Triandika Weblog Rotating Header Image

Weekend

Daytrip: Sukabumi dengan KA Pangrango

Niat untuk mencoba KA Pangrango Bogor-Sukabumi akhirnya kesampaian hari libur 25 Desember kemarin. Dua minggu sebelumnya adalah rencana awal, tapi karena kehabisan tiket kereta maka akhirnya pesan 7 hari sebelum hari-h melalui online ticketing. Dan ternyata benar, tiket Sukabumi di hari weekend/libur sebaiknya dibeli beberapa hari sebelumnya (bisa dipesan mulai 7 hari sebelum berangkat). Maklum, KA ini sekarang menjadi primadona baru masyarakat baik Sukabumi/Bogor ataupun wisatawan yang ingin mencoba kereta seperti kami. Kami memilih kereta paling pagi dari Bogor 7.35 dan kembali ke Bogor 15.20 dari Sukabumi.

Karena kami membeli tiket online, maka kami harus menukarkan print tiket online ke tiket asli di counter atau stasiun kereta yang online. Yang agak tidak mengenakan adalah prosedur penukaran harus dilakukan maksimum 1 jam sebelum keberangkatan. Saya telepon ke CS KAI, apakah SOP 1 jam itu artinya sistem nya tidak bisa input data lagi atau itu hanyalah prosedur pencegahan supaya penumpang tidak tergesa-gesa. Namun CS tidak bisa menjawab pertanyaan saya tersebut.

Logikanya, penumpang sudah bayar tiket jadi tidak ada alasan tidak bisa berangkat gara-gara tidak print tiket asli (ingat, KA belum seperti pesawat dengan sistem boarding). Lalu, ketentuan pembatalan perjalanan bisa dilakukan sampai 30 menit sebelum berangkat atau dianggap hangus. Terakhir, last minute pun orang masih bisa beli tiket secara manual artinya sistem masih buka. Jadi, SOP 1 jam harus print tiket asli tersebut hanya menyusahkan penumpang, contohnya jalur Bogor-Sukabumi ini.  Koq bisa?

Jadi karena 7.35 berangkat maka sesuai SOP jam 6.35 harus sudah print tiket. Nah.. KRL (Manggarai) ke Bogor sebelum jam segitu adalah KRL yang di Depok Baru (DPB) jam 5.33 sampai Bogor Jam 6.01, karena KRL berikutnya di DPB jam 6.19 sampai Bogor Jam 6.46. Jadi, saya adalah korban nya yang harus ambil KRL DPB Jam 5.33, dan ternyata banyak orang masih bisa print tiket sampai jam 7! Artinya, lain kali kalau mau mencoba rute ini, maka bisa ambil KRL DPB Jam 6.19, sehingga ada waktu santai untuk persiapan.

DPB 5.30

Oiya, KA Pangrango ini naik turun penumpang dari Stasiun Paledang Bogor, dari stasiun KRL jalan kaki ke selatan menyeberang jalan sekitar 300 meter/10 menit menyusur rel. KA Pangrango pertama berangkat dari Sukabumi jam 5.10 dan sampai Bogor jam 7.20, sedang terakhir dari Bogor jam 6.00, sangat cocok juga bagi orang Sukabumi yang ingin jalan2 1 hari di Bogor.

Stasiun Paledang ini menurut saya bukanlah stasiun, tapi halte kereta. Bagaimana disebut stasiun jika fasilitas dasar tempat duduk, toliet tidak ada. Menurut satpamnya, akan dilakukan pembenahan lagi ke depannya dan tidak mungkin menyatukan stasiun KRL dengan KA Sukabumi karena KRL sendiri sudah cukup crowded. Namun menurut saya, area terbatas dan lokasi yang mepet dengan rumah penduduk membuat St Paledang sulit dikembangkan menjadi stasiun yang layak. Sayang, padahal bisa lebih baik dengan mengembangkan stasiun KRL yang ada sehingga bisa cukup memperbaiki fasilitas 1 stasiun dan terintegrasi antara KRL dan KA Sukabumi.

