Triandika Weblog Rotating Header Image

Vacation

Jelajah 5 Kota United Kingdom

Liburan akhir tahun di musim dingin adalah liburan yang dinanti oleh berjuta penduduk Eropa. Tentu saja bagi kami, perantau sementara di tanah Skotland, kesempatan ini tidak kami sia-siakan.

Menyiapkan liburan dengan mengunjungi beberapa kota tentu membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, apalagi membawa anak kecil (meski baru satu sih dan usianya sudah 5 tahun). Selain menyiapkan pakaian (apalagi winter), makanan, transportasi, dan penginapan, yang paling utama adalah menentukan objek liburan dan itinerary nya. Dalam waktu 12 hari kota dan objek apa saja yang worthed untuk disambangi.

Setelah mengumpulkan info dari rekan dan juga info dari Google, kami putuskan untuk mengisi liburan winter kali ini di kota Glasgow, Edinburgh, Manchester, Liverpool dan London. Itinerary pun kami susun, namun tidak terlalu mendetail. Kira-kira skema perjalanannya adalah seperti ini :

skema perjalanan 1

Yang penting juga dalam menyiapkan liburan adalah menetapkan penginapan dan moda transportasi yang digunakan. Lokasi, jarak tempuh dan fasilitas adalah faktor yang yang harus diperhatikan. Tapi yang lebih penting lagi adalah tentu saja biaya. Daftar hotel dan hostel serta jenis transportasi pun kami buat dan kami bandingkan satu dengan yang lain. Berikut adalah penginapan dan moda transportasi yang kami pilih :

Skema perjalanan 2

Dan penjelajahan pun dimulai..

Part 1 : Aberdeen – Glasgow

Pagi itu pada jam 7.30, matahari belum menampakkan rona wajahnya. Winter memang musim yang ‘melenakan’… Selepas sarapan, kami bersiap untuk berangkat ke terminal bis Union Square Aberdeen. Tepat pukul 8.35 pagi bis pun melaju menuju kota pertama dalam rute perjalanan kami, Kota Glasgow. Bismillah..

Glasgow adalah kota terbesar di Skotlandia, dan termasuk kota terbesar ketiga di United Kingdom. Berdasarkan Rough Guides Poll, Glasgow ini terpilih sebagai “friendliest city in the world”.  Itu gimana surveynya ya ? Lalu predikat warga Indonesia yang katanya ramah-ramah itu berdasarkan survey gak ya?

Di kota ini Kami mengunjungi Kelvingrove Art Gallery and Museum, Kelvingrove Park, George Square dan tentunya University of Glasgow. Masih banyak lagi tempat yang menarik, tapi sayang waktu yang kami miliki hanya sebentar, hanya satu malam saja kami menginap.

Glasgow1

Glasgow2

 Part 2 : Glasgow – Edinburgh

Selepas makan siang dan sholat dzuhur-asar di salah satu masjid di Kota Glasgow, kami segera menuju terminal untuk naik bus Citylink yang akan mengantarkan kami ke kota Edinburgh. Waktu tempuh Glasgow-Edinburgh cukup singkat yakni hanya 1 jam 19 menit.

Edinburgh menurut kami terkesan lebih klasik dan rapi dibanding Aberdeen dan Glasgow. Selain itu beberapa tujuan wisata dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Itu sebabnya di hari kedua kedatangan kami ke Edinburgh, kami ikut Free Walking Tour yang menjadi agen tour favorit para turis di beberapa kota di Eropa. Perjalanan dimulai dari Edinburgh Castle dan berakhir di National Museum of Scotland. Namun dari sekian banyak tempat yang kami kunjungi dengan berjalan kaki selama 2,5 jam, tempat yang paling menarik adalah kuburan.. hihi. Iya kuburan yang menjadi inspirasi J.K Rowling untuk menggunakan nama Tom Riddle dalam novel Harry Potter. Jadi kalau mau cari inspirasi gak harus selalu jalan-jalan di taman, kuburan juga bisa kok jadi inspirasi :p. Lalu bagaimana dengan Elephant House yang mendadak menjadi terkenal karena J.K. Rowling sering menulis di kedai itu? Pastinya kami melipir kesana juga dong, apalagi letaknya tak jauh dari hotel kami menginap, hanya sayang saat itu gedung di atas Elephant House sedang diperbaiki, jadi kami perlu ‘bekerja keras’ untuk mendapat angle foto yang bagus.. hihi.

Edinburgh  (80)

Edinburgh  (23)

Edinburgh Tour

Tak jauh dari Edinburgh Castle terdapat toko (Tartan Weaving Mill) yang menyediakan jasa foto studio dengan pakaian tartan lengkap khas skotlandia. Dan memang salah satu alasan kami ke Edinburgh Castle adalah mengunjungi studio foto ini, bukan malah masuk ke castle-nya..hihi. Untuk mendapatkan 2 lembar foto ukuran A4, biayanya sebesar £34.95. Lumayan mahal juga sih.. tapi hasilnya bagus juga kok dan minimal sekali seumur hidup lah ya nyoba baju tartan yang aslinya harganya muaahaall.

Edinburgh - Fam Photo 1

Edinburgh - Fam Photo 2

Oya setelah berfoto di Edinburgh Castle, kami makan siang di Restoran Marhaba, restoran timur tengah yang direkomendasikan teman kami yang kuliah di Edinburgh University. Selain murah, letaknya juga strategis yaitu dekat dengan masjid besar Edinburgh dan juga tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Pelajaran  penting pertama bagi kami sebagai keluarga yang lebih doyan jalan kaki (karena sehat dan murah) dan juga bawa anak kecil, memilih hotel yang strategis ternyata menjadi salah satu kunci dalam perencanaan wisata dalam kota.

Part 3 : Edinburgh – Manchester  

Hari-hari di Edinburgh pun berakhir. Kota tujuan kami berikutnya adalah Manchester. Untuk perjalanan kali ini kami memilih Train yang tiketnya sudah kami pesan jauhari sebelum liburan. Oya, untuk mendapatkan potongan harga tiket sebesar 30%, kami gunakan Family Rail Ticket yang tentunya kami pesan juga sebelum berangkat. Pokoknya selama ada promo, diskon, voucher asal jelas jangan sampai dilewatkan..hehe.

