Petualangan kami kali ini diberi judul #1615milesadventure #Newzealandsouthisland. Titik nol perjalanan ini adalah kota Christchurch (CHC). Jam 9 pagi kami dijemput Sally ke hotel di airport CHC tempat kami menginap. Kepadanya kami menyewa campervan selama 3 hari. Sally membawa kami ke rumahnya, memberi info yang penting tentang campervan-nya, lalu mengantar kami ke grocery untuk membeli keperluan selama perjalanan. Setelah semua siap, petualangan pun dimulai.
Day 1
Kota pertama yang dituju adalah Timaru. Disini kami hanya ‘numpang’ makan siang, sholat, dan bermain sejenak di playground Caroline Bay Timaru, sementara pak supir istirahat sebentar di van. Bermain memang penting untuk menjaga mood anak2, apa lagi perjalanan panjang.
Dari Timaru lalu ke Geraldine. Kami menginap di Farmyard Holiday Park Geraldine, semacam park site untuk campervan. Di park site, yang tersebar hampir di setiap kota di NZ, campervan dicharge agar aneka peralatan listrik tetap berfungsi. Lalu dimana tidurnya? Ya di van..hehe. Tapi mereka juga menyediakan kabin/self contained room bagi mereka yangg memakai mobil. Fasilitas lain di park site : toilet, kamar mandi, dapur (beserta alat masak dan bersih2), laundry, community room, dan playground tentu saja.
Oya, kami juga sempat mengunjungi Geraldine Observatory yg kami booking via email saat masih di indo. Observatory ini dirunning oleh fotografer berusia 78 tahun yg sgt antusias dg dunia astronomi, Peter Aldous namanya, seorang amateur astronomer. Dua jam lebih dia berceramah ttg temuannya dan info terbaru ttg astronomi. Sayangnya kala itu turun hujan, kami gagal stargazing pakai teleskopnya. Di TripAdvisor, observatory ini dapet 5 bintang loh. Rekomended bagi mereka yg interest dg dunia luar angkasa. Tapi berdoa saja langit cerah saat berkunjung.
Kami kembali ke park site, sholat lalu tidur di Van di tengah guyuran hujan. Suhu saat itu sekitar 2 derajat, feels like -1 derajat. Brrrrr…
Day 2
Petualangan hari kedua diawali dengan masak sarapan pertama di Campervan..yeay. Menunya apa? Nasi goreng, telur dadar, sereal..haha biasa banget ya. Seusai sarapan dan beres2, van melaju ke @barkersofgeraldine, store aneka produk selai dan sirup homemade yang cukup terkenal di Geraldine. Lalu kami juga mampir sebentar ke museum dekat Barker’s untuk lihat2 sejarah kota Geraldine. Perjalanan berlanjut menuju Lake Pukaki, waktu tempuh berdasarkan Gmap adalah 1 jam 52 menit. Pemandangan menuju Lake sungguh sangat indah, bukit berbukit dimana domba2 bertengger manis di hamparannya seperti kapas dari kejauhan, gunung-gunung menjulang dengan puncak putih tertutup salju, jalan yang berkelok namun lebar dan halus. Kapan van berhenti untuk foto pemandangan? Cari saja sign “lookout” dgn icon pohon dan meja, disana lah van/mobil aman untuk berhenti dan bisa foto2. Memang tidak boleh sembarangan berhenti di sepanjang jalan, tapi selama area parkir lebar dan traffic belakang aman, kami sering berhenti untuk berfoto.
Di tengah perjalanan menuju Lake Pukaki, salju turun. Sabana2 hijau yang terbentang menjadi putih tertutup salju. Maasya Allah.. indaaahh. Ada satu dua mobil/van yang melipir untuk foto2 sambil menantang guyuran salju. Tahu lah ya satunya itu siapa? haha..
Saat lagi santai-santai nya menikmati pemandangan dari dalam campervan (tetep pak supir harus tetap waspada), tiba-tiba dari kanan ada mobil polisi. Polisi meminta kami menepi. Deg deg deg, jantung berdegup kencang, aduh kenapa ya, rambu-rambu apa ya yang dilanggar. Jangan2 ini adalah hari akhir petualangan? Hiks.. sy tegang tapi yang megang setir mah santai wae. Polisi menyapa hangat, menanyakan tujuan, mencatat nomor plat, mengkonfirmasi nama pemilik van dan di catatan elektroniknya van yang kita sewa sudah ter’record’ bahwa pemiliknya adalah Sally. Wow.. keren juga. Kurang lebih dia bilang gini “Kalau bawa van lihat traffic di belakang, mas, kalau ada 2 mobil tertahan mbok ya geser kiri dikit napa biar yang di belakang bisa nyalip, mobil anjeun pan gede atuh lah.” Lalu ketegangan mencair ketika pak polisi itu bilang ‘oke sip’..haha. Alhamdulllah petualangan masih bisa dilanjutkan.
