Triandika Weblog Rotating Header Image

Menyusun Itinerary Australia New Zealand 14 Hari

Menyusun itinerary liburan keluarga selalu gampang-gampang susah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, salah dua yang utama adalah optimasi cost dan family friendly. Apalagi liburan yang sifatnya maraton seperti Eurotrip 18 hari, tentu berbeda dengan liburan single ala backpacker di Asia Tenggara atau setengah backpacker di Jepang.

Liburan ke Australia dan New Zealand (ANZ) ini direncanakan sejak beli tiket travel fair Garuda beberapa bulan sebelumnya, berangkat Sabtu malam (day 0) dari Jakarta dan pulang kembali Sabtu pagi (day 14) dari Melbourne. Saat itu masih belum detil mau kemana saja selama 14 hari liburan. Sampai akhirnya diputuskan untuk mulai mengurus visa NZ setelah visa Australia keluar.

Kami meletakan NZ trip di tengah-tengah antara dua visits di Australia karena bisa mendapatkan visa multiple entries Australia. Sebenarnya ada alternatif untuk menggunakan transit visa Aussie dimana melampirkan bukti flight selanjutnya yang maksimum stay di Australia nya tidak lebih dari 72 jam (3 hari). Biaya transit visa ini lebih murah yakni zero (cek ya), sedangkan visa normal visitor AUD  140 per orang (lumayan kan kan 2 dewasa + 2 anak). Plus saat apply visa Aussie ini kami belum beli tiket ke NZ, jadi belum tahu benar apakah diantara 2 visits ini masing2 maksimum 72 jam. Biaya yang lumayan visa normal, untungnya agak terobati karena syukurnya dapat visa visitornya 3 tahun! 🙂

Bagaimana visa NZ? Jika visa NZ 100% aplikasi dan approval via online, visa NZ masih transisi jadi setelah aplikasi online tetap harus datang lagi ke agency untuk menunjukan dokumen passport etc. Good thing nya, visa NZ untuk family bisa di apply sekaligus dalam 1 aplikasi dengan biaya NZD 165, sehingga biaya visa tidak perlu dikalikan untuk 4 orang.  Aplikasi visa NZ juga tanpa harus mempunyai tiket NZ dsb terlebih dulu, yang paling penting bisa menunjukan ada cukup dana untuk membiayai tiket dan perjalanan. Plus ada attachment khusus untuk memasukan visa Aussie mungkin sebagai salah satu evidence kuat untuk bisa travel ke NZ.

Pertimbangan lainnya yang baru diputuskan setelah visa keluar adalah mau ke NZ lewat mana, karena ada keinginan untuk tidak hanya di Melbourne. Ok, akhirnya diputuskan mampir ke Sydney 1 malam dulu sebelum travel ke NZ. Demi mark the city dan foto depan Opera House hehe. Meski kata teman di Sydney, Opera House sebenarnya bisa pakai photoshop :D.

Lalu yang utama, NZ ke mana saja? Kami meminta saran dan contoh itinerary dari 3 teman; satu keluarga baru pulang tinggal di NZ, satu tema pernah kuliah di NZ dan satu lagi pernah jalan di NZ. Kesimpulannya sama, south island cukup untuk 7 hari. Ga perlu ke North, ga seru katanya. Oke.. Jadi tujuan jelas kota hub nya Christchurch dan Queenstown. Lalu ke South mau campervan or driving+hotel.

Makin lama browsing makin ga konklusif, malah akhirnya 2 bulan sebelum terbang sudah pasti ga dapat camper dari providers yang bisa one-way. Padahal ke NZ kalau ga camper kaya bukan ke NZ hehe. Ketemu Mighway yang semacam platform P2P lending untuk camper, cuman dia harus di kota yang sama sesuai tinggal pemilik nya. Setelah cari2 dan mempertimbangkan itinerary yang optimal selama 7 hari di NZ, alhamdulillah dapat camper untuk 3 hari saja (dimana kalau providers resmi minimal hire 5/7 hari). Oiya, hari camper itu benar2 hari dimana diambil dan dikembalikan, bukan 24 jam.

Disitu muncul lagi tantangan untuk optimasi waktu sewa kendaraan, karena setelah camper dikembalikan akan ganti moda sewa mobil untuk lanjut explore South Island. Optimasi termasuk juga rute dan penginapan, sampai akhirnya diputuskan untuk datang ke NZ dan terbang dari kota yang sama yakni Christchurch. Simply karena lebih efisien alias murah hehe.