Begitu tiba di hotel Ibis Budget, kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan misi terbesar kami di Manchester, apalagi kalau bukan jelajah stadion Manchester United dan Manchester City…hihi. Untuk sampai ke stadion Old Trafford kami memilih naik tram, karena ternyata stasiunnya tidak jauh dari hotel Ibis Budget. Biasanya stadion-stadion sepakbola Eropa dan UK menawarkan fasilitas tour yang tentunya berbayar. Mengingat misi kami ‘cuma foto’ aja, jadi tentu saja kami tidak terlalu tergiur dengan tour itu.. hemat bukan? :p.

Tiba di Stadion Old Trafford, kami berjumpa dengan wisatawan-wisatawan Indonesia dan Malaysia. Setelah diperhatikan baik-baik, kebanyakan wisatawannya memang orang Indonesia dan Malaysia. Mereka juga mungkin punya misi yang sama dengan kami yaitu ‘cuma foto’…wkwkw.

Hari kedua di Manchester bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Praktis tidak ada yang menarik dari kota ini… jalanan sepi sekali. Untunglah saat itu ada teman yang berbaik hati yang mengajak kami jalan-jalan (beneran jalan kaki). Kebetulan teman kami ini kuliah di University of Manchester. Thanks to Fajar, Radith dan Ratri atas jamuannya dan ‘petunjuk’-nya. Pelajaran penting kedua adalah pikirkan kembali masak-masak kalau mau berlibur saat natal di kota-kota UK, karena selain seluruh tempat atraksi dipastikan libur, transportasi pun ikutan libur. (Maaf ya Kakak Safa, liburannya sekalian jalan sehat.

IMG_20141224_141627_1

IMG_20141224_152211_1

Part 4 : Manchester – Liverpool

Perjalanan ini semacam bonus atau mungkin “maksa”. Kenapa? Pada awalnya Liverpool tidak masuk dalam kota tujuan liburan kami. Tapi alasan pertama mengapa pada akhirnya kami ‘maksa’ ke Liverpool adalah letak kota ini yang tidak terlalu jauh dari Manchester (kurleb 1 jam dengan bus). Alasan kedua adalah sayang saja kalau kami harus melewatkan Stadion Anfield Liverpool dari daftar jelajah stadion kami :p. Dan ternyata memang kami ‘benar-benar maksa’ setelah tahu bahwa bus yang beroperasi dari Manchester ke Liverpool pada hari itu hanya satu kali yaitu jam 4 pagi (bayangkan jam 4 pagi kala winter L). Alhasil sesampainya kami di Liverpool jam 5.15, langit masih gelap mencekam, angin berhembus cukup kencang (lebay), Stance terminal di Liverpool pun kurang nyaman karena ‘terbuka’, kami memilih tiduran sambil duduk di kursi salah satu Stance yang kami anggap cukup aman. Bergantian kami menggendong Safa yang saat itu tengah terlelap tidur. Kami pun bergantian sholat setelah seorang bule pegawai lokal menawarkan kami untuk menggunakan kamar mandi di kantornya. Mungkin pikirnya kasian dua sejoli beserta putrinya ini seperti tak tahu arah tujuan.. wkwkwk.

Jam 8 pagi, kota Liverpool mulai berdenyut, langit pun tampak lebih cerah meski matahari belum datang. Safa sudah bangun sejak kedua kalinya kami ditawari oleh si bule baik itu untuk memakai kamar mandinya. Setelah selesai dengan urusan bersih-bersih diri, kami berjalan menuju Albert Dock, pelabuhan yang terkenal di Liverpool.

Kawasan Albert Dock adalah one stop attraction, karena di sini terdapat hampir semua atraksi wisata, mulai dari museum, arena konvensi, wheel, hotel, toko souvenir hingga pusat perbelanjaan. Tapi karena hari itu tanggal 26 Desember, atau terkenal dengan nama boxing day, maka banyak toko-toko yang tutup. Untunglah ada satu toko souvenir, kepunyaan orang timur tengah sepertinya, yang buka di hari itu. Kami pun masuk dan membeli beberapa souvenir magnet.

Liverpool (6)

Di sini ada Museum The Beatles Story yang menyimpan rekam jejak Beatles sejak ia berdiri sampai John Lenon dan Paul Mc Carney bersolo karir. Ah tapi kami bukan penggemar Beatles, plus museumnya juga ikutan tutup, jadi cukuplah kami ‘berfoto’ saja.. hihi.

Liverpool (11)

Tujuan perjalanan selanjutnya setelah kami sholat dzuhur adalah Stadion Anfield. Dari station bus kami naik Bus Arriva dan membeli ‘return ticket’. Bus ini mengantarkan kami tepat di depan stadion Anfield yang ternyata… tutup saudara-saudara. Gerbang besar bagian depannya tutup, gerbang belakang juga tutup.. padahal apalah da kami cuma pengen foto :(. Karena gerbang depan tutup, sementara dari gerbang ke jalan raya hanya dipisahkan oleh trotoar untuk sekitar 4 pejalan kaki jadi kami gak dapet angle yang cakep untuk foto.. ah males nih Liverpool FC.

 Liverpool (29)

Part 5 : Manchester – London

Tibalah hari menuju kota terakhir dalam itinerary perjalanan kami, ya Kota London. Waktu tempuh dari Manchester menuju London dengan menggunakan bus adalah sekitar 5 jam. Begitu tiba di Victoria Coach Station tepat pukul 2 siang, kami segera mencari tempat untuk makan siang. Alhamdulillah nemu resto fast food yang ternyata halal, padahal niatnya mau cari fish and chips aja. Resto yang terletak di kompleks pertokoan di Buckingham Palace Road ini namanya adalah Food Galleries.  Tak lupa kami pun memesan makanan untuk bekal makan malam di wisma.