St Paledang

Halte Paledang

KA Pangrango datang tepat waktu, saatnya menikmati kereta Ekonomi AC yang murah meriah (Rp 15 ribu sekali jalan).

Naek KA

Safa Tidur

KA Ekonomi AC

Waktu tempuh 2 jam 10 menit tidak begitu terasa, dan Safa pun cukup lelap tidur hehe.

View

View KA

Dan.. tiba di Sukabumi, disambut bangunan klasik stasiun yang masih gagah. Betul2 sayang kalau rute ini dulu sempat mati, dan akan lebih baik jika rute ini dilanjutkan kereta terusan ke Cianjur lalu Bandung.

We are here, Sukabumi

Safa LoL

Luar St Sukabumi

Dari stasiun, kami menuju Sela Bintana (SB), sebuah hotel***+resort yang juga dibuka untuk umum dan terdapat fasilitas umum yang cukup nyaman. Kenapa SB? Karena SB yang paling bisa dijangkau dengan rute day trip Sukabumi. Dari stasiun sekitar 30 menit, naik angkot pink kemudian ganti angkot merah sampai mentok. Sekali naik, angkot Sukabumi 3 ribu per dewasa jauh dekat.

Berikut ini beberapa fasilitas SB. Kawasan SB ini lumayan dingin, jadi cukup nyaman.

Harga tiket nya 5 ribu per orang, atau paket naik mobil hingga bus. Hati2.. sebaiknya anda meminta bukti karcis karena normalnya petugas tidak akan memberikannya (baca: dikorupsi). Bukan masalah ada plang jelas (jika tidak ada karcis, maka tidak diasuransikan), namun kesempatan korupsi harus dicegah :).

Tiket Sela Bintana

Peringatan Tiket

Kami menikmati SB dengan cara menyewa tikar (nyewa 10 ribu) sambil makan makanan kecil. Safa bermain busa sabun untuk membuat balon.Safa Balon Tiup

Tidak lupa.. foto keluarga. heheKeluarga

Setelah dhuhur, kami makan di warung yang banyak ada di sebelah kiri pintu gerbang SB. Jam 2, kami meluncur ke bawah menuju tujuan berikutnya, Pabrik Moci.

Warung Makan SB

Jika anda ingin ke pabrik Moci seperti kami, sebaiknya turun dari kawasan SB paling lambat jam 13.30, sehingga cukup waktu memilih-milih Moci dan mengejar angkot ke stasiun. Dan karena keterbatasan waktu tersebut, kami ‘gagal’ mendapatkan moci yang paling top di Sukabumi, Moci Lampion. Kawasan pabrik moci ini, adalah berupa jalanan masuk pemukiman yang katanya total ada 5 pabrik moci di dalamnya.

Dari SB ke Pabrik Moci (30 menit), naik angkot merah lagi kemudian pindah angkot kuning, jangan lupa bilang ke Pabrik Moci. Untuk ke stasiun, naik kuning lagi arah yang sama terus pindah ke angkot pink. Dari pabrik mocil ke stasiun sekitar 15 menit. Jangan lupa selalu sebutkan tujuan sehingga sopir angkot akan mudah berhenti dan mengoper ke angkot berikutnya.

Pabrik Moci

Moci Store

Safa Angkot

Sampai kembali ke stasiun Sukabumi. Oiya, jangan lupa saat print tiket pagi di Paledang sekalian untuk tiket pulang nya sehingga begitu di stasiun Sukabumi tidak tergesa-gesa. KA Pangrango dari Bogor tiba jam 15.15 dan kami pun siap untuk naik kembali.

Sudah menjadi skenario, untuk pulang kami naik eksekutif (Rp 35 ribu) sehingga lengkap pengalamannya. Hmm.. harga memang ga bohong, nyaman bukan? hehe. Dan Safa juga menikmati nya sebelum terleap tidur lagi.

Naik KA Eks

KA Nyaman

KA Eksekutif

Ada yang bilang toilet kereta jorok? Saya menilai sekarang jauh lebih baik dari dulu, yang ekonomi tidak kotor dan yang eksekutif cukup bersih.