Sampai di Lake Pukaki, cuaca cerah tapi dingin berangin. Panorama Lake Pukaki, maasya Allah, membuat nafas tertahan, seakan-akan sedang memandang hamparan permata, warna airnya biru turquoise dan semakin berkilau saat terkena sapuan sinar mentari, berlatar gunung-gunung indah menjulang, salah satunya adalah Mount Cook, gunung tertinggi di New Zealand.
Setelah foto2 dan makan siang (tetep masak di van), perjalanan berlanjut menuju Lake Tekapo. Di hari kedua van parkir menginap di Lake Tekapo Top 10 Holiday Park. Dan salju pun turun kembali..
Day 3
Hari ketiga, artinya van alias mobil es krim kalau kata Aidan, harus dikembalikan. Dengan rute yang sama kami menempuh 227 km menuju rumah Sally di CHC. Sebelum van dikembalikan, bensin harus diisi penuh. Kami mengisi bensin di Geraldine dan CHC. Dan ternyata harga bensin/diesel di NZ tidaklah sama antara satu kota dengan kota yang lain. Pembayaran bensin bisa pakai voucher diskon jika kita belanja di grocery tertentu, misalnya New World.
Van tiba di rumah Sally jam 15.30 waktu NZ. Sally tidak memeriksa kondisi peralatan di dalam van, karena katanya percaya aja semua pasti aman. Dia hanya periksa angka yang tertera di ban yang menunjukkan jumlah km yang kami tempuh selama 3 hari perjalanan. Percaya tidak percaya dari maksimal 200 km/hari yang ia syaratkan di awal perjanjian, kami hanya melenceng 2 km saja, jadi total perjalanan kami adalah 602 km, padahal 2 km itu karena kami melipir sebentar cari playground sambil masak makan siang..haha. Alhamdulillah.
Sally lalu mengantar kami ke kantor Omega Rental Cars. Hari-hari ke depan moda transportasi kami berubah, dari mobil eskrim jadi mobil matic. Jumlah hari pemakaian van dan mobil sudah dipertimbangkan jauhari sejak 1-2 bulan sebelum keberangkatan. Biasanya rental van minimal satu minggu dan bisa dikembalikan di kota yang berbeda tergantung vendornya. Artinya kalau start di CHC, kita bisa mengembalikan van di Queenstown. Alhamdullllah dapat rezeki nemu foto van nya Sally di salah satu website dan dia bersedia meminjamkan selama 3 hari tapi harus kembalikan lagi van ke rumahnya. Jadi sudah kebayang kan ya, setelah berganti moda transport, kami harus melalui rute yang sama untuk menuju kota-kota selatan NZ berikutnya. Ketemu lagi Geraldine-Tekapo-Pukaki..hehe.
Jam 16.30 mobil melaju menuju kota Omarama. Waktu tempuh perjalanan berdasarkan Gmap adalah sekitar 4 jam. Berhenti sejenak di dekat Geraldine untuk sholat dan menyiapkan fisik mental anak2 karena sekarang tidur harus sambil duduk di carseat. Perjalanan malam harus lebih waspada karena di jalur antar kota tidak tersedia lampu penerang jalan. Matahari perlahan tenggelam, domba-domba kembali ke peraduan, hanya tinggal kami beserta sorotan lampu mobil menerobos gelapnya malam dan gunung-gunung itu ah tetap saja menawan.
Day 4
Di kota Omarama, untuk pertama kalinya kami menginap di self contained cabin, semacam bangunan kecil dengan 4 beds atas bawah dan sebuah heater. Toilet terletak di luar, begitu juga dapur dan fasilitas umum lainnya. Subuh di Omarama, sama dinginnya dengan Geraldine dan Tekapo, meski tidak bersalju.
Hari keempat ini cukup padat karena ada 3 kota yang akan dikunjungi. Selepas subuh, rice cooker andalan mulai bekerja, mematangkan nasi, telur dadar dan opor udang. Sarapan berat ini mah..haha. Setelah sarapan, beres2, foto2, dan tentu saja main di playground, kami bergerak menuju Wanaka.
