Triandika Weblog Rotating Header Image

Flat kami di Aberdeen

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, berburu private flat di Aberdeen adalah tantangan tersendiri. Ditambah bahwa akomodasi adalah hal utama ketika kita tinggal di tempat baru. Alhamdulillah, kami (keluarga dengan 5 tahun anak) datang dari airport Aberdeen langsung menempati flat kami di area antara Tillydrone dan Great Northern Road (Woodside).

Prosesnya adalah kami mendapat info flat di website Aberdeen mosque, lalu meminta senior orang Indonesia yang sudah tinggal di Aberdeen untuk viewing dengan dijemput landlord di Masjid. Lalu dikirimkan foto-foto oleh senior, dan deal via telepon lalu transfer 2x monthly rental fee beberapa hari kemudian. Kuncinya tentu percaya, silaturahim dan teknologi.

Berikut ini beberapa gabungan foto-foto dari flat kami. Yang paling kami suka, ada akses ke backyard dari living room membuat view nya fresh. 🙂

Living Room Abz

Kitchen Abz

Toilet Abz

Triandika's Room

Safa's Room Abz

Beberapa tambahan plus tinggal di flat (area) ini:

– Tenang, tidak berisik. Tiap pagi atau sore bisa dengar ramainya burung.

– Akses jalan utama, Great Northern Road jalan utama dimana banyak bus ke city center. Terutama bus Airport yang bisa mengantarkan ke Airport (15 menit) dan masuk langsung ke Bus Station di city center (15 menit). Tiket airport bus (stagecoach) ini lebih murah (dan ga harus bayar uang pas) dibanding first bus. Bagi yang suka jalan-jalan naik Megabus/Train, atau keluar UK tentu memudahkan. Jika ingin hemat, naik sepeda ke city center 15 menit.

– Harganya ‘masuk akal’, patokan flat 2 bed room furnished (all in furniture) di Aberdeen itu minimal £800 per month, exclude bills (electricity dan internet). Kalau dapat dibawah itu, rezeki namanya.

– Landlordnya yang muslim tinggal persis di depan flat, jadi jika ada masalah flat mudah. Kami pun cukup dekat menjadi seperti keluarga sendiri.

– Tidak besar tapi cukup, pernah menjadi host pengajian ibu-ibu dan anak-anaknya yang main di back yard. Total sekitar 20 an orang di living room yang dirapikan.

– Sekolah dekat: Riverbank school (nursery dan primary), hanya 7 menit jalan dari flat. St Machar school (secondary) 15 menit jalan.

– Groceries stores dekat, jalan kaki: Tesco Express, Farmfoods, Iceland, Poundstretcher (semua di Great Northern Road), dan halal store terbesar di Aberdeen, Fairdeal (lokasinya antara flat dan kampus). Jika ingin ke Lidl, bisa ke Bucksburn dengan bus airport, atau ke Asian store, Matthews dengan bus yang sama. Jarang ada lokasi di Aberdeen yang dekat banyak groceries seperti ini, mendukung hobi kami membandingkan harga hehe. Tapi tidak ada kompromi perihal halal (daging dan ayam).

Tentu ada sisi ‘kurang enaknya’, paling tidak ada dua yang utama:

– Tidak ada gas untuk heater atau masak, semuanya listrik. Secara umum lebih mahal menggunakan listrik dibanding gas. Namun kami berhasil menyiasatinya meter listriknya, aman terkendali sekarang (tergantung penghuni).

– Yang pasti banyak orang akan ‘komplain’ terhadap akses ke University of Aberdeen. Naik bus hanya 5 menit sebenarnya, tapi bus nya (No 19) kadang tidak tepat jadwal karena Tillydrone kawasan terakhir route nya. Namun jika jalan kaki hanya 20 menit, plus jika naik sepeda 5 menit, tanpa terganggu jadwal kapan harus berangkat.

Flat to Aberdeen Uni

20140909_101517

Flat kami satu dari 4 flat di rumah ini, plusnya kami di Ground level sisi kanan foto diatas. Dua jendela tersebut adalah 2 bed room. Alamatnya dimana? Well, saya masih protes ke Google map kenapa marker di mapnya kurang tepat. Paling tidak menurut map terdekat ini sudah cukup mewakili. Ada street view juga dan akan sedikit terlihat penampakannya flat house nya.

In overall, kami puas dengan flat kami. Alhamduillah. Semoga bisa diteruskan oleh orang Indonesia seterusnya. 🙂

Merencanakan Eurotrip

Eurotrip Merencanakan Eurotrip atau perjalanan ke Eropa adalah sebuah tantangan tersendiri. Keinginan untuk menjelajah sebanyak-banyaknya negara harus dibatasi dengan banyak hal, mulai dari waktu, fisik dan fokus destinasi yang dicari. Tantangan ini bahkan sebelum mulai mengajukan visa, karena saat pengajuan visa kita setidaknya sudah ada itinerary yang ingin dijalani.