Oiya, satu saran lagi perihal pemilihan kursi terutama jika pesan melalui online ticketing. Kursi KA Ekonomi saling berhadapan, misal kursi nomor 1 berhadapan dengan 2, no 3 dengan 4 dst. Tampilan online, 3 seri CDE 1 tempat duduk dan 2 seri AB 1 tempat duduk. Padahal realitanya, 3 seri ABC 1 tempat duduk, 2 seri DE 1 tempat duduk. Sedang untuk KA Eksekutif, urutan seri nya di gerbong ABDC (artinya A dan C di jendela), bukan ABCD seperti tampak online. Kedua hal susunan kursi ini harus diperbaiki oleh KAI di tampilan online nya.

Akhirnya Jam 17.35 kami sampai di Paledang, dan menyeberang jalan menuju stasiun KRL menuju Depok. KRL berangkat dari Bogor jam 18 dan kami sampai di rumah Jam 19, Alhamdulillah.

Menyeberang Jalan Bogor

Ternyata cukup banyak orang yang melakukan day trip, karena banyak bertemu orang yang sama dari pagi hingga sore. Orang-orang mulai menikmati ke  Sukabumi dengan KA, karena jika perjalanan darat konon bisa sampai 4-5 jam. Apalagi jika bersama anak-anak, maka rute Sukabumi ini jadi rute KA antar kota non KRL yang nyaman, plus cukup 1 hari saja. Jadi, selamat mencoba..

Weekend: Gunung Pancar & Sentul Paradise Park

Gara-gara ada liputan di National Geografic Traveller edisi Bulan Mei 2013 tentang aktivitas weekend sekitar Jakarta yakni di air panas Gunung Pancar dan Sentul Paradise Park, maka minggu lalu kami mencoba kesana. Kalau mengikuti petunjuk arah dari NetGeo tersebut, sungguh sangat tidak membantu karena kurang jelas. Untung kami bisa memanfaatkan GPS, namun hanya air panas Gunung Pancar Sentul yang bisa muncul, sedangkan air terjun bidadari tidak belum ada.

Jam 8 berangkat dari rumah dengan rute jalan baru pemda Cibinong kemudian naik tol sekali karena keluar Sentul selatan (Sentul City). Namun petunjuk GPS ternyata lebih memilih tidak naik tol (lumayan ngirit hehe). Namun ternyata jalannya 20% kecil, 30% aspal bolong2 dan 10% batu-batu. Ternyata jalan menuju air panas Gunung Pancar melintasi gerbang Jungleland, Sentul City (jangan masuk gerbang, lewat ke kanan sampai +/- 3 Km).  Yang awalnya menyesal (kenapa ga lewat sentul) jadi baik-baik aja, karena jalan utama dari sentul city ke Jungleland ternyata belum ada di GPS.

Jam 10 kami sampai di Kawasan Wana Wisata Gunung Pancar yang dikelola oleh PT . Bayar tanpa tiket Rp 10rb dengan total 3 dewasa+1 anak + mobil (seharusnya sesuai tarif tertera Rp 8rb niih). Di wana wisata ini adalah lokasi track downhill yang sangat terkenal, karena juga menjadi venue Sea Games tahun 2012 lalu. Cukup adem suasana hutan dan banyak yang hanya leyeh-leyeh atau makan di pinggir jalan menikmati suasana hutan sesekali ada sepeda downhill terlihat.

Langsung menuju gerbang air panas, bayar lagi Rp 25rb (kali ini ada tiket). Begitu sampai, penilaian pun jatuh. Secara NatGeo sampai meliput, ternyata jauh lebih buruk dari Guci atau Baturaden. Bahkan dengan air panas di Serpong yang sempat kami kunjungi tahun lalu, Gn Pancar ini tidak lebih baik. Dari sisi fasilitas permainan anak, di Serpong jauh lebih banyak. Praktis di Gn Pancar hanya ada 2 kolam umum air panas (laki2 dan perempuan) serta kamar2 berendam yang disewakan Rp 15rb per 30 menit.

Berikut ini beberapa foto2nya. Sayang juga sudah bayar Rp 35rb tapi ga nyoba berendam hehe.