So, begini akhirnya itinerary ANZ trip kami:

day 0 Jakarta – Melbourne overnight flight

day 1 Melbourne ETA 6.30 am, Hotel & explore

day 2 Full Melbourne

day 3 Melbourne – Sydney DEP 6 am, ETA 7.30, Hotel & explore

day 4 Sydney, Sydney – Christchurch DEP 19.40, ETA 1 am, Transit hotel

day 5 Camper Pick up, Arthur Pass, Geraldine overnight

day 6 Geraldine, Timaru, Lake Tekapo overnight

day 7 Lake Tekapo relax, back camper to Christchurch, car pick up to Omarama overnight

day 8 Omarama, Wanaka, Arrowtown, Cromwell overnight

day 9 Cromwell, Invercargill, Te Anau overnight

day 10 Te Anau, Milford Sound, Queenstown overnight

day 11 Queenstown, Glenorchy, night driving to Christchurch Airport

day 12 Christchurch – Melbourne DEP 6 am, ETA 8, Hotel and explore

day 13 Full Melbourne

day 14 Melbourne – Jakarta DEP 7 am, ETA 10.30 am

Bagaimana realisasi dari itinerary diatas? InsyaAllah akan kita lihat edisi2 berikutnya. Bismillah..  🙂

Banten Trip: Anyer, Cikerai, Waterpark

Banten menjadi semacam agenda rutin liburan, sampai sekarang sudah 2 kali kami kesana dengan agenda jalan-jalan plus usaha :).

Pertama bulan Maret, agenda utama nginap dan main di pantai Anyer. Pilihan jatuh ke hotel Anyer Cottage. Mengingat check in hotel baru bisa jam 14, maka pagi sampai makan siang perlu destinasi lain yang dekat. Jelas pilihan utama adalah Vila Ternak Cikerai yang juga kami kunjungi tahun lalu.

Bedanya setahun kemudian, ada banyak sekali perkembangan Vila Ternak ini. Ada pembuatan lahan parkir dan area panah di depan (seberang jalan) lokasi utama, serta pengembangan lahan ke area belakang misanya untuk berkuda, tree houses, bale-bale, hingga ke area bermain di sebuah sungai kecil.

Tidak lupa area utama termasuk tempat makan dan mushola juga ada pelebaran. Tiket masuk nya kali ini per kendaraan, dengan bonus susu dan tiket berkuda. Satu2nya tantangan di Vila Ternak ini adalah suhu panas nya (karena Banten panas). Jadi jangan pakai baju tebal dan banyak minum air.

Jelas Vila ternak mencoba mengambil segmen warga lokal sekitar nya  dimana kunjungan studi anak sekolah (TK) cukup dominan. Dan mengambil segmen Jabodetabek yang mencari destinasi tambahan sebelum sore di Anyer. Sangat tepat karena searah ke Anyer, persis seperti yang kami lakukan. Setelah sholat dan makan siang di Cikerai, maka meluncur ke Anyer normalnya sekitar 1 jam saja (tergantung Anyer sebelah mana).

Jam 15an, kami sudah sampai di Anyer Cottage. Kenapa memilih ini? Satu tentu harga, value for money, untuk fasilitas ada kolam renang dan akses ke pantai pasir. Not bad overall, kecuali kondisi bangunan yang tua (hotel lama). Dari sisi akses makanan luar juga cukup banyak makanan di luar hotel ketika malam atau sarapan.

Kunjungan kedua kami kedua ke Banten awal Mei karena Vila Ternak juga melakukan usaha Vila Kurban (penggemukan dan penjualan hewan Kurban). Sebenarnya bisa saja daytrip ke Banten, tapi sekalian kami ingin menginap di hotel Cilegon. Pilihan jatuh ke Greenotel Cilegon. Kami berangkat Senin pulang kantor sampai Cilegon sekitar jam 19,  dan Selasa hari libur.

Pertimbangan memilih Greenotel yang kurang lebih sama dengan Anyer Cottage. Agak unik karena hotel ini berada di area bisnis (ruko). Namun disini kita langsung mendapat akses ke waterpark Cilegon, yang saya kira normal tiket nya 25 ribu per orang. Dengan menginap dan breakfast plus akses waterpark, harga yang ditawarkan masih cukup make sense.

Baru setelah puas pagi main di waterpark, menjelang makan siang kami ke Vila Ternak. Artinya, jika mau berangkat Jum’at setelah kantor, menginap di Greenotel, mampir Vila Ternak, lalu ke area pantai Anyer, maka anda sekeluarga bisa mendapat full experiences yang cukup menjadi weekend getaway dari Jaodetabek ke Cilegon. Selamat mencoba!