Nah.. itinerary ini pun harus cukup masuk akal, berapa lama tinggal di suatu kota/negara, dimana akan tinggal dan bagaimana transportasi menuju kesana. Karena berapa lama tinggal akan berpengaruh ke negara mana yang akan kita ajukan untuk aplikasi visa schengen nya (negara terlama atau negara akses masuk/keluar). Visa schengen memang menjanjikan jelajah Eropa (daratan) tanpa batas, namun perlu ada strategi menyusun itinerary untuk aplikasi visa tersebut.

Pengalaman kami menjelajah Eropa 4 – 22 April 2015 lalu (18 hari), itinerary sudah mulai kami susun Januari 2015, karena visa akan diajukan di Februari 2015. Membutuhkan 2-3 minggu persetujuan visa, sehingga setidaknya 2-3 minggu sebelum perjalanan keputusan visa sudah didapat.  Karena bisa jadi visa tidak disetujui, maka langkah taktis pembatalan tiket masih lebih dari 7 hari sebelumnya sehingga meminimkan resiko tiket hangus (no refund).

Kami sampai harus membuat 3 kali revisi itinerary karena terlalu ambisius di 2 itinenary awal. Teman kami yang sudah pengalaman Eurotrip dan tinggal di Eropa memberikan masukan dan membuat kami harus merevisi tersebut.Standar negara Eropa yang akan kami kunjungi: Belanda, Perancis, Spanyol, Italia, Austria, Ceko dan Jerman.

Itinerary pertama masih memasukan Turki sebagai salah satu tujuan, dan beberapa kota di tiap negaranya yang membuat tidak realistis untuk dijalani. Misalnya di Belanda masih ingin pergi ke beberapa kota seperti Delft dan Rotterdam, sedangkan di Turki selama 3 hari. Artinya negara-negara lain hanya maksimal 2 hari, sedangkan di Spanyol banyak yang ingin dijelajahi.

Itinerary kedua, sudah tidak memasukan Turki tapi masih sedikit ambisius karena beberapa kota hanya 1 malam, masih ada Munich dan Hamburg, Prague hanya 1 malam, dan terdapat 2 overnight train. Bermalam di kereta bukan masalah sebenarnya, namun kami sendiri baru membeli Eurail Global Pass dan belum memesan seat kereta tersebut. Akhirnya,  itinerary kedua inilah yang kami ajukan untuk aplikasi visa ke Kedubes Belanda meskipun teman tersebut masih ‘protes’ atas itinerary tersebut.

Kesalahan kami adalah kami menunggu melakukan reservasi seat kereta setelah visa disetujui, dimana sebaiknya reservasi seat tersebut bisa dilakukan pararel dengan aplikasi visa. Lalu gimana nanti kalau visa tidak disetujui? Ituah mengapa harus cukup jauh hari untuk melakukan pembatalan, mungkin tidak 100% refund tapi setidaknya tidak hangus semuanya.

Akhirnya setelah visa disetujui, kami harus melakukan revisi itinerary lagi karena kami kehabisan seat train dari Barcelona ke Milan, setelah overnight train dari Granada ke Barcelona. Perubahan dilakukan dengan memesan pesawat terbang dari Madrid ke Roma, dimana sebelumnya Madrid tidak masuk dalam itinerary. Artinya kami harus tambah 1 malam di Madrid, sebagai pengganti overnight train tersebut.

Itinerary ketiga inilah yang akhirnya kami jalani selama Eurotrip 18 hari tersebut, mulai dari Aberdeen, UK ke Eropa daratan.

Hari 0 Perjalanan dari Aberdeen ke Glasgow, terbang ke Schiphol Amsterdam

Hari 1 Keukenhof and Amsterdam

Hari 2 Volendam and The Hague

Hari 3 Perjalanan ke Paris

Hari 4 Paris full day

Hari 5 Perjalanan Paris ke Barcelona, stopover Perpignan

Hari 6 Perjalanan Barcelona ke Granada, stopover Cordoba

Hari 7 Granada full day

Hari 8 Granada, perjalanan Granada ke Madrid

Hari 9 Madrid, terbang dari Madrid ke Rome

Hari 10 Roma full day

Hari 11 Perjalanan Rome ke Milan, stopover Pisa

Hari 12 Perjalanan Milan ke Vienna, stopover Zurich

Hari 13 Vienna full day

Hari 14 Vienna, daytrip Vienna ke Bratislava, perjalanan Vienna ke Prague

hari 15 Prague full day

Hari 16 Perjalanan Prague ke Hamburg

Hari 17 Hamburg full day

Hari 18 Perjalanan Hamburg ke Schiphol, terbang ke Glasgow, kembali ke Aberdeen

Oiya, pertimbangan vital saat menyusun itinerary adalah kami adalah keluarga dengan ibu hamil 26 – 29 bulan dan anak perempuan 5 tahun. Sehingga menyusun itinerary sedikit lebih menantang daripada hanya single traveler atau family traveler biasa.