DSC05716

DSC05721

Karena kurang nyaman dengan area yang tidak luas dan masih menunjukan jam 11.30, maka agenda makan siang digeser ke tujuan berikutnya yang juga diliput NatGeo, Sentul Paradise Park. Tanya-tanya satpam di Gn Pancar, lokasi Air Terjun Bidadari tersebut mengambil arah ke desa Bojongkoneng (desa ini bisa dilihat di GPS, salah satu yang kelihatan SDN 2 atau 3), dari Sentul City ambil pertigaan Pos Aju Koramil. Kalau anda dari Jakarta, itu sebelum Masjid. Karena kami dari Jungleland, maka setelah Masjid Sentul City.

Jam 12.30 sudah masuk Gerbang Sentul Paradise Park (SPP), harga tiket 25rb per orang dewasa dan Rp 10rb mobil. Jalan masuk ke SPP ini cukup jauh dari jalan utama aspal, sekitar 1 Km ke gerbang dan 1 Km dari Gerbang ke lokasi wisata, dan kondisi jalan batu-batu. Bagi mobil yang kurang sehat dan cukup tua (serta kurang skill :D), tidak disarankan ke sini karena terjalnya tanjakan dengan jalan batu2 lepas yang membuat gigitan ban kurang kuat. Bisa dilihat, kondisi jalan dari gerbang seperti di bawah.

Sebaiknya jangan mengambil lahan parkir yang diatas, alias terus saja kalau ada tulisan parkir karena ada tempat parkir di bawah juga. Namun, view dari parkir atas itu sangat bagus, langsung bisa melihat semua obyek dalam satu waktu (plus untuk foto2 pribadi oke hehe).

DSC05727

View dari parkir atas

DSC05738x

View dari parkir bawah (panoramic)

Jadi cukup lumayan wisata air terjun dan pemandian ini. Lumayan mengobati kekecewaaan akibat air panas sebelumnya, pangsa pasarnya pun banyak mobil > 200 jt yang datang kesana. Sayangnya fasilitas ganti baju sedikit, dan bale-bale untuk duduk2 atau makan harus bayar Rp 30rb/2 jam. Akhirnya kami pun makan siang di mobil dengan menurunkan jok belakang + tengah, lumayan hehe. DSC05734 - x

Setelah makan siang dan tidak terlalu terik, kami baru turun ke bawah untuk menikmati air mancur, air terjun dan kolam nya.

DSC05766DSC05760

DSC05749

Jam 3, kami keluar dari area SPP Dan benar, beberapa kendaraan cukup kesulitan naik menuju jalan aspal. Lewat Sentul City, masuk tol sentul selatan, keluar sentul utara (sirkuit sentul), langsung menuju jalan pemda cibinong dan lewat GDC. Jam 4, kami sudah sampai di rumah.

Bagaimana dengan jarak? Dari rumah ke Gn Pancar (via jalur non-tol) sekitar 45 Km. Lalu Gn Pancar-SPP sekitar 15 Km. Pulang SPP- rumah lewat tol juga sekitar 45 Km. Cukup dekat dan mudah terjangkau. Selain itu dari sisi harga dan obyek yang ditawarkan, value for money cukup bagus. Kecuali air panas Gn Pancar,  walaupun masih bisa diterima, dengan bersepeda atau lebih menikmati suasana hutan yang sejuk. Dan efektifnya anda bisa mengunjungi kedua obyek ini dalam satu hari.

Beach Tour: Tanjung Lesung & Carita Anyer

Memang perjalanan tour kali ini tidaklah sepanjang mountain tour akhir 2010 lalu, namun sebenarnya beach tour ini melengkapi koleksi pantai selatan jawa barat yang sudah kami jelajahi (tapi belum tidak semua ditulis di blog hehe), yakni Pelabuhan Ratu 2011, Pangandaran 2009 dan 2012. Beach Tour ini kami lakukan di sebuah long weekend bulan Maret 2013.

Anyer sendiri pernah kami kunjungi tahun 2009 sebelum Safa lahir saat ada acara kantor. Oleh karenanya, Carita yang lebih timur akan menjadi tempat menginap karena Tanjung Lesung sangat ‘tidak masuk budget’ karena lebih berbentuk resort. Namun, rute perjalanannya, kami  akan mengunjungi Tanjung Lesung dan sekitarnya, dan menjelang makan siang akan menuju Carita.