Di London kami menginap di Wisma Caraka yang berlokasi di daerah Hendon, North London. Wisma ini menjadi pilihan terakhir karena 2 wisma yang lain sudah full booked yaitu Wisma Indonesia dan Wisma Merdeka. Meski cukup jauh dari pusat kota, tapi Wisma ini hommy banget. Pengurus wisma, namanya Mbak Lusi beserta suami, begitu ramah dan asyik untuk diajak ngobrol. Kami pun sering bertukar cerita di kala sarapan. Wisma ini amat sangat recommended.

London (34)

Lima hari di London saat musim liburan tidaklah cukup, terutama bagi wisatawan yang tidak ingin melewatkan setiap objek wisata di kota Prince William ini. Apalagi hampir di setiap tempat wisata dipastikan antrian pembelian tiket terlihat mengular. Mengingat liburan kami adalah liburan keluarga hemat jadi kami memilih wisata yang free. Yang penting bisa terdokumentasi dengan baik.

Kami mengunjungi London Bridge, Tower Bridge, London Eye (Cuma lihat aja.. gak kuat lihat antriannya dan harga tiketnya :p), Big Ben and Parliament House, Trafalgar Square, Horse Guard Parade dan prosesi changing guard nya. Untuk wisata museum ‘gratis’, kami mengunjungi Victoria and Albert Museum, Natural History Museum dan Science Museum. Dari Science Museum kami berjalan kaki menuju Harrods, yaitu Mall besar kepunyaan mendiang Dodi Al Fayed.

Untuk urusan makan, seperti biasa kami mencari restoran timur tengah yang sedia doner kebab atau fish and chips. Tapi mumpung ada di London, tak lupa kami juga bertandang ke Warung Padang London yang terletak di China Town. Kami memesan ayam pop dan semangkuk bakso, ah seger banget, kerinduan kami akan masakan padang pun terbayar sudah :p. Setelah kenyang bersantap masakan cita rasa nusantara, kami berjalan menuju Loon Fung yaitu chinese supermarket yang terkenal di kota London. Namun sayang, saat itu tempe yang kami incar sedang kosong stoknya. Jauh-jauh ke London nyarinya tempe :p.

London (89)

London (149)

London (183)

5 hari berlalu di kota London, berakhir pula waktu liburan kami. Tiba saatnya pulang ke kota dingin berangin, kota Aberdeen. Dari London menuju Aberdeen kami naik Megabus dengan waktu tempuh perjalanan 13 jam. Perjalanan terjauh dari sekian perjalanan antar kota dalam itinerary kami. Perjalanan terjauh namun begitu indah, karena kami membawa bingkisan cerita yang kelak akan selalu kami kenang. Teringat dengan lirik klasik, God speed the day, when I’m on my way, To my home in Aberdeen.      

Weekend: Inverness dan Aviemore

Inverness adalah capital city untuk Council Highland, sebuah kawasan di ujung utara-barat UK (Aberdeen di ujung utara-timur). Dari Aberdeen menempuh perjalanan 3 jam bus atau 2.5 jam train. Karena daerah utara, maka Inverness juga dingin, seperti halnya Aberdeen. Bedanya, pada bulan Januari lalu Inverness salju lumayan tebal, sedangkan Aberdeen lebih banyak angin sehingga salju turun tidak rutin sehingga tidak banyak timbunan salju.

Family Snow

Nah, karena alasan salju lah kami jalan-jalan weekend ke Inverness. Butuh persiapan seminggu sebelumnya untuk booking transportasi dan 1 malam hotel, alhamdulillah masih dapat harga ‘bersaing’. Perginya pakai train Scotrail) Jum’at pagi bertiga £12.8 dan pulangnya Sabtu malam (Megabus) bertiga £3 (iya bener £1 per orang :D).

Sengaja beda transportasi supaya bisa mencoba, meskipun paginya bisa dapat £1  juga atau malamnya bisa dapat £12.8 juga. Khusus untuk train, kami juga memesan plus bus ticket bertiga tambah £4.5 dimana pada hari jum’at nya bisa dipakai putar-putar kota Inverness sampai puas (kalau tiket harian bus £3.5, jadi lebih murah plus bus 🙂 ).

Karena pertimbangan transportasi dalam kota itulah, maka hari pertama kami fokus ke dalam kota Inverness. Apa yang menarik disana?

1. Inverness Castle

Well, sebenarnya ini bukan castle dimana ada show room atau visitor room. Karena castle yang ada di tengah kota Inverness ini sekarang adalah kantor Polisi. Ketika saya ‘protes’ di Visitor centre, mereka malah jawab justru orang sini kalau pergi ke castle Inverness artinya bermasalah :).

Inverness Castle

2. Inverness Museum and Art Gallery

If you want to know the history of highland’s story including its culture, you definitely need to go to this museum, just behind the Inverness Castle. You will get in touch with some clothes, and gaelic language (there is about 6% Highland’s people speak gaelic now). You should also come to Inverness’s visitor centre, just next to the museum. They are very helpful. If you haven’t known what to do in Inverness, go to them. You better ask them first if you want to, for example step on ‘river ness’s small island’, cause sometimes it’s closed.

Diatas adalah review saya tentang museum tersebut di Tripadvisor. Meskipun kecil, museumnya menarik ada sentuhan personalnya.

3. Visitor Centre

I like their idea to put which countries visitors are originally from on the world map. They are helpful. You better stop by here if you don’t know yet what to do in Inverness.

Diatas adalah review saya di Tripadvisor juga, menyambung dari review tentang museum sebelumnya.

4. Market and City Centre

Belum ke sebuah kota kalau belum ke Market, katanya. Tidak sebesar market di Aberdeen (jangan bayangkan market seperti di Indonesia ya.. 🙂 ), namun ada beberapa yang jual pernik-pernik Highland disana. Nah..souvenir ini yang penting kan hehe. Market persis di depan train station, dimana tidak jauh sebelah train station ada bus station. Di City centre semacam Promenade juga, jadi nyaman buat jalan kaki.

5. Ice Centre, Botanical Garden, and Whin Park

Ini yang sebenarnya menarik, Ice Centre yang bisa Ice Skating di Inverness buka sepanjang tahun. Tapi..karena dipakai oleh atlet profesional maka buka untuk publiknya hanya beberapa jam dalam seminggu. Jadi mending cek website atau telepon langsung (kami ‘kecele’ karena pas tutup hihi).