Seperti apa peta perjalanan kami? Berikut ini dua traveler maps yang menggambarkan pola melingkar perjalanan kami di Eropa daratan.

Capture

MapLink: traveler map Eurotrip

Apakah kami puas? Well, manusia memang sering minta yang lebih. Total 18 hari, 18 kota dan 9 negara buat kami adalah pengalaman yang luar biasa. Meskipun ada beberapa hal yang diluar skenario, namun banyak pelajaran yang bisa kami ambil. Kuncinya di perencanaan, dan Alhamdulillah.. lebih dari 80% yang kami rencanakan sesuai kenyataan. Sedangkan sisanya adalah pelajaran lapangan yang akan jadi bagian cerita selanjutnya. 🙂

Selamat menyusun rencana Eurotrip!

Berburu Private Flat di Aberdeen, UK

Berburu private flat (properties) di Aberdeen (dan di UK pada umumnya) adalah sebuah tantangan tersendiri, terutama bagi yang tidak tinggal di UK dan belum mempunyai akun bank UK. Lebih khusus lagi di Aberdeen, demand rental private flat sangat tinggi, apalagi di masa awal kuliah seperti bulan Agustus-September. Plus Aberdeen sebagai kota minyak menjadikan banyak pendatang dan keluarga yang datang dan mencari tempat tinggal di Aberdeen. Hal ini tidak heran menjadikan harga rental properti di Aberdeen adalah salah satu tertinggi se-UK setelah London

Bagaimana proses berburu private flat di Aberdeen?

  1. Berburu via website atau media informasi lain

Ada banyak sekali website yang berisi tentang properties di Aberdeen, dan anda bisa mendapatkan list lengkapnya jika meminta ke Aberdeen University Student Association (AUSA). Banyak juga yang saling cross posting, info di website satu juga ada di website yang lain. Diantara website-website tersebut, ada tiga website yang bisa menjadi rujukan utama yaitu.;

http://www.aspc.co.uk/

http://www.rightmove.co.uk/

http://www.aberdeenmosque.org/Index/ads

Dengan dua website teratas, kita bisa set automatic notification untuk jenis properti yang kita inginkan, misalnya berapa ruang (2 bedroom, 1 living room, 1 kitchen room, 1 bath room), unfurnished/furnished (lengkap perabot), jarak ke kampus, dan harga maksimalnya. Jika ada properti yang cocok dengan setting kita, maka kita akan di kirimkan informasinya ke email. Sedangkan website ketiga adalah papan iklan dari Aberdeen Mosque. Beberapa informasi tentang vacant flat ada disini, dan lebih ditujukan untuk komunitas muslim. Informasi via website ini biasanya untuk mulai segera atau 1 bulan sesudahnya, misalnya jika flat untuk awal September maka informasi website biasanya ada mulai Agustus.

  1. Viewing

Para agent atau landlord pasti meminta calon tenant untuk viewing sebelum deal. Ini yang membuat kesulitan yang belum ada di Aberdeen untuk deal. Jadi, mendapatkan info properti yang tersedia tidak jaminan karena harus melakukan viewing. Biasanya viewing dilakukan berbarengan dengan peminat yang lain, artinya 1 flat bisa diminati oleh beberapa orang.

  1. Form untuk rental flat

Setelah viewing, maka para peminat diminta untuk memasukan form untuk pengajuan rental. Disinilah seni mendapatkan flat, karena sistemnya menggunakan harga teratas yang menang. Rentang waktu antara viewing dan memasukan form juga penting, semakin cepat semakin baik. Yang lebih penting lagi jika menginginkan properti tersebut, harus segera ‘dikunci’ dengan beberapa cara lain selain harga yang ‘reasonable’, misalnya advance payment yang lebih besar (normal nya 1 kali rental fee) dll.