Berangkat jam 5.30 pagi, kami langsung meluncur menuju Tanjung Lesung dengan mengambil jalur Pandeglang. Keluar Tol Serang Timur, jam masih Jam 7. Secara jarak, Depok-Tanjung Lesung via Pandeglang sekitar 210 Km seperti yang ditunjukan Google Map dibawah.

Depok-Tjg Lesung

Jalur Serang-Pandeglang-Tanjung Lesung secara umum cukup baik, hanya beberapa spot terutama antara Pandeglang-Tanjung Lesung di area pegununganyang jalannya berlubang. Jika menyukai Durian, maka setelah keluar kota serang ada beberapa Depot Durian Jatuhan yang bisa menjadi pilihan. Karena kami mengejar waktu jam 9 sampai Tanjung Lesung supaya pantai tidak terlalu panas (plus konon durian disitu > 75 ribu :D), maka menjadi catatan saja untuk trip berikutnya.

Jam 9 kami sampai di lokasi komplek Resort Tanjung Lesung. Ada gerbang yang dijaga satpam dan baru dibuka jam 7 pagi untuk pengunjung dari luar yang akan diberikan Guest Pass. Di dalam komplek resort jalan sangat mulus dan sudah siap dikembangkan menjadi 2 lajur di masa depan. Masih ada cukup banyak sawah di komplek tersebut. Konon di area komplek ini nantinya akan dibangun bandara kecil seperti bandara di Pangandaran. Belakangan diketahui bahwa pengelola komplek tersebut sama dengan pengelola kawasan industri Jababeka di Cikarang, Bekasi.

Komplek? Ya..Tanjung Lesung adalah komplek tertutup yang terdiri atas beberapa hotel berlokasi di bibir pantai. Pengunjung non-tamu hotel memang masih mungkin menikmati pantai non-hotel, namun pantai di hotel tentu lebih bersih dan menarik. Sedangkan pantai di luar komplek ada sebelum masuk ke komplek tersebut.

Kami langsung menuju ke paling ujung  jalan dari komplek menuju ke Pantai Badur. Dengan membayar Rp 20 ribu (1 mobil) dan Rp 5 rb/orang (bonus teh botol, jadi net nya Rp 3rb lah ya) yang tampak bukan dari pengelola Tanjung Lesung, tapi semacam ‘Karang Taruna’ desa. Tapi cukup ramah, dan terkesan tidak memalak karena ada karcisnya. Buat satpam gerbang Tanjung Lesung sendiri, sebenarnya tidak ada biaya masuk namun seringkali ada yang meminta dengan dalih sukarela (tanpa kercis).

Apa yang ada di Pantai Bodur? Berikut snapshots nya.

DSC05056

Untung kami tidak disini sekitar jam 9.30, jadi belum terlalu panas, sepi dan cocok untuk foto-foto. Konon kalau sore lebih ramai, banyak yang berenang di lokasi ini. In overall, pantainya memang bukan 100% pasir putih karena ada bagian2 batunya, namun cukup eksotis apalagi bila ketemu beberapa spot seperti bangku yang tampak yang menarik seperti di bawah (bayangkan dengan sudut yang tepat, di bangku tersebut ada orang yang memandang pantai, atau pasangan yang duduk saling memandang hehe).

DSC05052

Berikutnya, kami menuju ke Beach Club, dimana pengunjung yang tidak tinggal di hotel harus membayar Rp 75 rb/mobil untuk bisa masuk (sudah jauh-jauh kesini, kami masuk juga lah). Apa yang ada di beach club ada fasilitas beach sports macam boat, banana, snorkling dll dan juga tenda untuk bermalam, serta sebuah dermaga. Secara umum di beach club ini mahal-mahal biaya sewa alat olahraganya, pun dari awal kami hanya ingin membunuh rasa ingin tahu dan (pastinya) foto-foto. Kalau mau lebih murah dan optimal, bawa alat renang sendiri karena pantai disini lebih nyaman berenang dibanding di Badur tadi. Fasilitas mandi, mushola dll juga jauh lebih bagus (baca: ada harga ada rupa).