Ice Centre berada di area olahraga, termasuk ada Botanical Garden disana. Masuk FREE, ini penting :D. Agak ke belakang botanical garden ada Whin Park yang juga free. Whin Park ini semacam playground untuk anak-anak. Ada sungai kecil dan dipinggi River Ness juga. Sangat cocok buat anak-anak plus orang tua bisa foto-foto :).

Lalu pada hari kedua (terakhir), agendanya adalah pagi ke Loch Ness dan siangnya ke Aviemore. Inverness kotanya kecil, sehingga dari hotel ke Bus Station kami jalan pagi, hemat dan sehat :D.

Loch Ness

Malam sebelumnya sudah beli tiket online Citylink supaya lebih murah, Inverness ke Loch Ness sekitar 30 menit. Target kami setengah hari di Loch Ness dan siangnya ke Aviemore. Di Loch Ness (Loch = Danau), terdapat Urquhart Castle yang bagus, tapi bayar. Jadi kami cukup lihat dari atas saja karena hanya sebentar disini, dan Safa asyik sekali buat Snowman (alasan supaya ga masuk castle hehe).

Safa Mini Snowman

Oiya, Loch Ness yang pintu masuk Urquhart Castle ini in the middle of nowhere. Jadi jangan berharap ada gubuk kopi atau bahkan restoran. Tempat makan terdekat 15 menit jalan kaki, terdapat Loch Ness Exhibition Centre yang bagus juga disana. Kami yang awalnya browsing mau kesana dikira dekat akhirnya tak jadi karena jauh dari berhentinya bus. Maklum ga pakai mobil :D.

Urquart Castle

Kalau ada rezeki waktu lebih, boleh juga mencoba Loch Ness Cruise, bisa mudah di browsing. Jadwalnya siang, jadi ga match juga dengan jadwal kami (baca: alasan :D). Tapi mungkin lebih tepat memang bawa mobil sendiri kesana, bisa sekalian dari Inverness-Loch Ness-Oban dan Fort William.  Jika dilanjutkan bisa mutar lagi lewat Glasgow-Dundee baru Aberdeen. Sounds good.. 🙂

Aviemore

Tujuan kami sebenarnya ingin ke Cairngorm, gunung yang juga terdapat ski-resort. Maksud utama adalah mencoba train khusus ke area ski, yakni funicular railway. Namun ternyata jadwalnya sangat mepet plus ada ketemuan dengan teman di Aviemore akhirnya kami tidak jadi mencoba funicular. Well, ini jadi justifikasi baru untuk kesana lagi nanti hehe.

Jadi kami praktis hanya makan siang dan main salju di Aviemore. Alhamdulillah ada area di depan hotel yang bisa buat seluncur, dan Safa suka sekali. Saking semangat guling-guling seluncur, akhirnya dipinjami papan seluncur oleh orang lain hehe. Tidak lupa, coba-coba buat snowman yang jadi obsesi Safa. Lumayan 1 mini snowman masing2 di Loch Ness dan Aviemore :).

Sled

Safa and Snow

Building Mini Snowman

Oiya, dari Inverness ke Aviemore kami naik train. Cuma 30 menit tapi lebih mahal karena baru beli malam sebelumnya. Di Aviemore saljunya lebih tebal dari Inverness, karena memang Aviemore adalah kota untuk naik ke kawasan Cairngorm. Kotanya kecil mirip kecamatan kalau di Indonesia, tapi mungkin karena Cairngorm jadi station nya lumayan besar.

Makanan Halal

Kalau jalan-jalan, mencari makanan halal adalah tantangan tersendiri. Namun dengan bantuan Google Map sekarang, hal itu jadi lebih mudah. Di google map Inverness, tinggal ketik Inverness halal food store maka akan akan muncul di lengkap dengan lokasinya.

Walaupun Inverness kota kecil, untungnya masih ada food stores disana. Sayangnya, sebagian besar (atau selalu) makanan halal yang ada adalah kebab atau fast food (fish/chicken and chips) dan buka nya sore-malam hari. Jadi untuk yang hanya weekend get-away seperti ini, bawa nasi cukup dari rumah bisa membantu jadi nanti tinggal beli lauknya.

Strategi yang paling akhir lainnya adalah beli makanan vegetarian atau fish di resto/store umum (seperti di Aviemore, kami makan di Resto Australia di train station). Lagi-lagi tidak ada nasi disana. Jadi kalau untuk jalan berhari-hari, ada baiknya membawa rice cooker sedangkan berasnya bisa beli banyak di stores umum. Maklum orang Indonesia kalau tidak makan nasi apalagi sampai berhari-hari kurang lengkap. 🙂

Daytrip: Sukabumi dengan KA Pangrango

Niat untuk mencoba KA Pangrango Bogor-Sukabumi akhirnya kesampaian hari libur 25 Desember kemarin. Dua minggu sebelumnya adalah rencana awal, tapi karena kehabisan tiket kereta maka akhirnya pesan 7 hari sebelum hari-h melalui online ticketing. Dan ternyata benar, tiket Sukabumi di hari weekend/libur sebaiknya dibeli beberapa hari sebelumnya (bisa dipesan mulai 7 hari sebelum berangkat). Maklum, KA ini sekarang menjadi primadona baru masyarakat baik Sukabumi/Bogor ataupun wisatawan yang ingin mencoba kereta seperti kami. Kami memilih kereta paling pagi dari Bogor 7.35 dan kembali ke Bogor 15.20 dari Sukabumi.

Karena kami membeli tiket online, maka kami harus menukarkan print tiket online ke tiket asli di counter atau stasiun kereta yang online. Yang agak tidak mengenakan adalah prosedur penukaran harus dilakukan maksimum 1 jam sebelum keberangkatan. Saya telepon ke CS KAI, apakah SOP 1 jam itu artinya sistem nya tidak bisa input data lagi atau itu hanyalah prosedur pencegahan supaya penumpang tidak tergesa-gesa. Namun CS tidak bisa menjawab pertanyaan saya tersebut.