  1. Keputusan

Setelah memasukan form, berikutnya adalah masa tunggu yang bisa berkisar beberapa hari atau bahkan lebih dari 1 minggu. Hal ini karena biasanya ada beberapa peminat sehingga landlord harus menyeleksi dan memilih tenant untuk propertinya. Disini penting sekali untuk tetap komunikasi dengan agent, karena kita bisa mengetahui posisi tawar kita dibanding peminat yang lain. Jika kita benar-benar menginginkan properti tersebut, maka kita bisa menaikan biaya sewa atau beberapa bulan dibayar di awal sekaligus.

Apakah harus melalui prosedur diatas untuk mendapatkan properti di Aberdeen? Jawabannya, Tidak.

Proses diatas adalah ‘proses normal’, ketika kita mendapatkan properti melalui agent pada umumnya. Namun, jika kita bisa mendatkan properti dari landlord langsung, maka prosesnya menjadi lebih sederhana (walaupun tidak semua landlord mau melakukannya karena alasan landasan hokum perjanjian, melalui agen lebih kuat dan lebih dilindungi secara legal).

Website Aberdeen mosque diatas adalah salah satu media langsung tanpa melalui agen, dari landlord atau penghuni lama properti ke calon penghuni baru. Dan anda tetap bisa mendapatkan flat ketika belum berada di Aberdeen. Tentu ini ada resiko nya, karena kita tidak bertatap muka langsung dengan landlord nya. Disinilah kontak orang-orang atau mahasiswa Indonesia yang sudah di Aberdeen menjadi sangat penting karena mungkin kita akan memerlukan bantuan mereka, misalnya untuk memastikan dengan bertatap muka dengan landlord (tentunya dengan tidak merepotkan pihak yang kita minta bantuan).

Selain itu, kontak orang Indonesia juga bermanfaat misalnya informasi flat di sekitaran tempat tinggal mereka, atau bahkan meneruskan flat yang sudah berjalan. Semua pihak akan senang karena transisi flat berjalan baik, dan landlord juga tetap mendapatkan tenant yang tidak terputus tanpa harus membayar biaya agent.

Sebagai tambahan, Aberdeen sebagai kota internasional menjadikan ada konsultan pencarian dan pengurusan flat sampai siap ditempati di Aberdeen. Salah satunya adalah www.aberdeenrelocation.co.uk yang menawarkan service mulai viewing bersama sampai all-in service alias terima kunci dengan hanya komunikasi via email. Secara umum untuk jasa profesional ini, harganya memang tidak murah.

Catatan terakhir, alamat tempat tinggal sangat penting di Aberdeen (dan UK), karena semua surat menyurat (bank, medical, bills dan lain-lain) akan dikirimkan ke alamat tersebut. Jika pindah alamat karena sebelumnya misal temporary accomodation, maka harus segera dilakukan pembaruan ke pihak yang terkait.

Setelah mendapatkan Flat

Jika sudah mendapatkan private flat, maka home broadband internet adalah kebutuhan primer yang harus segera diurus. Syaratnya, tentu alamat flat dan bank account. Mencari promo yang murah atau paket menarik (misal: paket dengan mobile, dengan TV, etc) bisa menggunakan webite money supermarket, dimana provider di UK mempunyai rata-rata service yang masih di atas provider Indonesia pada umumnya. Setelah daftar internet, perlu 5-10 hari untuk routernya sampai flat. Plug & play, karena semua flat disini sudah dilengkapi dengan land line.

Berikutnya council tax yang akan ada di billing utilities (gas, electrical, etc) harus dikeluarkan jika kita mahasiswa. Caranya, minta surat keterangan dari universitas untuk mendapatkan council tax exemption. Kemudian datang ke City Council di Marischal College, mengisi form dan menyerahkan surat keterangan dari universitas tersebut ke salah satu counter service, jangan lupa membawa paspor semua penghuni flat. Berikutnya, menunggu surat datang ke flat untuk konfirmasi persetujuan exemption tersebut.

Jelajah 5 Kota United Kingdom

Liburan akhir tahun di musim dingin adalah liburan yang dinanti oleh berjuta penduduk Eropa. Tentu saja bagi kami, perantau sementara di tanah Skotland, kesempatan ini tidak kami sia-siakan.

Menyiapkan liburan dengan mengunjungi beberapa kota tentu membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, apalagi membawa anak kecil (meski baru satu sih dan usianya sudah 5 tahun). Selain menyiapkan pakaian (apalagi winter), makanan, transportasi, dan penginapan, yang paling utama adalah menentukan objek liburan dan itinerary nya. Dalam waktu 12 hari kota dan objek apa saja yang worthed untuk disambangi.