DSC05103

DSC05105-e

DSC05127

Setelah Dhuhur, kami langsung menuju ke kawasan Pantai Carita Labuan sekitar 50 Km dari Tanjung Lesung. Sambil jalan sembari browsing Kuliner di Labuan dan pilihan jatuh ke RM. Ibu Entin. Lokasi sekitar 1 Km dari pertigaan dari Labuan ke Lanjung Lesung atau Carita. Luar biasa mantap dan relatif lebih murah dibanding di Jakarta. Menu yang terkenal dari Ibu Entin ini adalah Otak-otak (Rp 1500 per bungkus) dan udangnya. Mantap lah pokoknya..hehe.

DSC05138

Sekitar jam 2.30 kami sampai di kawasan pantai Carita. Ayah safa sudah pernah menginap disini tahun 2006 (baru sidang ada proyek survei) dan waktu itu gagal menginap di pinggir pantai karena budget tidak memungkinkan hehe. Kali ini berusaha mencari lokasi cottage tersebut dan ketemu, Desiana Cottage. Here it goes..

DSC05219DSC05151

DSC05226

Dengan beberapa tipe room dan cottages (range harga Rp 250 rb – Rp 1.6 jt), harga yang ditawarkan masih sangat logis mengingat lokasi dan fasilitas prime nya di pinggir pantai. Langsung kami nyebur pantai sore hari itu, dan pagi hari keesokan harinya. Untuk makan malam, seafood di pasar ikan Carita cukup enak walaupun parkir nya terbatas (bahu jalan) dan nunggu antrian masakan cukup lama.  Banyak mobil parkir di pasar ini karena disini banyak orang membeli ikan dan makan seafood.

DSC05160DSC05206

Sudah merupakan tradisi baru bahwa setiap ke Pantai kami mencari TPI alias Tempat Pelelangan Ikan. Sengaja dari rumah membawa box ikan, maka pagi hari kami menuju TPI di Labuan, sekitar 10 Km dari Carita. Memang ada tempat jual ikan di dekat Carita, namun di TPI atau pasar ikan ada sesuatu yang berbeda (harga di TPI lebih murah dibanding di pasar ikan carita). Dan uniknya, pasar ikan yang lebih besar ternyata harus menyeberangi sungai supaya cepat daripada berkendara menuju kesana. Agak unsafe juga sebenarnya naik perahu seperti foto-foto di bawah, tapi kami enjoy saja sambil menertawkan anak-anak nelayan mandi hehe.

wow.. hati-hati.

wow.. hati-hati.

No comment :p

No comment :p

Foto sendiri

Foto sendiri

Minta tambah hehe

Minta tambah hehe

Setelah main di pantai lagi, kami segera berkemas pulang. Tepat jam 12 check out dan lengsung menyusuri ke barat menuju Anyer, terus sampai Cilegon. Sebenarnya awalnya kami berencana mengoptimlkan waktu dengan mampir makan siang di Pantai Anyer atau sebelumnya di sepanjang pesisir Carita ke Anyer, namun karena Safa tidur dan kami sendiri sudah pernah ke Anyer, maka kami batalkan rencana tersebut.

Jadilah makan siang di Cilegon dan kami ingin variasi tidak makan seafood dan turunannya. Dengan metode browsing seperti sebelumhya, pilihan jatuh di Sate H Asmawi di dalam Kota Cilegon kiri jalan jalur Cilegon ke Serang. lumayan mantap juga sate dan sop disini hehe.

DSC05231

Setelahnya, kami langsung meluncur ke Depok dengan istirahat sholat di Tol Merak – Jakarta (ngantuk, pagi renang di pantai terus makan sate). Alhamdulillah..tepat maghrib kami sudah sampai di rumah.