Logikanya, penumpang sudah bayar tiket jadi tidak ada alasan tidak bisa berangkat gara-gara tidak print tiket asli (ingat, KA belum seperti pesawat dengan sistem boarding). Lalu, ketentuan pembatalan perjalanan bisa dilakukan sampai 30 menit sebelum berangkat atau dianggap hangus. Terakhir, last minute pun orang masih bisa beli tiket secara manual artinya sistem masih buka. Jadi, SOP 1 jam harus print tiket asli tersebut hanya menyusahkan penumpang, contohnya jalur Bogor-Sukabumi ini.  Koq bisa?

Jadi karena 7.35 berangkat maka sesuai SOP jam 6.35 harus sudah print tiket. Nah.. KRL (Manggarai) ke Bogor sebelum jam segitu adalah KRL yang di Depok Baru (DPB) jam 5.33 sampai Bogor Jam 6.01, karena KRL berikutnya di DPB jam 6.19 sampai Bogor Jam 6.46. Jadi, saya adalah korban nya yang harus ambil KRL DPB Jam 5.33, dan ternyata banyak orang masih bisa print tiket sampai jam 7! Artinya, lain kali kalau mau mencoba rute ini, maka bisa ambil KRL DPB Jam 6.19, sehingga ada waktu santai untuk persiapan.

DPB 5.30

Oiya, KA Pangrango ini naik turun penumpang dari Stasiun Paledang Bogor, dari stasiun KRL jalan kaki ke selatan menyeberang jalan sekitar 300 meter/10 menit menyusur rel. KA Pangrango pertama berangkat dari Sukabumi jam 5.10 dan sampai Bogor jam 7.20, sedang terakhir dari Bogor jam 6.00, sangat cocok juga bagi orang Sukabumi yang ingin jalan2 1 hari di Bogor.

Stasiun Paledang ini menurut saya bukanlah stasiun, tapi halte kereta. Bagaimana disebut stasiun jika fasilitas dasar tempat duduk, toliet tidak ada. Menurut satpamnya, akan dilakukan pembenahan lagi ke depannya dan tidak mungkin menyatukan stasiun KRL dengan KA Sukabumi karena KRL sendiri sudah cukup crowded. Namun menurut saya, area terbatas dan lokasi yang mepet dengan rumah penduduk membuat St Paledang sulit dikembangkan menjadi stasiun yang layak. Sayang, padahal bisa lebih baik dengan mengembangkan stasiun KRL yang ada sehingga bisa cukup memperbaiki fasilitas 1 stasiun dan terintegrasi antara KRL dan KA Sukabumi.

St Paledang

Halte Paledang

KA Pangrango datang tepat waktu, saatnya menikmati kereta Ekonomi AC yang murah meriah (Rp 15 ribu sekali jalan).

Naek KA

Safa Tidur

KA Ekonomi AC

Waktu tempuh 2 jam 10 menit tidak begitu terasa, dan Safa pun cukup lelap tidur hehe.

View

View KA

Dan.. tiba di Sukabumi, disambut bangunan klasik stasiun yang masih gagah. Betul2 sayang kalau rute ini dulu sempat mati, dan akan lebih baik jika rute ini dilanjutkan kereta terusan ke Cianjur lalu Bandung.

We are here, Sukabumi

Safa LoL

Luar St Sukabumi

Dari stasiun, kami menuju Sela Bintana (SB), sebuah hotel***+resort yang juga dibuka untuk umum dan terdapat fasilitas umum yang cukup nyaman. Kenapa SB? Karena SB yang paling bisa dijangkau dengan rute day trip Sukabumi. Dari stasiun sekitar 30 menit, naik angkot pink kemudian ganti angkot merah sampai mentok. Sekali naik, angkot Sukabumi 3 ribu per dewasa jauh dekat.

Berikut ini beberapa fasilitas SB. Kawasan SB ini lumayan dingin, jadi cukup nyaman.

Harga tiket nya 5 ribu per orang, atau paket naik mobil hingga bus. Hati2.. sebaiknya anda meminta bukti karcis karena normalnya petugas tidak akan memberikannya (baca: dikorupsi). Bukan masalah ada plang jelas (jika tidak ada karcis, maka tidak diasuransikan), namun kesempatan korupsi harus dicegah :).

Tiket Sela Bintana

Peringatan Tiket

Kami menikmati SB dengan cara menyewa tikar (nyewa 10 ribu) sambil makan makanan kecil. Safa bermain busa sabun untuk membuat balon.Safa Balon Tiup

Tidak lupa.. foto keluarga. heheKeluarga

Setelah dhuhur, kami makan di warung yang banyak ada di sebelah kiri pintu gerbang SB. Jam 2, kami meluncur ke bawah menuju tujuan berikutnya, Pabrik Moci.

Warung Makan SB

Jika anda ingin ke pabrik Moci seperti kami, sebaiknya turun dari kawasan SB paling lambat jam 13.30, sehingga cukup waktu memilih-milih Moci dan mengejar angkot ke stasiun. Dan karena keterbatasan waktu tersebut, kami ‘gagal’ mendapatkan moci yang paling top di Sukabumi, Moci Lampion. Kawasan pabrik moci ini, adalah berupa jalanan masuk pemukiman yang katanya total ada 5 pabrik moci di dalamnya.

Dari SB ke Pabrik Moci (30 menit), naik angkot merah lagi kemudian pindah angkot kuning, jangan lupa bilang ke Pabrik Moci. Untuk ke stasiun, naik kuning lagi arah yang sama terus pindah ke angkot pink. Dari pabrik mocil ke stasiun sekitar 15 menit. Jangan lupa selalu sebutkan tujuan sehingga sopir angkot akan mudah berhenti dan mengoper ke angkot berikutnya.

Pabrik Moci

Moci Store

Safa Angkot

Sampai kembali ke stasiun Sukabumi. Oiya, jangan lupa saat print tiket pagi di Paledang sekalian untuk tiket pulang nya sehingga begitu di stasiun Sukabumi tidak tergesa-gesa. KA Pangrango dari Bogor tiba jam 15.15 dan kami pun siap untuk naik kembali.