Setelah mengumpulkan info dari rekan dan juga info dari Google, kami putuskan untuk mengisi liburan winter kali ini di kota Glasgow, Edinburgh, Manchester, Liverpool dan London. Itinerary pun kami susun, namun tidak terlalu mendetail. Kira-kira skema perjalanannya adalah seperti ini :

skema perjalanan 1

Yang penting juga dalam menyiapkan liburan adalah menetapkan penginapan dan moda transportasi yang digunakan. Lokasi, jarak tempuh dan fasilitas adalah faktor yang yang harus diperhatikan. Tapi yang lebih penting lagi adalah tentu saja biaya. Daftar hotel dan hostel serta jenis transportasi pun kami buat dan kami bandingkan satu dengan yang lain. Berikut adalah penginapan dan moda transportasi yang kami pilih :

Skema perjalanan 2

Dan penjelajahan pun dimulai..

Part 1 : Aberdeen – Glasgow

Pagi itu pada jam 7.30, matahari belum menampakkan rona wajahnya. Winter memang musim yang ‘melenakan’… Selepas sarapan, kami bersiap untuk berangkat ke terminal bis Union Square Aberdeen. Tepat pukul 8.35 pagi bis pun melaju menuju kota pertama dalam rute perjalanan kami, Kota Glasgow. Bismillah..

Glasgow adalah kota terbesar di Skotlandia, dan termasuk kota terbesar ketiga di United Kingdom. Berdasarkan Rough Guides Poll, Glasgow ini terpilih sebagai “friendliest city in the world”.  Itu gimana surveynya ya ? Lalu predikat warga Indonesia yang katanya ramah-ramah itu berdasarkan survey gak ya?

Di kota ini Kami mengunjungi Kelvingrove Art Gallery and Museum, Kelvingrove Park, George Square dan tentunya University of Glasgow. Masih banyak lagi tempat yang menarik, tapi sayang waktu yang kami miliki hanya sebentar, hanya satu malam saja kami menginap.

Glasgow1

Glasgow2

 Part 2 : Glasgow – Edinburgh

Selepas makan siang dan sholat dzuhur-asar di salah satu masjid di Kota Glasgow, kami segera menuju terminal untuk naik bus Citylink yang akan mengantarkan kami ke kota Edinburgh. Waktu tempuh Glasgow-Edinburgh cukup singkat yakni hanya 1 jam 19 menit.

Edinburgh menurut kami terkesan lebih klasik dan rapi dibanding Aberdeen dan Glasgow. Selain itu beberapa tujuan wisata dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Itu sebabnya di hari kedua kedatangan kami ke Edinburgh, kami ikut Free Walking Tour yang menjadi agen tour favorit para turis di beberapa kota di Eropa. Perjalanan dimulai dari Edinburgh Castle dan berakhir di National Museum of Scotland. Namun dari sekian banyak tempat yang kami kunjungi dengan berjalan kaki selama 2,5 jam, tempat yang paling menarik adalah kuburan.. hihi. Iya kuburan yang menjadi inspirasi J.K Rowling untuk menggunakan nama Tom Riddle dalam novel Harry Potter. Jadi kalau mau cari inspirasi gak harus selalu jalan-jalan di taman, kuburan juga bisa kok jadi inspirasi :p. Lalu bagaimana dengan Elephant House yang mendadak menjadi terkenal karena J.K. Rowling sering menulis di kedai itu? Pastinya kami melipir kesana juga dong, apalagi letaknya tak jauh dari hotel kami menginap, hanya sayang saat itu gedung di atas Elephant House sedang diperbaiki, jadi kami perlu ‘bekerja keras’ untuk mendapat angle foto yang bagus.. hihi.

Edinburgh  (80)

Edinburgh  (23)

Edinburgh Tour

Tak jauh dari Edinburgh Castle terdapat toko (Tartan Weaving Mill) yang menyediakan jasa foto studio dengan pakaian tartan lengkap khas skotlandia. Dan memang salah satu alasan kami ke Edinburgh Castle adalah mengunjungi studio foto ini, bukan malah masuk ke castle-nya..hihi. Untuk mendapatkan 2 lembar foto ukuran A4, biayanya sebesar £34.95. Lumayan mahal juga sih.. tapi hasilnya bagus juga kok dan minimal sekali seumur hidup lah ya nyoba baju tartan yang aslinya harganya muaahaall.

Edinburgh - Fam Photo 1

Edinburgh - Fam Photo 2

Oya setelah berfoto di Edinburgh Castle, kami makan siang di Restoran Marhaba, restoran timur tengah yang direkomendasikan teman kami yang kuliah di Edinburgh University. Selain murah, letaknya juga strategis yaitu dekat dengan masjid besar Edinburgh dan juga tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Pelajaran  penting pertama bagi kami sebagai keluarga yang lebih doyan jalan kaki (karena sehat dan murah) dan juga bawa anak kecil, memilih hotel yang strategis ternyata menjadi salah satu kunci dalam perencanaan wisata dalam kota.