Untuk rute, sengaja kami menggunakan rute yang berbeda untuk membandingkan antara kedua rute tersebut. Seperti dikatakan diatas, Depok-Pandeglang-Tanjung Lesung sekitar 210 Km dan Tanjung Lesung-Carita sekitar 50 Km. Sedangkan Carita-Cilegon-Depok sekitar 180 Km. Jadi, rute Cilegon memang lebih jauh namun menjanjikan jalan lebih mulus dan pemandangan pinggir pantai sepanjang Carita – Anyer. Namun, resiko tersendat di jam2 tertentu karena truk2 industri di Cilegon.

Dan menurut kami, jika akan pergi ke Tanjung Lesung (atau Pulang Umang atau Peucang, Ujung Kulon), Carita dan bahkan Anyer, anda harus menggunakan dua rute tersebut (lewat Serang-Pandeglang dan Anyer-Cilegon), karena ada spot-spot yang bisa dinikmati di kedua rute tersebut seperti diatas. Anda juga bisa melakukan semua diatas di weekend biasa dengan budget terukur untuk menikmati pantai bersih yang bisa dijangkau mudah dari Jakarta.

Lintas Generasi di Bogor dan Ulat Sutra

Pada kesempatan akhir pekan, kami di undang dalam pertemuan para ex pekerja Oil & Gas area Jabodetabek yang diadakan di kota Bogor. Perkumpulan ini kurang lebih awalnya di galang oleh ex Vico Indonesia (diantaranya yang mempunyai lapangan gas di Badak, Kalimantan Timur), yang kemudian bergabung ke Oil & Gas yang lain, seperti Medco, HESS, EMP dll. Karena sifatnya silaturahim, maka tidak ada salahnya kami dalam waktu senggang off duty datang jalan-jalan ke Bogor.

Dalam silaturahim sendiri tentu ada beberapa agenda, diantaranya tukar informasi, bakti sosial, arisan, dan sebagainya. Sesuai dengan latar belakangnya, maka para peserta silaturahim adalah bapak-bapak dan istri nya yang rata-rata sudah diatas usia 50 tahun atau seusia orang tua kami. Sangat jauh dengan kami, pasangan muda usia kurang dari setengahnya. Tentu awalnya kami merasa ‘risih’ karena perbedaan usia tersebut, namun suasana akrab dan kekeluargaan menghapus pelan-pelan rasa canggung itu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama kami bergaul dengan bapak-ibu yang usianya jauh di atas kami, karena di komplek perumahan kami (perumahan sejak tahun 70-an), hampir 80% penghuninya diatas 50 tahun. Selalu ada plus minus nya, bagaimanapun kami memandang hal-hal tersebut sebagai semacam “balancing” bagi kehidupan muda kami.

Silaturahim tersebut dilaksanakan di Rumah Sutra Alam, daerah Ciapus Kabupaten Bogor. Hal ini pula yang menjadi salah satu daya tarik kami untuk ikut datang, sambil melihat langsung proses pembuatan kain sutra di tempat tersebut. Sekarang kami akan ajak para pembaca untuk menelusuri perjalanan study tour kami ke Rumah Sutera Alam.

penjelasan murbei

Ini adalah salah seorang pekerja di Rumah Sutera yang sedang menjelaskan seluk beluk tanaman murbei. Dari tanaman inilah proses pembuatan benang sutera itu bermula. Tanaman murbei berasal dari Cina. Di Indonesia sendiri, murbei tumbuh di daerah basah, di lereng gunung yang banyak terkena sinar matahari. Di lahan sekitar 4 hektar ini, murbei dibudidayakan secara stek. Tidak hanya sebagai makanan ulat sutera, ternyata tanaman ini juga mengandung banyak manfaat untuk kesehatan. Daun murbei dipercaya dapat menormalkan tekanan darah, menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah, menurunkan kadar gula darah, menguatkan fungsi liver, memperlambat penuaan, mencegah flu, batuk, demam dan sakit kepala.. setidaknya begitulah yang kami baca dari kemasan Murbey Tea, yang sengaja kami beli disana sebagai oleh-oleh.Cukup dengan harga 15 ribu, kita bisa merasakan sensasi berbeda dari sebuah teh celup. Rasanya enak dan kaya manfaat.. (promosi nih). btw, anak farmasi itb kayanya belum ada yang meneliti ini deh :p (more…)