Sudah menjadi skenario, untuk pulang kami naik eksekutif (Rp 35 ribu) sehingga lengkap pengalamannya. Hmm.. harga memang ga bohong, nyaman bukan? hehe. Dan Safa juga menikmati nya sebelum terleap tidur lagi.

Naik KA Eks

KA Nyaman

KA Eksekutif

Ada yang bilang toilet kereta jorok? Saya menilai sekarang jauh lebih baik dari dulu, yang ekonomi tidak kotor dan yang eksekutif cukup bersih.

Oiya, satu saran lagi perihal pemilihan kursi terutama jika pesan melalui online ticketing. Kursi KA Ekonomi saling berhadapan, misal kursi nomor 1 berhadapan dengan 2, no 3 dengan 4 dst. Tampilan online, 3 seri CDE 1 tempat duduk dan 2 seri AB 1 tempat duduk. Padahal realitanya, 3 seri ABC 1 tempat duduk, 2 seri DE 1 tempat duduk. Sedang untuk KA Eksekutif, urutan seri nya di gerbong ABDC (artinya A dan C di jendela), bukan ABCD seperti tampak online. Kedua hal susunan kursi ini harus diperbaiki oleh KAI di tampilan online nya.

Akhirnya Jam 17.35 kami sampai di Paledang, dan menyeberang jalan menuju stasiun KRL menuju Depok. KRL berangkat dari Bogor jam 18 dan kami sampai di rumah Jam 19, Alhamdulillah.

Menyeberang Jalan Bogor

Ternyata cukup banyak orang yang melakukan day trip, karena banyak bertemu orang yang sama dari pagi hingga sore. Orang-orang mulai menikmati ke  Sukabumi dengan KA, karena jika perjalanan darat konon bisa sampai 4-5 jam. Apalagi jika bersama anak-anak, maka rute Sukabumi ini jadi rute KA antar kota non KRL yang nyaman, plus cukup 1 hari saja. Jadi, selamat mencoba..

Tour Bromo+Malang: Batu Kota Menawan

Setelah menikmati Bromo selama satu malam++, berikutnya adalah perjalanan ke Malang pada hari yang sama Selasa 13 Agustus.

Menuju Malang dari Tosari kami memutuskan melewati Nongko Jajar, tanpa perlu kembali ke Kota Pasuruan. Selain karena alasan jarak lebih dekat, juga ingin tahu kondisi jalan akses yang lain. Walaupun kata Sopir Jeep jalan yang rusak hanya 2 Km, aktualnya malah lebih. Jarak Tosari-Malang lewat Nongko Jajar ini juga sekitar 40 Km, bertemu dengan Jalur Malang-Surabaya sudah mendekati Malang. Cukup efisien, dimana Jam 4, kami sudah masuk Gerbang PTN Malang lewat Jalan Soekarno Hatta kemudian ke belakang kampusnya lewat Jl Veteran ke daerah kos-kosan untuk menurunkan barang.

Selanjutnya, kami langsung menuju ke Kota Batu dengan makan malam dulu di depan Universitas Muhammadiyah Malang. Karena belum ada hotel yang dipesan tetap, maka masuk kota Batu sambil telepon mencari-cari hotel yang pas: pusat kota, ada kolam renang, twin bed (kami dewasa 4, anak 2). Akhirnya pilihan jatuh ke Hotel Perdana di Jl Sudirman Batu, harga Rp 250 ribu/malam. Parkirnya luas, kamarnya walaupun model lama namun bersih dan luas, dan walaupun tidak ada kolam renang tapi ada prosotan anak (kesukaan Safa), plus dekat ke kota maupun ke pemandian Songgoriti, salah satu agenda kami di Batu.

Rabu 14 Agustus, jam 8 pagi kami sudah meluncur ke Jatim Park 2. Kami mengambil paket normal Jatim Park 2 hari libur Rp 90 ribu / orang (Batu Secret Zoo/BSZ + Museum), tidak neko-neko mengambil paket kombinasi Jatim Park 1 dll karena menurut info waktu 1 hari menikmati di Jatim Park 2 saja sudah cukup padat. BSZ baru buka pukul 9, namun sudah banyak pengunjung yang datang. Dan mulailah kami menikmati BSZ ini.

First impression, bersih. Kami bahkan berani beradu dengan harga 90 ribu (BSZ+Museum) sangat layak, apalagi jika hari biasa 65 rb. Sedangkan secara penataan, manajemen dan penataan, BSZ tidak kalah dengan pengalaman Singapore Zoo yang 2x harga tiketnya. Meskipun atraksi nya tidak sebanyak di Sing Zoo, namun arena permainan dan Museum buat kami menjadikan Jatim Park 2 layak di jadikan regional best value-for-money zoo!

Berikut beberapa snapshot jalan-jalan di Batu Secret Zoo.

DSC06174 DSC06202

DSC06238

Betul seperti perkiraan, bahwa waktu menikmati Jatim Park 2 dalam 1 hari penuh pun terasa kurang, bila kita ingin benar-benar bermain dan belajar di BSZ dan Museum. Kami sendiri ‘sedikit menyesal’ karena hanya menikmati Museum sebentar mulai Jam 5.30 sampai 18.00 karena ingin ‘puas’ menikmati BSZ, padahal di dalam Museum sangat banyak hal yang bisa diamati dan dipelajari. Saran kami jika ingin berkunjung ke Jatim Park 2, anda setidaknya sudah keluar BSZ menuju Museum Jam 16 supaya tidak ketinggalan pemutaran film dokumenter terakhir di ruang film (terakhir Jam 16.30 kalau tidak salah).

Apa saja yang ada di Museum tersebut? Sayangnya kamera kami habis baterai dan hanya bisa menggunakan kamera HP.  Ada patung tiruan binatang, binatang yang diawetkan, dan diaroma kehidupan binatang. Excellent!