Part 3 : Edinburgh – Manchester  

Hari-hari di Edinburgh pun berakhir. Kota tujuan kami berikutnya adalah Manchester. Untuk perjalanan kali ini kami memilih Train yang tiketnya sudah kami pesan jauhari sebelum liburan. Oya, untuk mendapatkan potongan harga tiket sebesar 30%, kami gunakan Family Rail Ticket yang tentunya kami pesan juga sebelum berangkat. Pokoknya selama ada promo, diskon, voucher asal jelas jangan sampai dilewatkan..hehe.

Begitu tiba di hotel Ibis Budget, kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan misi terbesar kami di Manchester, apalagi kalau bukan jelajah stadion Manchester United dan Manchester City…hihi. Untuk sampai ke stadion Old Trafford kami memilih naik tram, karena ternyata stasiunnya tidak jauh dari hotel Ibis Budget. Biasanya stadion-stadion sepakbola Eropa dan UK menawarkan fasilitas tour yang tentunya berbayar. Mengingat misi kami ‘cuma foto’ aja, jadi tentu saja kami tidak terlalu tergiur dengan tour itu.. hemat bukan? :p.

Tiba di Stadion Old Trafford, kami berjumpa dengan wisatawan-wisatawan Indonesia dan Malaysia. Setelah diperhatikan baik-baik, kebanyakan wisatawannya memang orang Indonesia dan Malaysia. Mereka juga mungkin punya misi yang sama dengan kami yaitu ‘cuma foto’…wkwkw.

Hari kedua di Manchester bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Praktis tidak ada yang menarik dari kota ini… jalanan sepi sekali. Untunglah saat itu ada teman yang berbaik hati yang mengajak kami jalan-jalan (beneran jalan kaki). Kebetulan teman kami ini kuliah di University of Manchester. Thanks to Fajar, Radith dan Ratri atas jamuannya dan ‘petunjuk’-nya. Pelajaran penting kedua adalah pikirkan kembali masak-masak kalau mau berlibur saat natal di kota-kota UK, karena selain seluruh tempat atraksi dipastikan libur, transportasi pun ikutan libur. (Maaf ya Kakak Safa, liburannya sekalian jalan sehat.

IMG_20141224_141627_1

IMG_20141224_152211_1

Part 4 : Manchester – Liverpool

Perjalanan ini semacam bonus atau mungkin “maksa”. Kenapa? Pada awalnya Liverpool tidak masuk dalam kota tujuan liburan kami. Tapi alasan pertama mengapa pada akhirnya kami ‘maksa’ ke Liverpool adalah letak kota ini yang tidak terlalu jauh dari Manchester (kurleb 1 jam dengan bus). Alasan kedua adalah sayang saja kalau kami harus melewatkan Stadion Anfield Liverpool dari daftar jelajah stadion kami :p. Dan ternyata memang kami ‘benar-benar maksa’ setelah tahu bahwa bus yang beroperasi dari Manchester ke Liverpool pada hari itu hanya satu kali yaitu jam 4 pagi (bayangkan jam 4 pagi kala winter L). Alhasil sesampainya kami di Liverpool jam 5.15, langit masih gelap mencekam, angin berhembus cukup kencang (lebay), Stance terminal di Liverpool pun kurang nyaman karena ‘terbuka’, kami memilih tiduran sambil duduk di kursi salah satu Stance yang kami anggap cukup aman. Bergantian kami menggendong Safa yang saat itu tengah terlelap tidur. Kami pun bergantian sholat setelah seorang bule pegawai lokal menawarkan kami untuk menggunakan kamar mandi di kantornya. Mungkin pikirnya kasian dua sejoli beserta putrinya ini seperti tak tahu arah tujuan.. wkwkwk.

Jam 8 pagi, kota Liverpool mulai berdenyut, langit pun tampak lebih cerah meski matahari belum datang. Safa sudah bangun sejak kedua kalinya kami ditawari oleh si bule baik itu untuk memakai kamar mandinya. Setelah selesai dengan urusan bersih-bersih diri, kami berjalan menuju Albert Dock, pelabuhan yang terkenal di Liverpool.

Kawasan Albert Dock adalah one stop attraction, karena di sini terdapat hampir semua atraksi wisata, mulai dari museum, arena konvensi, wheel, hotel, toko souvenir hingga pusat perbelanjaan. Tapi karena hari itu tanggal 26 Desember, atau terkenal dengan nama boxing day, maka banyak toko-toko yang tutup. Untunglah ada satu toko souvenir, kepunyaan orang timur tengah sepertinya, yang buka di hari itu. Kami pun masuk dan membeli beberapa souvenir magnet.

