perjalanan study tour kami ke Rumah Sutera Alam.

penjelasan murbei

Ini adalah salah seorang pekerja di Rumah Sutera yang sedang menjelaskan seluk beluk tanaman murbei. Dari tanaman inilah proses pembuatan benang sutera itu bermula. Tanaman murbei berasal dari Cina. Di Indonesia sendiri, murbei tumbuh di daerah basah, di lereng gunung yang banyak terkena sinar matahari. Di lahan sekitar 4 hektar ini, murbei dibudidayakan secara stek. Tidak hanya sebagai makanan ulat sutera, ternyata tanaman ini juga mengandung banyak manfaat untuk kesehatan. Daun murbei dipercaya dapat menormalkan tekanan darah, menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah, menurunkan kadar gula darah, menguatkan fungsi liver, memperlambat penuaan, mencegah flu, batuk, demam dan sakit kepala.. setidaknya begitulah yang kami baca dari kemasan Murbey Tea, yang sengaja kami beli disana sebagai oleh-oleh.Cukup dengan harga 15 ribu, kita bisa merasakan sensasi berbeda dari sebuah teh celup. Rasanya enak dan kaya manfaat.. (promosi nih). btw, anak farmasi itb kayanya belum ada yang meneliti ini deh :p (more…)

Dari Pangandaran Hingga Palembang

Menjadi ‘pengantin jarak jauh’ memang tidak mudah. Dalam sebulan hanya sekitar 10 hari bertemu. Karena itu sebisa mungkin waktu yang sempit tersebut dimanfaatkan dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang sifatnya pribadi maupun sosial direncanakan bersama-sama. Salah satunya adalah berjalan-jalan.

Alhamdulillah akhir februari lalu kami berkesempatan berjalan-jalan ke pantai pangandaran, pantai selatan yang beberapa tahun lalu diterjang tsunami. Kami berangkat menggunakan bis budiman Bandung-Pangandaran non AC dari terminal Cicaheum. Perjalanan ditempuh selama 5,5 jam dengan sekali pemberhentian istirahat di kota Tasikmalaya. Setelah itu kami memakai jasa tukang becak untuk mengantarkan kami ke penginapan. Hotel Sunset menjadi pilihan, karena lokasinya depan pantai dan harganya standar. Kelebihan hotel ini karena selain interior kamarnya yang nyaman juga dekat sekali dengan pantai. Sedangkan hotel lainnya ada yang jauh dari pantai dan ada juga yang berhadapan langsung dengan kios-kios yang berdempetan, sehingga dari segi pemandangan kurang bagus dibanding Sunset Hotel. Hanya saja kekurangan hotel ini adalah ’minim’nya sarana swimming pool (sempit) dan beberapa kekurangan yang sangat teknis, seperti keran air minum yang tersendat, handuk yang ternyata sedikit bolong, dan lemari yang beralas lantai..hehe. Tapi overall, jika teman2 sekeluarga berlibur ke Pangandaran, kami rekomendasikan hotel ini sebagai tempat peristirahatan.

cimg5578Pagi-pagi saat matahari terbit adalah waktu yang tepat tuk berolahraga. Kami berlari-lari kecil di pantai, mengagumi hamparan laut tak berbatas, mengukir nama kami di pasir sambil tersenyum. Flash..blitz pun menyala, tak bosan memuaskan sifat narsis yang terkadang muncul :).

cimg5660Ke Pangandaran rasanya tak lengkap jika tidak ke pasir putih. Arah barat laut dari Sunset hotel. Untuk mencapainya bisa dengan jalan darat atau jalan laut. Jika anda pilih jalan laut, yang tentunya lebih cepat dan menantang, anda harus lihai dalam menego supir perahu. Terdapat beberapa pilihan paket, yaitu hanya diantar ke pasir putih saja, mengelilingi pantai baratcimg5654 pangandaran saja atau paket setengah perjalanan, atau mengelilingi pantai barat hingga timur pangandaran atau paket kumplit. Pemandangan yang ditawarkan adalah gua sarang burung walet, karang-karang yang memiliki bentuk tertentu seperti batu kipas, karang iguana, karang buaya dan cimg5620karang kodok lompat, gaban atau rumah kecil di tengah laut, tempat nelayan menjaring ikan di malam hari, dan tentunya yang tak kalah menantang adalah gempuran ombak di sepanjang perjalanan. Betapa Allah telah menundukkan laut dan juga bahtera untuk manusia, agar laut itu bisa dilintasi dan agar nelayan dapat mencari penghidupan dengannya, dan agar kami bisa berfoto..hehe.

