Triandika Weblog Rotating Header Image

Mengikuti Rencana Indah Hayam Wuruk-Dyah Pitaloka

Setelah berlalu lebih dari 650 tahun, Perang Bubat, perang tak seimbang yang menyebabkan kematian seluruh rombongan Kerajaan Sunda yang dipimpin Prabu Maharaja Linggabuana, termasuk sang putri Dyah Pitaloka yang hendak menikah dengan Hayam Wuruk dari Majapahit, ternyata masih menyisakan luka hingga saat ini.

Selain tak ada nama jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Majapahit di Bandung dan sejumlah kota lain di Jawa Barat, salah bentuk luka yang tersisa itu adalah larangan, atau setidaknya keberatan, bagi orang Sunda untuk menikah dengan orang Jawa. Begitu juga sebaliknya. Meski makin lama makin hilang—dan kita tentu berharap begitu—ada kalangan yang menilai pernikahan antara lelaki Sunda dan wanita Jawa tak akan membentuk rumah tangga yang harmonis. Namun kalangan lain justru menganggap pernikahan antara lelaki Jawa dan wanita Sundalah yang sulit menghasilkan rumah tangga yang serasi.

Sejak kapan larangan-atau keberatan-seperti itu ada? Menurut catatan sejarah, sejak pemerintahan Bunisora (1357-1371) hingga pemerintahan Niskala Wastukancana (1371-1475), kerabat keraton Kawali (ibu kota Kerajaan Sunda) ditabukan berjodoh dengan keluarga keraton Majapahit. Sanksi atas larangan ini bukan main-main.

Salah satu contohnya, pada 1478, Prabu Dewa Niskala, anak Wastukancana yang menggantikan posisi ayahnya di Galuh, mengawini wanita cantik anggota rombongan pendukung Prabu Kertabumi yang pengungsi dari Majapahit karena diserang Prabu Girindrawardhana. Di sini Dewa Niskala melanggar dua larangan. Pertama, ia mengawini anggota keraton Majapahit. Kedua, wanita itu sebetulnya sudah bertunangan sehingga statusnya rara hulanjar (istri larangan), yang dilarang dikawini oleh lelaki selain tunangannya.

Perkawinan itu membuat Prabu Susuktunggal, kakak Dewa Niskala, yang bertakhta di Pakuan (ibu kota Sunda), marah besar. Ia menganggap sang adik telah menodai purbatisti-purbajati keraton seperti diamanatkan ayah mereka, Wastukancana. Namun Dewa Niskala menganggap kakaknya terlalu ikut campur urusan intern Kerajaan Galuh. Konflik memuncak ketika Susuktunggal mengancam memutuskan hubungan kekeluargaan dengan Galuh, bahkan jika perlu menggempur kota Kawali.

Melihat konflik makin genting, para pemuka dari Kerajaan Sunda dan Galuh bermusyawarah. Dicapai kesepakatan bahwa keduanya, Susuktunggal dan Dewa Niskala, meletakkan takhta. Kedua raja yang bertikai itu mematuhi keputusan itu dan meletakkan takhta pada 1482.

**

Bunisora dan Wastukancana pasti memiliki alasan yang kuat untuk menabukan perkawinan antara kerabat keraton Sunda dan Majapahit. Namun kita harus melihat bahwa tabu itu hanya berlaku di antara kedua keraton. Mestikah warga kebanyakan mengikuti tabu yang sama?

Di sisi lain, ada dua hal yang patut menjadi catatan. Pertama, larangan itu berlaku berabad-abad yang lalu. Kedua, bila kita telusuri, rencana perkawinan Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka ada kaitannya dengan upaya mempersatukan dua saudara yang terpisah jauh. Ya, baik Hayam Wuruk maupun Dyah Pitaloka memiliki leluhur yang sama, yakni Prabu Darmasiksa.

Kenapa kita tidak mengikuti langkah yang direncanakan Hayam Wuruk-Dyah Pitaloka, yang sayangnya gagal terwujud?

Tentu sudah tertulis dalam rencana Tuhan bahwa pertemuan antara Trian Hendro Asmoro dan Dika Amelia Ifani sedikit banyak difasilitasi oleh terbitnya buku Dyah Pitaloka (DP), Senja di Langit Majapahit. Trian adalah pemuda asal Magetan, Jawa Timur, dan Dika asal Bandung, Jawa Barat. Keduanya sama-sama menyukai buku DP dan diskusi di antara keduanya makin membuka jalan ke arah hubungan yang lebih dalam dan bahkan akhirnya bermuara pada rencana mempersatukan hubungan itu dalam mahligai pernikahan.

