Berawal dari pertemuan kami di sebuah mesjid di kota Bandung, tempat dimana akad diucapkan, disaksikan puluhan pasang mata yang ikhlas datang tuk memberi doa restu. Hari itu, tanggal 1 Februari 2009, kami mengikat janji, mengambil amanah untuk menjadi sepasang suami istri.
Kehidupan rumah tangga pun dimulai. Begitu manis, begitulah mungkin tahun-tahun pertama yang dirasakan oleh setiap pengantin baru. Hari berganti hari, karakter masing-masing mulai tampak jelas. Kebiasaan, cara mengambil keputusan, respon terhadap sebuah permasalahan, hingga manajemen waktu pun mulai membuka mata istri dan suami. Di tahun pertama pernikahan, atau bahkan mungkin seumur hidup, pekerjaan suami dan istri dalam rumah tangga adalah saling beradaptasi.
Pertengahan April 2009, setelah seminggu saya terlambat datang bulan, saya tes kehamilan dengan test pack. Malam itu sekitar jam 3, saya terbangun dan segera mengambil sampel urin pertama. Setelah beberapa menit, 2 garis berwarna merah pun muncul. Bergegas saya sampaikan hal ini pada mas Trian dengan tangan yang gemetar memegang test pack yang positif tersebut. Air mata pun jatuh berderai. Saya memeluknya erat seolah meminta agar ia menyadarkan saya bahwa ini bukanlah mimpi. “Alhamdulillah..”. Hanya itu kata yang keluar dari bibirnya. Terasa detak jantungnya semakin kuat dan nafasnya tertahan, bersusah payah menenangkan saya dan mencegah air matanya tak tertumpah. Benarkah secepat ini kami diberi kepercayaan menjadi orang tua, benarkah, pantaskah? Tapi bukankah salah satu tujuan pernikahan itu adalah untuk melestarikan keturunan? Agar kelak generasi masa depan lebih baik dari generasi kami. Dalam hening subuh kami hanyut dengan perasaan kami sendiri. Bahagia, ya, kami bahagia..
Beberapa hari setelah itu, kami pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan. Disana, di monitor USG, kami melihat sebuah titik hitam yang menunjukkan ada calon manusia berada dalam rahim saya. Ini memang bukan mimpi, ini nyata. Dengan minimnya pengalaman kami, dan juga kota depok adalah kota yang baru bagi kami, maka untuk memilih dokter dan rumah sakit bersalin, kami mengandalkan internet dan juga nasehat dari saudara yang sudah lama tinggal di depok. Dengan pertimbangan berupa biaya, jarak, fasilitas, kebijakan rumah sakit tentang IMD dan rawat gabung akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada rumah sakit Mitra Keluarga, dengan dr.Sintha Utami sebagai konsultan. Setiap bulan kami rutin memeriksakan kandungan. Melalui USG kami bisa melihat kondisi bayi kami, detak jantungnya dan panjang tubuhnya. Pada bulan-bulan mendatang, melalui USG, informasi mengenai berat janin sudah mulai ketahuan. Dokter hanya membuat garis-garis pada bagian yang katanya kepala dan perut. Keluarlah angka-angka dan singkatan-singkatan yang jika dikombinasikan akan memberi informasi berat janin. Saya ingin sekali bertanya tentang singkatan-singkatan itu, namun rasanya dokter akan mengira hal itu tidak penting untuk ditanyakan. Yang penting bagi seorang wanita hamil adalah tahu janinnya normal dan baik-baik saja. Sepulang ke rumah, saya segera menjelajahi internet untuk mempelajari singkatan-singkatan itu. Inilah informasi yang saya dapatkan :
CRL (Crown Rump Length) : Ukuran jarak dari puncak kepala ke ’ekor’ bayi untuk mengukur usia kehamilan trimester 1.
BPD (Biparietal Diameter) : Ukuran diameter tulang pelipis kiri dan kanan, untuk mengukur usia kehamilan trimester 2 dan 3.
FL (Femur Length) : Ukuran panjang tulang paha bayi. Untuk mengukur usia kehamilan trimester 2 dan 3.