Liverpool (6)

Di sini ada Museum The Beatles Story yang menyimpan rekam jejak Beatles sejak ia berdiri sampai John Lenon dan Paul Mc Carney bersolo karir. Ah tapi kami bukan penggemar Beatles, plus museumnya juga ikutan tutup, jadi cukuplah kami ‘berfoto’ saja.. hihi.

Liverpool (11)

Tujuan perjalanan selanjutnya setelah kami sholat dzuhur adalah Stadion Anfield. Dari station bus kami naik Bus Arriva dan membeli ‘return ticket’. Bus ini mengantarkan kami tepat di depan stadion Anfield yang ternyata… tutup saudara-saudara. Gerbang besar bagian depannya tutup, gerbang belakang juga tutup.. padahal apalah da kami cuma pengen foto :(. Karena gerbang depan tutup, sementara dari gerbang ke jalan raya hanya dipisahkan oleh trotoar untuk sekitar 4 pejalan kaki jadi kami gak dapet angle yang cakep untuk foto.. ah males nih Liverpool FC.

 Liverpool (29)

Part 5 : Manchester – London

Tibalah hari menuju kota terakhir dalam itinerary perjalanan kami, ya Kota London. Waktu tempuh dari Manchester menuju London dengan menggunakan bus adalah sekitar 5 jam. Begitu tiba di Victoria Coach Station tepat pukul 2 siang, kami segera mencari tempat untuk makan siang. Alhamdulillah nemu resto fast food yang ternyata halal, padahal niatnya mau cari fish and chips aja. Resto yang terletak di kompleks pertokoan di Buckingham Palace Road ini namanya adalah Food Galleries.  Tak lupa kami pun memesan makanan untuk bekal makan malam di wisma.

Di London kami menginap di Wisma Caraka yang berlokasi di daerah Hendon, North London. Wisma ini menjadi pilihan terakhir karena 2 wisma yang lain sudah full booked yaitu Wisma Indonesia dan Wisma Merdeka. Meski cukup jauh dari pusat kota, tapi Wisma ini hommy banget. Pengurus wisma, namanya Mbak Lusi beserta suami, begitu ramah dan asyik untuk diajak ngobrol. Kami pun sering bertukar cerita di kala sarapan. Wisma ini amat sangat recommended.

London (34)

Lima hari di London saat musim liburan tidaklah cukup, terutama bagi wisatawan yang tidak ingin melewatkan setiap objek wisata di kota Prince William ini. Apalagi hampir di setiap tempat wisata dipastikan antrian pembelian tiket terlihat mengular. Mengingat liburan kami adalah liburan keluarga hemat jadi kami memilih wisata yang free. Yang penting bisa terdokumentasi dengan baik.

Kami mengunjungi London Bridge, Tower Bridge, London Eye (Cuma lihat aja.. gak kuat lihat antriannya dan harga tiketnya :p), Big Ben and Parliament House, Trafalgar Square, Horse Guard Parade dan prosesi changing guard nya. Untuk wisata museum ‘gratis’, kami mengunjungi Victoria and Albert Museum, Natural History Museum dan Science Museum. Dari Science Museum kami berjalan kaki menuju Harrods, yaitu Mall besar kepunyaan mendiang Dodi Al Fayed.

Untuk urusan makan, seperti biasa kami mencari restoran timur tengah yang sedia doner kebab atau fish and chips. Tapi mumpung ada di London, tak lupa kami juga bertandang ke Warung Padang London yang terletak di China Town. Kami memesan ayam pop dan semangkuk bakso, ah seger banget, kerinduan kami akan masakan padang pun terbayar sudah :p. Setelah kenyang bersantap masakan cita rasa nusantara, kami berjalan menuju Loon Fung yaitu chinese supermarket yang terkenal di kota London. Namun sayang, saat itu tempe yang kami incar sedang kosong stoknya. Jauh-jauh ke London nyarinya tempe :p.

London (89)

London (149)

London (183)

5 hari berlalu di kota London, berakhir pula waktu liburan kami. Tiba saatnya pulang ke kota dingin berangin, kota Aberdeen. Dari London menuju Aberdeen kami naik Megabus dengan waktu tempuh perjalanan 13 jam. Perjalanan terjauh dari sekian perjalanan antar kota dalam itinerary kami. Perjalanan terjauh namun begitu indah, karena kami membawa bingkisan cerita yang kelak akan selalu kami kenang. Teringat dengan lirik klasik, God speed the day, when I’m on my way, To my home in Aberdeen.      