4 Hari Wisata Sumatera Barat

Setelah melalui keputusan yang cepat sekitar sebulan sebelumnya, akhirnya tengah Desember ini kami berangkat jalan-jalan ke Sumatera Barat. Salah satu faktor terkuat karena ada saudara sepupu yang dari 2010 sudah tinggal disana di sekitar Kayutanam, Padang Pariaman.

Pas sekali dengan Safa sudah selesai UAS, dan mulai libur meskipun belum terima raport, dan harga tiket belum terlalu mahal karena belum benar2 mulai musim liburan nya. Maka selama 4 hari, berangkat Sabtu pagi (awal nya Jum’at malam, digeser ke Sabtu pagi oleh Sriwijaya 2 minggu sebelumnya), pulang Selasa sore alias total 4 hari 3 malam.

Berikut itinerary kami selama 4 hari di Sumbar, dalam bahasa lokal disebut Keliling Sumbar.

Hari 1: Pesawat Sriwijaya Air Jam 09.05 Jakarta to Padang, Masjid Raya Sumbar, Resto Lamun Ombak, Pesisir Kota Padang, Pantai Malin Kundang, Es Durian Iko Gantinyo, Jembatan Siti Nurbaya

Padang bay

Hari 2: Air Terjun Lembah Anai, Istana Pagaruyung, Payakumbuh, Lembah Harau, Kelok 9, Sate Danguang Danguang Payakumbuh

Lembah Harau

Hari 3: Jam Gadang dan Belanja Bukittinggi, Itiak Lado Mudo, Panorama dan Goa Jepang, Puncak Lawang, Kelok 44, Danau Maninjau

Jam Gadang

Hari 4: Oleh-oleh Kota Padang, Ikan Bakar Fuma pesisir Kota Padang, Pesawat Sriwijaya Air 14.45 (delay ke 17.20)

Ikan Bakar Fuma Padang

Sangat seru dan lumayan padat jadwal nya. Hari kedua dan ketiga, kami berangkat dari rumah jam 8-an, dan setiap malam pulang sampai rumah selepas jam 21. Alhamdulillah Safa dan Aidan senang-senang dan sehat sampai kembali ke Depok. Tantangan banyak makanan pedas juga bisa diatasi dengan memilih makan yang non-pedas untuk mereka.

Seperti liburan yang lain di Malang, Lombok atau bahkan jalan2 saat tinggal di Aberdeen, ketika mengunjungi daerah-daerah yang baru, bukannya kita terpuaskan malah ada tambahan-tambahan rencana untuk bisa berkunjung lagi di suatu hari nanti. Begitu juga di Padang, kami belum banyak menjelajah pesisir pantai Pariaman ke arah selatan dan menyeberang ke pulau-pulau wisata nya.

Semoga ada kesempatan lagi di masa depan untuk mengunjungi Sumbar ini, Amin.

Daytrip Pacitan, Pantai terbaik Jawa Timur

Momen mudik saat lebaran 2017 ke Magetan kali ini kami agendakan untuk jalan-jalan sehari ke Pacitan, masih di Jawa Timur. Magetan ke Pacitan cukup jauh, perjalanan 3.5 jam dengan melalui Madiun dan Ponorogo. Praktis minimal 7 jam habis di jalan pulang pergi memang, tapi pilihan ini yang harus dilakukan karena berbagai alasan daytrip.

Pagi berangkat jam 7 lebih, kami sampai ke tujuan pertama di Pantai Srau hampir jam 11. Pantai Srau sendiri perjalanan 30 menit ke arah barat kota Pacitan. Pantai ini masih lumayan bersih dengan pasir putih yang menawan, serta tidak terlalu ramai pengunjung (mungkin karena akses nya juga lumayan jauh dari jalan besar). Tidak lupa ombak khas pantai selatan Jawa. Cocok untuk semacam gathering keluarga, maka kami pun menggelar bekal makan siang disini.

Sibling @Srau

Setelah foto2 dan makan siang di Srau, selanjutnya kami menuju Sungai Maron sekitar 40 menit dari Pantai Srau, yang dijuluki Sungai Amazon Pacitan. Sekilas under-estimate karena tampilan Sungai Maron dari tempat parkir mobil kurang menyakinkan, tapi begitu mengarungi sungai nya, maka benar juga Sungai ini disebut Amazon. Karena warna hijau sungai dan tebing2 pinggir sungai cukup menawan. Sungai biasa yang lebih dari biasanya. Foto2 instagram pun sangat cocok di Sungai ini.