Boleh jadi, semula ada hambatan sepanjang perjalanan hubungan mereka, baik karena sisa luka masa lalu maupun karena alasan lain. Namun sungguh indah kalau rencana mulia mereka kita bandingkan dengan rencana pernikahan Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk -meskipun levelnya tentu saja berbeda- yakni menyatukan lagi dua saudara yang terpisah jauh.

Semoga pernikahan Trian-Dika lancar, mewujudkan rencana indah Hayam Wuruk-Dyah Pitaloka. Amin

Hermawan Aksan
Penulis Dyah Pitaloka dan Niskala

14 Comments

  1. machmoed Santoso says:

    wow, terinspirasi dari buku… .

    semoga rencana indah hayam wuruk dan dyah pitaloka dapat terwujud di masa ini.

  2. Trian,

    Salut deh, berawal dari sebuah buku –> diskusi –> mak nyuss..
    Sebagai catatan, semua Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka merupakan korban buah simalakama dari Sang Gajah Mada. Ia bingung memilih kebahagiaan rajanya ataukah memenuhi sumpahnya untuk mempersatukan Nusantara, ia akhirnya memilih pilihan ke-2, menjadi “kalap” dan bertindak agresif terhadap rombongan Sri Baduga..

    triandika :
    Aldi, makasih berkunjung ya..bagaimanapun itu menjadi pelajaran, bahwa ego manusia bisa mengalahkan cinta.

  3. Nanda says:

    triandika,,

    semoga semua persiapannya dilancarkan,,amiin,,amiin..
    hmm,,menarik bgt tulisannya ada latar belakang kenapa mitos sunda-jawa susah bersatu,,hmm kisah triandika bisa jadi salah satu bukti bahwa hal itu tidaklah benar..;p

    triandika :
    biarlah impian dyah pitaloka dan hayam wuruk terwujud pada 1 februari 2009..:)

  4. edratna says:

    Mestinya sekarang sudah tak ada masalah lagi perkawinan dua suku, lha perkawinan dua bangsa aja tak masalah.

    Pacar anakku juga orang Sunda, dan anakku tak merasa sebagai orang Jawa, hanya karena ayah ibunya asli Jawa. Mengapa? Karena dia dibesarkan di Jakarta, jadi lebih merasa sebagai orang Betawi. Bukankah Betawi juga berasal dari berbagai suku dan turunan bangsa lain, yang bercampur menjadi satu?

    Yang penting adalah kesiapan pasangan dalam membangun rumah tangga.

    triandika :
    Namun kenyataannya meski jaman sudah modern, sejarah 2 suku itu tetap melekat dan sulit lepas, Bu. Tapi kami sepakat, kesiapan pasangan adalah hal penting dalam membangun rumah tangga.

  5. Assalamu’alaikum
    ALhamdulillah. Semoga diberkahi Allah pernikahannya. Btw, kalian dulu satu BPH yah? salam dari BPH Gamais 07-08. he..he..

  6. Galih says:

    Wahahaha…Ketebak si Trian ( Jujur nih, tebakan saya loh)

    Yah, as what I’ve knew before, they are such as “Romantic Couple”, deep feeling, and great sensibility with others, cool guys!

    So, I hope this great couple will build a great generation, tough and invincible, amin. ( An Nisa; 9)

  7. asep-widya says:

    Selamat ya dika dan calon suaminya… semoga diberikan kelancaran dan kemudahan dalam segala persiapan pernikahan sesuai dengan yang diidam-idamkan…

    dan semoga kelak menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.

    AsepNurwanda-WidyaAstuti

  8. Rendy Saputra says:

    Assalam…

    hehehe… Teh Dika sama Kang Trian…
    Hehehehe….

    Speachlesssssssss….

    Barakallah ya…

    InsyaAllah adik yang nDut ini Datang pada 1 februari.

    nb: diskusi memang entry point yang tepat….