Mengubah Meter Listrik di UK

Ternyata hal-hal terkait ngoprek listrik muncul di flat kami, seperti halnya ketika kami baru pindah rumah di Depok. Alasan utama harga listrik di UK yang super mahal, plus tidak ada saluran gas alias semuanya pakai listrik. Kami sebenarnya sudah menyadari bahwa listrik mahal, karena seminggu setelah menempati flat langsung datang surat dari Scottish Hydro, electrical provider, tentang tarif dan nama baru penghuni.

Langsung saja browsing-browsing, disitu ternyata tarif yang paling murah adalah dengan menggunakan dua meter system, sehingga ada tarif day dan night. Karena kami sudah punya ‘dua meter’, kami pikir sudah sesuai dengan ketentuan itu, jadi kami tenang-tenang saja dan menggunakan lisrik malam untuk mesin cuci (niatnya hemat).

Electricity 07Sep14

THTC Meter

Nah.. ternyata 5 Desember tepatnya 3 bulan setelah kami tinggal, datanglah tagihan listrik pertama kami. Jreng..jreng.. tagihannya £ 234 alias Rp 5.5 juta! Pemakaian listriknya standard 1132 Kwh dan 27 Kwh heating control.

SSE Billing Dec14

Wah, mau gimana lagi. Langsung browsing2 lagi sambil liat tagihan bahwa ternyata walaupun dua meter, sistemnya masih THTC (Total Heating Total Control) mengingat ada storage heater di flat (yang jarang kami pakai karena harus on setiap saat dan otomatis mati sesuai suhu yang di-set). Jadi dua tarif nya masih satu tarif standard (19.43 p/kwh) dan tarif heating control (9.81 p/kwh), plus standing charge 26 p/day.

Langsung berusaha email ke Scottish hydro, dan setelah di ping pong, akhirnya telepon untuk minta ganti meter system (Alhamdulillah landlord setuju karena ga ngaruh buat dia, plus storage heater diganti dengan panel heater).

Dan setelah nunggu akhirnya tanggal 26 Januari 2015 kami sudah punya dua meter system yang punya dua tarif, day tariff (18.19 p/kwh) dan night tariff (9.74 p/kwh) yang hanya berlaku 8 jam dari 23.30 GMT (00.30 BST) sampai 7.30 GMT (8.30 BST).

Langsung saja kami berstrategi untuk menyeimbangkan pemakaian listrik karena jam berlaku itu. Mesin cuci, boiler, oven dan kadang-kadang masak dan setrika sebelum jam malam berakhir pagi harinya.

Selain tarif tersebut, ada juga standing charge semacam abonemen yang dihitung per hari, tarif untuk standard economy (quarterly on demand and paper bills)  27.41 p/day.  Lihat-lihat lagi tarif scottish hydro lagi, ternyata bisa paperless bill dan metode autodebet dengan menghitung estimasi pemakain selama setahun dan nanti biaya tagihan flat akan langsung diambil dari tabungan per bulan. Dan tarif dengan melakukan tersebut (monthly autodebet and paperless bills), standing charge nya menjadi ‘hanya’ 14.79 p/day.

Lalu bagaimana hasilnya? Mari kita lihat..

1. Kami masih terkena tarif lama dari 3 Desember 2014 sampai 26 Januari 2015, tagihan nya £ 157 (pfiuh…), dengan pemakaian meter sebanyak 736 Kwh standard dan 1 Kwh heating control.  Artinya kalau dijadikan 3 bulan sampai 5 Maret 2015, tagihan baru bisa melewati tagihan sebelumnya (£ 234) .

736 x 19.43 p/kwh = £ 143

1 x 9.81 p/kwh = £ 0.9

53 days x 26 p/day = £ 14

2. Tanggal 26 Februari lalu (30 hari pemakaian), saya cek meter dan mendapatkan pemakaian day nya 318 Kwh dan night 233 Kwh. Jadi totalnya perhitungan kami adalah £ 85.

318 x 18.19 p/kwh = £ 58

233 x 9.74 p/kwh = £ 22.6

30 days x 14.79 = £ 4.4

Day Meter

Day Meter

Night Meter

Night Meter

Well, masih belum sesuai target, tapi setidaknya sudah lumayan ada distribusi antara day dan night nya, plus kondisi winter Dec – Feb pemakaian heater lagi banyak (tapi masih aja dingin sekarang hehe). Kalau ditarik pemakaian meter baru sampai minggu 1 Maret 2015, kami yakin totalnya tidak akan lebih £ 120. Artinya sudah ada penghematan £ 157 – £ 120 = £ 37 selama 1.5 bulan atau kurang lebih £ 25 per bulan. Sangat lumayan bukan?  🙂