Maron River Amazon

Berikutnya kami menuju ke Pantai Klayar yang jadi semacam obyek pantai wisata ‘resmi’ di Pacitan, sekitar 30 menit dari Maron. Jika di Srau atau Maron, lebih seperti dikelola oleh masyarakat sedangkan di Klayar sudah ada gate resmi dari Dinas setempat. Pantai Klayar juga lebih ramai dengan fasilitas pendukung yang lebih baik. Tipikal pantai nya mirip dengan Srau, pasir dengan kombinasi batuan di bibir pantai nya. Tapi buat kami Srau lebih alami dibanding Klayar.

Menjelang matahari tenggelam, kami memutuskan untuk segera beranjak dari Klayar jalan pulang menuju Magetan lagi. Dengan mampir sholat dan makan malam, kami sampai di Magetan lewat jam 10 malam. Meski padat dan singkat, tapi cukup memberi pengalaman pantai indah yang masih bisa dijangkau dari Magetan. Menurut kami, landskap pantai-pantai Pacitan adalah pantai terindah di Jawa bersaing dengan Pangandaran. 🙂

Anyway, akses Pacitan memang cukup jauh dan menantang baik dari Madiun, Trenggalek maupun dari Jogja. Buat yang belum pernah ke Pacitan, perjalanan ke Pacitan idealnya menginap minimal 1 malam di kota Pacitan nya, sehingga bisa lebih jenak dalam menikmati beragam obyek wisata khususnya pantai dan sekitarnya. Selamat mencoba!

Family Weekend: Kuala Lumpur 2017

Dalam rangka mengomptimalkan Aidan yang belum 2 tahun dan sudah punya passport dari UK, maka bulan May 2017 kami sekeluarga short weekend trip ke KL. Berangkat Jum’at after office hours, dan kembali Selasa siang.

Pertimbangan mengapa KL selain kami sudah pernah kesana sekeluarga, juga karena tiket pesawat KLM bisa dapat murah 900 ribuan pp dari Jakarta – KL, beli nya pun hanya sekitar 3 minggu sebelum berangkat. Pesawat KLM transit KL ini bertujuan ke Amsterdam, beberapa kali dipakai ketika masih tinggal di Aberdeen untuk pulang ke Indonesia.

Menginap total 4 malam, kami bagi menjadi 2 malam di hotel Ibis Budget tanpa swimming pool dan bukan di city center tapi sangat dekat akses MRT. Lalu 2 malam Hotel di Bukit Bintang dengan swimming pool dengan harga yang relatif wajar.

Pesawat KLM berangkat dari Jakarta sekitar pukul 19, sampai di KLIA sudah cukup malam sekitar jam 22 waktu Malaysia. Segala hal imigrasi dan taksi, kami bisa check di hotel lewat tengah malam.

Sabtu keesokan hari nya, kami yang rencana akan jalan ke Genting batal, karena salah lokasi berangkat Bus ke Genting. Sempat berpikir Jalan ke Malaka pun tidak jadi, meskipun sudah di Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Dan akhirnya hanya jalan di sekitar Masjid Negara, taman kupu-kupu (butterfly park) dan taman KLCC.

Minggu nya, baru kami ke Genting dengan jalan ke Pudu Raya untuk beli tiket Bus ke Genting pulang pergi (sebaiknya beli tiket pulang pergi untuk lebih pasti, terutama jika weekend yang padat penumpang sore balik ke KL nya). Genting sedang banyak pembangunan, sudah sangat berbeda dari 5 tahun lalu kami kesini.

Dengan cable car yang baru (lebih besar dan sedikit lebih panjang rute nya), serta mall yang besar menjadi tujuan akhir di Genting Highland nya. Praktis, kami hanya jalan2 di mall saja karena indoor ataupun outdoor playground nya belum selesai (hanya ada beberapa indoor playland yang kurang menarik).

Senin adalah agenda jalan-jalan di kota KL start dari Bukit Bintang dengan naik free bus Rapid KL. Ke Lapangan Merdeka, makan siang di pasar Medan Tuanku, jalan-jalan di sekitaran Bukit Bintang, ditutup dengan makan malam lalu menikmati water fountain dancing di KLCC yang cukup menawan.

Selasa pagi, menikmati berenang di hotel. Siang sebelum check out jalan belanja di Sunga Wang Plaza. Pesawat KLM terbang dari KLIA sekitar jam 14, sampai di Soekarno Hatta jam 17 an. Dengan 900an ribu pulang pergi dengan KLM, menurut kami ini weekend getaway yang cukup lumayan ke KL.