cimg5669Di pasir putih, petualangan takkan seru jika hanya berenang karena disana ada tempat wisata yang sayang jika tidak dikunjungi, diantaranya adalah gua-gua alam dan gua-gua jepang, tempat pertahanan diri dari tentara sekutu dan tempat pembantaian para pekerja romusha. Anda pun bisa tetap foto sambil bertualang asal pintar memilih tempat dan tema. Misalnya ”kemunculan dari gua bawah tanah” seperti kami :). Selama anda bisa menikmati setiap tempat yang anda kunjungi maka nikmatilah..sebelum itu hanya akan menjadi kenangan.

dsc00154Pilihan selain berenang adalah snorkling. Di pasir putih terdapat penyewaan alat snorkling lengkap, biasanya sudah sepaket dengan perjalanan naik perahu. Snorkling sambil menikmati taman laut kemudian pulang dengan menaiki kayu penyeimbang perahu berkecepatan tinggi di sisi kanan atau kiri tentu akan menjadi pengalaman tak terlupakan.

Ketika malam tiba, jangan lupa untuk berjalan-jalan ke pasar ikan di dekat pantai timur Pangandaran. Dari Sunset Hotel memang jauh, namun banyak becak yang setia menunggu. Konsep rumah makan di pasar ikan cukup unik, yaitu kita bisa pilih ikannya langsung di tempat. Tak lupa kami sarankan agar anda bertanya terlebih dahulu mengenai jumlah porsi untuk satu jenis makanan. Alih-alih anda hanya memesan 2 jenis makanan, malah terpaksa menghabiskan 4 porsi. Ya, karena 1 jenis makanan bisa dinikmati oleh 2 hingga 3 orang bahkan 4 orang.

First Flight..

cimg56922 hari telah berlalu, saatnya kami untuk pulang dan berbenah rumah. Namun agenda berubah setelah Mas Trian mendapat email undangan training di Palembang selama 2 hari. Ahad kami pulang ke Bandung, Selasa pagi kami berangkat ke Palembang. Sungguh ini pengalaman pertama saya naik pesawat, berada dekat dengan awan-awan putih yang melayang, ada yang tebal, ada yang tipis. Dari ujung timur, mentari mulai meninggi, sinarnya melukis cakrawala dengan warna keemasan. Indah tak dinyana, terimakasih ya Allah, terimakasih Mas.

cimg5771Di palembang, kami berjalan-jalan ke tempat yang direkomendasikan seorang kawan, asli Palembang :). Tidak ada salahnya jika anda juga berkunjung ke tempat-tempat tersebut jika anda sekeluarga ke Palembang. Diantaranya adalah sentra songket yang tidak hanya menawarkan kain songket khas palembang tapi juga berbagai cindera mata.

Untuk wisata kuliner, selain pempek ada martabak har, cimg5726yaitu martabak mini semacam telur dadar yang berisi daging dengan bumbu kuah santan dan sambal. Untuk wisata religi, ada Mesjid Agung Palembang. Selain itu tentu harus menyempatkan diri untuk mengambil foto di tempat yang benar-benar khas Palembang. Apalagi jika bukan jembatan Ampera dan Sungai Musinya.

triandika_amperaJembatan Ampera yang berdekatan dengan Benteng Kuto Besak dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II terlihat lebih indah di malam hari. Dan tampaknya warga disana tak mengenal hari kerja maupun libur, sebab baik weekend maupun weekdays, lokasi tempat melihat jembatan Ampera yang gagah menjulang terlihat ramai.

Waktu berjalan-jalan pun usai, kami harus kembali pada aktivitas rutin. Saya ke Bandung dan Mas Trian ke field. 2 minggu lagi baru bisa berjumpa. Alhamdulillah untuk kesempatan menikmati indahnya melintasi selat, Alhamdulillah untuk kesempatan memijak bumi sumatera selatan, Alhamdulillah…