Diaroma

Safa Diaroma

Museum Light

Kami benar-benar memaksimalkan kunjungan hingga Jam 18.00 pintu keluar Museum akan ditutup. Hari sudah cukup gelap, dan kami segera menuju ke Hotel Perdana sekitar 3 Km dari Jatim Park 2. Setelah makan malam di jalan menuju hotel, bersih-bersih di Hotel, lalu bersiap untuk perjalan keesokan hari sekaligus kembali ke Magetan.

Kamis 15 Agustus, agenda kami adalah alun-alun Batu dan Songgoriti sedemikian rupa sehingga sekitar Jam 14 kami bisa meluncur kembali ke Magetan. Jam 8 pagi check out dan kami langsung menuju ke alun-alun Batu.

Kesan kami, Luar Biasa! Ini adalah alun-alun terbaik yang pernah kami lihat seumur hidup di Indonesia. Taman yang rapi, bersih, rindang, ada air mancur permainan, area bermain anak dan Bianglala (operasi mulai Jam 9.30 tiket hanya Rp 2 ribu per orang sekali putar). Beberapa keluarga juga sedang menikmati alun-alun Batu tersebut. Sungguh jadi gambaran bagaimana fungsi ruang publik menjadi tempat rekreasi sehat bagi masyarakat. Anda pasti iri jika melihat alun-alun itu ternyata tidak ada di kota tempat tinggal anda.

DSC06286

DSC06306

DSC06321

Naik Bianglala

Setelah naik Bianglala, kami segera menuju ke kawasan pemandian Songgoriti, berjarak sekitar 2.5 Km dari Alun-alun Batu. Kawasan Songgoriti ini adalah kawasan kolam renang dan juga pemandian air panas alami. Ada 2 komplek kolam renang dimana salah satu nya mini water park, kemudian ada 1 komplek khusus pemandian air panas. Jika ada baru sekali kesini, maka sebaiknya anda bertanya karena ketiga kolam renang tersebut tiketnya berbeda-beda. Karena kami tidak tahu pada awalnya, kami masuk ke mini water park (tiket 15 rb). Jika ke kolam renang biasa Rp 10 rb, dan pemandian air panas berdurasi per jam. Oiya, air kolam renang biasa nya dingin…brrrrrr. hehe

Oiya, sebelum berenang, sebaiknya anda memuaskan diri untuk berbelanja oleh-oleh khas Malang di Pasar Wisata Songgoriti. Aneka macam makanan, pakaian dan barang tersedia disana. Kenapa belanja dulu? Karena lebih enak jika belanja dulu, berenang baru makan siang daripada urutan yang lain hehe.

DSC06329

DSC06335

DSC06347

Jadi nya kami makan siang agak terlambat sekitar jam 13.30, namun sudah bersih dan tinggal pergi. Jam 14.30, kami meninggalkan kawasan Songgoriti untuk kembali ke Magetan melalui jalur Pujon-Kediri-Nganjuk-Madiun. Tidak lupa 2 jam kemudian kami mampir di Kediri untuk membeli Tahu Po khas Kediri dan bumbu petisnya. Jam 20 kami sudah sampai di Magetan dengan selamat, total sekitar 600 km perjalanan, Alhamdulillah.

Perjalanan Bromo + Malang ini sangat berkesan berbeda dengan tour-tour berkendara kami yang lain. Bromo yang eksotis dan Batu kota wisata yang nyaman. Kami bahkan sempat mengungkap keinginan Batu harus menjadi kunjungan wajib di masa mendatang. Mudah-mudahan bukan sekedar keinginan sesaat, karena hal yang sama pernah kami janjikan untuk perjalanan Dieng yang ternyata belum terjadi hingga hari ini hehe.

Jika anda hobi jalan-jalan bersama keluarga, maka rute Bromo + Batu ini harus anda coba, minimal sekali seumur hidup! 🙂

[ Part 2 of 2 ]

Tour Bromo+Malang: Dari Tosari menikmati Bromo

Lebaran lalu, kami menjadwalkan untuk melakukan jalan-jalan ke Bromo & Malang setelah mudik Magetan. Salah satu alasan sekalian mengantar boyongan keponakan yang masuk PTN di Malang. Itinerary disusun dan diputuskan ke Bromo melalui Pasuruan sekaligus mampir ke rumah seorang teman disana. Kami berenam kepala dengan dewasa 4 orang (Ayah+Bunda, Ibu, keponakan), 1 anak 9 tahun, dan Safa!

Berangkat dari Magetan Jam 7 pagi hari Senin 12 Agustus, kami sempat terjebak sedikit macet di Saradan dan lebih parah macet di kota Nganjuk. Akhirnya kami melewati jalan alternatif ke kiri, menyusur Sungai Brantas (terbesar di Jatim), dan tembus langsung ke Mojokerto, tanpa harus ke masuk kota Jombang yang mungkin macet (juga). Makan siang bekal di dekat stadion Mojosari (Kab Mojokerto), lalu sampai di Pasuruan Jam 14.30. Ramai lebaran masih terasa jarak sekitar 200 Km Maospati-Pasuruan harus ditempuh berkendara +/- 6 Jam.

Makan siang

Dari Kota Pasuruan kami menuju Tosari, desa wisata pintu masuk ke kawasan Wisata Bromo. Selain Tosari, ada 2 pintu masuk utama lain menuju Bromo, yaitu dari Ngadisari Probolinggo dan Kab Malang. Jika mengunjungi Bromo, pastikan anda masuk dan pesan hotel di tempat yang sama. Jarak Tosari Pasuruan ke Ngadisari Probolinggo sekitar 80 Km, kerasa kalau salah masuk (hehe). Kami memilih Tosari karena dari Geografis lebih dekat dari Magetan dibanding Probolinggo, dan bisa sekalian manpir ke teman (kemudian menurut Sopir Jeep, Tosari juga relatif lebih murah dan secara rute wisata lebih dekat – Dari Probolinggo harus lewat Kawah Bromo untuk menuju Pananjakan). Kota Pasuruan ke Tosari 40 Km, jalan beraspal nyaman, berkelok dan nanjak sehingga mepet jika papasan, maka harus berhati-hati dan sedia klakson sebelum belokan.