AC (Abdonimar circum ferencial) : Ukuran lingkar perut bayi. Untuk mengukur usia kehamilan trimester 2 dan 3.
Jika AC dikombinasikan dengan FL dan BPD akan menghasilkan perkiraan berat bayi (EFW).
Bagi para calon ibu hendaknya memiliki tabel perkembangan janin yang dapat diunduh di internet atau di buku-buku perkembangan janin dalam kandungan. Selain itu, mempersiapkan bahan konsultasi sejak dari rumah juga diperlukan terutama bagi calon ibu yang kesulitan berimprovisasi dalam konsultasi spontan dengan dokter, seperti saya :). Hal-hal yang sepele pun juga lebih baik ditanyakan daripada dipendam dan menyesal setelah sampai rumah.
Bulan Ramadhan, tepatnya 11 September 2009, saya check up rutin ke dokter. Kali ini tidak diantar mas Trian seperti biasanya, tapi ditemani ibu. Saat itu usia kandungan telah mencapai 179 hari atau sekitar 6 bulan. Saat pemeriksaan berlangsung, dokter menemukan keganjalan. Ia mengatakan ada pelebaran ventrikel lateral sekitar 0,97 cm. Kontan saya kaget dibuatnya. Saya menebak ada kelainan jantung karena dokter menyebut istilah ventrikel. Ternyata yang dimaksud dengan ventrikel adalah bagian dari otak. Oleh karena itu saya diminta untuk tes TORCH yang biayanya cukup mahal, sekitar 1,6 juta. Sepulang dari dokter, seperti biasa saya mencari informasi di internet tentang pelebaran ventrikel lateral. Sungguh apa yang saya peroleh dari internet membuat saya tercengang, takut tak terkatakan. Pelebaran ventrikel lateral, apalagi jika sudah sampai 10 mm dapat menyebabkan hidrosefalus. Hidrosefalus?? Dan pelebaran ventrikel lateral salah satunya disebabkan oleh infeksi toksoplasma, karena itu dokter meminta saya tes TORCH. Dunia serasa sempit dan gelap. Mengutuk diri sendiri karena telah teledor menjaga kesehatan ‘si kecil’. Makanan apa yang telah saya makan, zat kimia berbahaya apa yang telah saya telan, benarkah karena aktivitas di laboratorium selama ini, benarkah karena saya sering pp depok-bandung? Seharusnya saya mendengar nasehat teman-teman untuk berhati-hati menjaga kandungan. Astagfirullah, hari itu betapa saya merasa bersalah. Sepanjang malam terus mengusap perut sambil berdoa agar apa yang saya takutkan tidak terjadi. Ya Rabb, maafkan hamba..
1 minggu berlalu dan hasil pemeriksaan TORCH keluar. IgM semuanya negatif, sedangkan IgG positif dan HI avidity. Hasil pemeriksaan USG berikutnya pun Alhamdulillah tidak ditemukan pelebaran ventrikel lagi. Subhanallah..
Bagi para calon ibu, hendaknya selalu memperhatikan makanan yang dimakan setiap hari. Perhatikan tingkat kematangan dan kebersihannya. Hindari steak yang digoreng setengah matang, hindari jajanan yang higienitasnya diragukan, hindari sayuran yang belum dimasak.. Jika ada waktu dan rezeki, jangan lupa untuk memeriksa TORCH di lab-lab rumah sakit.
Hari ini, usia kandungan saya telah mencapai 33 minggu atau sekitar 8 bulan. Artinya telah 9 bulan kami merangkai kisah. Hari-hari menjelang persalinan mungkin tidak akan terasa. Beberapa teman silih berganti menyampaikan kabar gembira mengenai kelahiran putra dan putri mereka. Begitu banyak cerita yang mereka bagi dan semoga kami bisa mengambil pelajaran.. Mohon doa dari rekan-rekan agar kami diberi kesabaran, keikhlasan dan rasa kasih sayang dalam mendidik putra/i kami kelak. Begitu pun dengan rekan-rekan yang telah mendahului kami..Dan yang antri di belakang kami 🙂