Perjalanan ke Wanaka akan melalui area yang bernama Lindis Pass, yaitu jalanan panjang tak berujung yang dikelilingi gunung tak berpohon. Gunung2 yang didominasi warna coklat muda itu hanya ditutupi tundra, seperti sekumpulan rumput-rumput liar yang saling menumpuk. Setelah satu setengah jam kami tiba di Puzzling World, salah satu tempat atraksi yang unik di wanaka. Isinya sih ada great maze, Illusion room, leaning tower dll. Disana mampir sebentar cuma untuk foto sama numpang ke toilet nya yang juga unik. Kalau ke maze bayar, kalau ke toilet mah gratis..haha. Dari puzzling world lalu ke kota untuk membeli makan siang dan menikmati ‘ngampar’ di depan Lake Wanaka sambil menghabiskan fish and chips, menu andalan saat beli makan diluar. Kala itu matahari terik tapi udara tetap saja dingin. Oya foto spot yang penting di wanaka selain lake tentunya adalah #thatwanakatree, yaitu pohon ‘kesepian’ yang tumbuh sendiri di bibir danau.
Dari Wanaka, perjalanan berlanjut menuju Arrowtown. Harusnya di Arrowtown bisa foto studio bergaya victoria, tapi sayang dia cuma buka pas summer. Jadi di arrowtown kami hanya istirahat sholat di Lake Hayes lalu berfoto bersama bebek2 menggemaskan.
Dari Lake Hayes, 30 menit perjalanan menuju Cromwell. Menginap di Cromwell Top 10 holiday park tapi di self contained room yang dilengkapi dapur dan heater yang handal. Saatnya chef beraksi dan pak supir ngasuh di playground..
Day 5
Hari kelima lebih santai karena jarak tempuh dua kota berikutnya agak panjang. Setelah beres2 dan sarapan, mampir ke Cromwell Heritage Precinct, tempat bangunan bersejarah di era gold rush tahun 1860 yang berlokasi di tepi Lake Dunstan. Beberapa bangunan masih digunakan untuk galeri seni dan juga cafe. Meski temanya adalah menikmati old town buildings, tapi ternyata lebih menarik foto-foto di tepi lakenya.
Dari sini lalu kami bertolak menuju kota paling selatan dalam rute kami yaitu Invercargill. 3 jam waktu tempuhnya menurut Gmap. Di Kota Invercargill sendiri tidak banyak spot menarik. Jadi aktivitas di kota ini hanya lah membeli makan siang, berburu souvenir dan foto di Victoria Railway Hotel yang berdiri sejak 1896.
Invercargill ini ternyata punya taman yang luas, berkonsep dan tertata dengan rapi, Queen’s Park namanya. Andai masih punya banyak waktu, ingin rasanya mengitari seluruh taman itu.
Setelah makan siang, sholat dan bermain di taman, perjalanan berlanjut ke utara, ke Kota Te Anau. Setelah 2 jam perjalanan, kami tiba di Lake View Kiwi Holiday Park sekitar jam 5 sore. Mumpung matahari masih menggantung rendah di langit, kami sempatkan berjalan-jalan ke kota untuk mencari souvenir dan membeli tambahan perbekalan, termasuk coklat whittaker dan madu manuka.
Hari yang cukup melelahkan tapi esok hari kami harus bangun lebih pagi demi mengejar cruise di Milford Sound. Bismillah.
Day 6
Dalam perjalanan ke Invercargill sehari sebelumnya, kami memesan tiket cruise Milford Sound via bookme.com. Disini banyak pilihan tour yang ditawarkan, harganya bervariasi tergantung fasilitas, waktu dan mode transportasi, ada cruise saja atau cruise dengan helikopter. Berdasarkan pertimbangan harga dan waktu, kami pilih Mitre Peak Cruise dengan keberangkatan pukul 09.55. Mengingat lama perjalanan dari Te Anau ke Milford Sound sekitar 2 jam, kami harus bangun dan siap2 lebih pagi.
Hari itu Selasa pagi setelah sarapan kami berangkat menuju Milford Sound. Dikelilingi tebing-tebing yang curam dan 2 air terjun setinggi 162 m, Milford Sound ini dianggap sebagai bagian dari 8 keajaiban dunia. Mirip dengan fiord di Norwegia hanya saja lebih luas. Dari hulu fiord sampai ke laut terbuka berjarak sekitar 16 km, sehingga untuk perjalanan pulang pergi dengan menggunakan cruise menghabiskan 1,5-2 jam saja. Fiord ini adalah rumah bagi koloni anjing laut, penguin dan lumba2 hidung botol.