Tepat jam 17.30 kami sudah ketemu dengan Pak Puji (petugas di Bromo sekaligus ‘agen’ untuk penginapan dan Jeep, HP 081233193114) di pintu gerbang “Selamat Datang” Bromo. Selain Pak Puji, kemudian kami juga mendapat CP kedua yaitu Pak Karno (HP 085815576997). 2 Hari sebelumnya Ayah sudah ber-sms-an dengan Pak Puji untuk deal info Mobil dan Penginapan. Begitu sampai Pasuruan konfirmasi dan langsung cek on the site sesampai di Tosari.

Untuk menuju Desa Tosari tidak harus masuk gerbang, tapi ke kanan nanjak sekitar 500 meter ketemu Pasar. Tepat sebelum maghrib, kami sudah sampai penginapan disambut dinginnya udara. Makan malam, cukup mudah dengan membeli di pasar. Penginapan kami depan Mushola, sekitar 300 meter menanjak dari Pasar.

Cek kamar, deal harga Rp 350/malam (air panas, twin bed) untuk berenak kepala tadi (plus bawa karpet sendiri buat di tengah2 twin bed). Disini konsepnya ‘rumah kosong’ dengan kamar-kamar disewakan dengan beberapa tipe. Ada ruang tamu dan tv, dan juga dapur bersama. Masak air panas untuk Pop Mie, Teh dan menghangatkan makanan jadi mudah.

Kemudian konfirmasi paket perjalanan bromo ke Pak Puji. Intinya ada 2 paket, seharian dan setengah hari. Kami memilih paket sehari yakni 4 lokasi (Pananjakan, Pasir Berbisik, Bukit Teletubbies dan Kawah Bromo) dengan menyewa Jeep seharga Rp 650 Rb. Harga ini sudah standar karena ada koperasi nya, dan biasanya sudah termasuk fee untuk semacam Pak Puji tersebut (diberikan voucher asli Rp 600 rb). Selain Jeep, biaya masuk harus bayar kembali per orang dewasa Rp 10 rb. Kami akan dijemput di penginapan jam 2.30 dini hari sehingga bisa sampai di Pananjakan Jam 4. Tour akan berakhir sekitar Jam 12.

Jreng…jreng.. jam 2 pagi Selasa 13 Agustus kami sudah bangun dan siap-siap, dan berangkat setengah jam kemudian. Beginilah beberapa penampakan kami dan Safa dini hari itu, sampai menunggu Sunrise di Pananjakan.

Dalam Jeep

Dingin Pananjakan

Jika Jeep telat datang, maka jalan akan semakin jauh dari pintu masuk Pananjakan karena semua Jeep parkir di pinggir jalan. Kami sendiri harus jalan sekitar 500 meter menuju Gerbang Pananjakan. Banyak yang menawari ojek 10rb, tapi buat kami jalan pagi2 lebih sehat (alasan ngirit hehe).

Dan, the show is coming.. Sunrise mulai terlihat menyinari area Bromo. Eksotis. Pantes saja banyak orang2 luar yang ikut berjubel2 mengabadikan momen tersebut dari sini. Mungkin karena mash musim lebaran, hari Selasa pagi itu memang cukup ramai, mencari celah foto harus antri atau ‘booking ‘ dari awal datang. Bahkan tempat duduk juga penuh. Jangan lupa sebaiknya untuk sholat dulu secepatnya waktu shubuh tiba di semacam bale-bale dekat Toilet, karena takut terlupa karena ‘sayang’ pemandangan dan berjubel tadi.

3 in 1

Gerbang Pananjakan

Dari Pananjakan, langsung turun menuju tujuan kawasan Bromo, yakni Kawah, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies. Waktu sekitar Jam 7 ketika kami turun dari Pananjakan. Lalu, kami menjadikan kawah sebagai tujuan terakhir sebelum pulang, meskipun untuk menuju Pasir dan Bukit harus lewat Kawah dulu. Pasir berbisik (bersisik) merupakan hamparan pasir yang seperti membentuk sisik-sisik, dan ada material khusus yang membuatnya berpendar.

Pasir Berbisik

Berikutnya, adalah di bukit Teletubbies. Sayangnya, manajemen baterai kamera kami jelek sehingga mulai dari sini kami harus menghemat dan terpaksa mengkombinasikan dengan kamera HP.

Keluarga

Action on Bushes

Oiya, untuk makan kami sendiri ‘sarapan kecil’ beli roti di area Pananjakan. Sedangkan sarapan besarnya jam 10 di warung dekat Kawah Bromo. Warungnya juga cukup eksotis. Anda harus menutup diri dengan baik, karena di sekelilingnya banyak bertebaran debu-debu. Walaupun sempat was-was, kami tetap saja makan dan habis (lapar hehe).

Warung Kawah

Berikutnya adalah lokasi terakhir, Kawah Bromo. Disinilah benar2 emosi diuji. Anda ingat Cerpen “Becak”, dimana nego seorang anak muda dengan tukang becak dengan hasil anak muda akhirnya jalan dari stasiun sampai rumahnya. Nah.. disini ayah yang mencoba nego tidak mulai dari turun Jeep (jarak parkir ke puncak kawah +/- 1.5 Km, berpasir lalu berkelok nanjak dan tangga), tapi ingin setelah candi supaya lebih murah, akhirnya harus mengendong Safa 14 Kg kemudian naik tangga sampai puncak kawah Bromo. Pfuh…

(masih) Jalan bersama

Saat Naik Saat Turun

Baru pulangnya dari kawah, setelah turun tangga Safa + keponakan naik Kuda ke batas parkir Jeep seharga Rp 50 rb. Walaupun kalau dihitung2, pas tawaran bolak-balik tadi sama saja (100 rb), tapi biar ga sakit hati lumayan ada ‘hemat’ Rp 50 rb (hehe).

Naik Kuda

Pulang ke Penginapan

Lalu kami kembali ke penginapan, beres-beres, check out dan Jam 2 melanjutkan perjalanan ke Malang. Kesan dari kunjungan Bromo kali ini, Jika anda orang Indonesia dan ngaku hobi jalan2, maka anda harus pernah ke Bromo, minimal sekali dalam seumur hidup! :).

[ Part 1 of 2 ]