  9. hendarsyah says:

    Ass. Wr. Wb
    Teh dika masih ingat saya?Hendarsyah, suami Indah. Afwan jiddan, saya ga bisa hadir di walimahan teh dika ahad kemarin, soalnya saya giliran jaga.Mau minta gantian ama temen pada ga bisa. Istri juga ada acara,jadi ga bisa kesana. Selamat ya. Mdh2an jadi keluarga yang sakinah-mawaddah-warohmah.Cepet punya momongan biar sy py ponakan. Masih tinggal di jalan jurang?Tahfidznya masih jalan?Pastinya hapalan Qurannya dah banyak bgt ya.Masih aktif di tim kesehatan DPD?Sy jg ga bs aktif lagi baik di DPD ataupun di DPC.Alhamdulillah, diterima sekolah lagi bagian penyakit dalam Unpad/RSHS. Skrg masuk semester ke tiga. Mohon doa teh dika sekeluarga biar dilancarkan segalanya dan dijadikan seorang internist yang baik.Sy baru tau kalo teh dika sering bikin tulisan-tulisan. Hobby hebat tuh. Apalagi didukung suami. Udah dulu ya. Sy Lagi jaga malam.Salam ma suami dan keluarga. Wass. Wr Wb

  10. She Lia says:

    Give me solution dong, please !

    Hubungan w jg lg ada masalah krna suku.

    Emang dari awal sich qt dilarang tuk pacaran dkarenakan mama Lia dari Kuningan SUNDA, papa Lia dari Tegal.

    Dan Ortu Masku Rizal dari Kroya Jawa.

    Qt pacaran smpe skrg uda alhamdulillah +/- 4 th masalahnya cuma disuku yg berbeda.

    Lia minta penjelasan larangan JAWA-SUNDA menikah knp???

    Katanya Pengeretan, pokoknya jelek dech dimata ortu mas Rizal.

    Sampe2 larangan menikah JAWA-SUNDA jg tuk saudara Mas Rizal.

    Dan skrg Kaka2nya menikah dgn JAWA-JAWA.

    Tinggal masku Rizal yg blum menikah skrg umur 27th. Sudah matang2 nya tuk menikah.

    Mas Rizal anak laki satu2nya..

    Menurut pengihatan Lia Masku tuh disetir sama mamaNya.

    Intinya LIA-RIZAL bs nikah jk suku JAWA-JAWA.

    Suatu hal yg g logis kan , klo tuk bs dirubah suku.

    Pdhal Lia lahir di bekasi, Masku Rizal lahir di Jakarta..

    Nah gmna tuh…

    Sampe skrg LIA sm Mas Rizal tetap berhubungan. tetapi kan uda waktunya tuk berpikir kearah serius “PERNIKAHAN”.

    Larangan JAWA-SUNDA hanya dari keluarga Mas Rizal.

    Keluarga Lia terima dengan kehadiran Mas Rizal.

    Please ksh solusinya yah…

  11. masing2 suku pasti punya kelebihan dan kekurangannya sendiri sama halnya kita diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan kita sendiri. Karena itu, apabila ada dua insan berlainan jenis yang saling mencintai hendaknya bisa menerima kelebihan dan kekurangannya satu sama lain.

    apakah karena kekurangan salah satu pihak akhirnya jalinan cinta tersebut harus yg dikorbankan? kalaupun kekurangan itu bisa diperbaiki, kenapa tidak? kita manusia yang dikaruniai potensi untuk mengubah nasib kita dan tentunya kita bisa menutupi kekurangan kita. kalaupun kita tidak bisa menutupinya sendiri, bukannya kita bisa saling melengkapi?

    sekedar sharing aja, dari kasus yg dialami saudari She Lia saya jadi teringat ketika papa saya bercerita mengenai almarhumah nenek saya yang menentang keras anak2 laki2 beliau berpacaran dengan perempuan Sunda
    ( kebetulan keluarga saya Jawa semua)

  12. Ali Murtono says:

    Perang bubat terjadi karena persinggungan antara cinta dan kekuasaan.Nuansa kekuasaan lebih kental daripada keinginan untuk menyatukan dua hati. Bagi yang masih mempermasalahkan perang bubat sebagai beban sejarah yang menghijab jalinan cinta kasih tulus dua insan manusia, adalah orang oarng yang telah mengkhianati rasa kemanusiaannya.

  13. yulia says:

    saya turut sedih dgn pnikahan mbk… krn hal ini saya juga merasakan ny. calon ibu mertua saya ga suka kalo saya menjalin hubungan ke jenjang yg serius.dia ga suka sm saya krn saya suku betawi dan dia suku jawa.saya cm minta doa nya aja agr calon mertua saya myukai saya sampai hayat saya mjemput.

  14. DangQ says:

    Sebenarnya rencana pernikahan Hayam Wuruk dengan Putri Dyah Pitaloka sudah terwujud pada tahun 1965. Yaitu Rosidah asli dari Kawali (Dusun Pogorsari, Putri dari Bapa Raden Wira Sumitra) dengan Muhamad Zaky, asli dari Mojokerto (Gedek). Sampai sekarang hidup rukun dan damai.

Leave a Reply to hendarsyah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.