Tempat ini memang sangat fantastis, tapi pemandangan sepanjang jalan menuju lokasi ini juga beyond imagination. Dan bagian paling seru adalah ketika melewati terowongan sepanjang 1,2 km yang menembus gunung, homer tunnel namanya. Meski cukup lebar untuk dilalui bis dan mobil dari arah berbeda, kendaraan yang akan lewat harus mengantri dan mengikuti petunjuk traffic light yang beroperasi selama summer. Beruntung pak supir aware pas tiba2 lampu merah menyala, sambil mengamati kenapa harus ada traffic light, dan ternyata oh ternyata.. kami akan masuk ke dalam tunnel. Setelah lampu berubah hijau, sambil dzikir perlahan mobil melaju menuju mulut terowongan. Dinding2 batu masih jelas terlihat, bahkan sesekali bunyi pasir dan kerikil jatuh terdengar jelas menimpa atap mobil kami, penerangan tampak minimalis dan saat pulang nanti kami harus melewatinya lagi.
Dari Milford sound dengan rute yang sama lalu kami makan siang di Ta Anau sambil bersiap-siap menuju kota Glenorchy. Untuk sampai ke Glenorchy sebenarnya kami melewati Queenstown dan rencananya kota inilah destinasi akhir petualangan kami, namun sayang rasanya kalau sudah sampai queenstown gak nyoba jalan lagi ke Glenorchy.
Perjalanan Milford Sound ke Queenstown lumayan lama, cape pegelnya berasa, tapi semua rasa penat hilang kala memandang danau-danau air biru yang terbentang dan padang-padang gembala terhampar luas. Dan kesan pertama kali ketika sampai di Queenstowin itu, “wow crowdednya”…haha. Queenstown benar2 kota paling rame yang pernah kami kunjungi sepanjang perjalanan ke selatan New Zealand.
Lalu kesan itu benar2 hilang setelah sampai di Glenorchy, sekitar 45 menit perjalanan dari Queenstown. Kota kecil ini begitu sepi, tidak banyak wisatawan yang datang, atau entah kami datang terlalu sore, sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Tapi yang pasti spot foto2 di Glenorchy adalah salah satu yang the best yang kami miliki, Alhamdulillah.
Day 7
Gak kerasa sampai juga di jam-jam terakhir kami di New Zealand. Yup.. hari ketujuh ini kami punya waktu sebentar untuk muter-muter di Queenstown sebelum akhirnya terbang lagi ke Melbourne dari bandara Christchurch. Kok ke Christchurch lagi sih? Haha,, bagian ini dijelasin di akhir aja ya.
Di Queenstown ngapain aja? Karena cuma punya waktu dari pagi sampai sore saja kami memilih untuk naik Queenstown Skyline saja dan membeli oleh-oleh. Kami membeli tiket skyline secara online supaya gak ngantri saat tiba di lokasi. Sayangnya tiket yang kami beli hanya tiket naik gondola saja, padahal ternyata ada wahana lain yang lebih seru. Wahana apa itu? Namanya Ludge, semacam Gokart yang seru dijalankan semua anggota keluarga. Teteh aja ketagihan..haha. Kalau beli tiket terusan dari awal tentu harganya lebih murah.
Setelah bermain gondola dan ludge, kami makan siang di Quenstown mall, lagi-lagi makan kebab. Lalu jalan-jalan mencari oleh-oleh dan sholat dzuhur asar. Sambil menunggu waktu ke Christchurch Airport, anak2 main dulu di playground, sementara ayah istirahat menyiapkan tenaga untuk nyupir nanti.
Nah jadi kenapa ke Christchurch (CHC) lagi? Karena semata-mata tiket pesawat CHC-Melbourne jauh lebih murah dibandingkan Quenstown-Melbourne.. jadi meski setelah sampai di Queenstown yang seharusnya kami tinggal terbang aja ke Melbourne, kami memilih memacu mobil 7 jam lagi demi mangkas budget..hehe.
Alhamdulillah perjalanan ke CHC pun lancar, kami makan malam di mobil, anak-anak tidur nyenyak karena perjalanan malam dan supir alhamdulllah kuat sampai akhir gak harus gantian nyetir.
Saatnya kembali ke Melbourne dan menghabiskan sisa-sisa liburan sebelum akhirnya pulang ke rumah kami tercinta, Indonesia.