Triandika Weblog Rotating Header Image

United Kingdom

Jelajah 5 Kota United Kingdom

Liburan akhir tahun di musim dingin adalah liburan yang dinanti oleh berjuta penduduk Eropa. Tentu saja bagi kami, perantau sementara di tanah Skotland, kesempatan ini tidak kami sia-siakan.

Menyiapkan liburan dengan mengunjungi beberapa kota tentu membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, apalagi membawa anak kecil (meski baru satu sih dan usianya sudah 5 tahun). Selain menyiapkan pakaian (apalagi winter), makanan, transportasi, dan penginapan, yang paling utama adalah menentukan objek liburan dan itinerary nya. Dalam waktu 12 hari kota dan objek apa saja yang worthed untuk disambangi.

Setelah mengumpulkan info dari rekan dan juga info dari Google, kami putuskan untuk mengisi liburan winter kali ini di kota Glasgow, Edinburgh, Manchester, Liverpool dan London. Itinerary pun kami susun, namun tidak terlalu mendetail. Kira-kira skema perjalanannya adalah seperti ini :

skema perjalanan 1

Yang penting juga dalam menyiapkan liburan adalah menetapkan penginapan dan moda transportasi yang digunakan. Lokasi, jarak tempuh dan fasilitas adalah faktor yang yang harus diperhatikan. Tapi yang lebih penting lagi adalah tentu saja biaya. Daftar hotel dan hostel serta jenis transportasi pun kami buat dan kami bandingkan satu dengan yang lain. Berikut adalah penginapan dan moda transportasi yang kami pilih :

Skema perjalanan 2

Dan penjelajahan pun dimulai..

Part 1 : Aberdeen – Glasgow

Pagi itu pada jam 7.30, matahari belum menampakkan rona wajahnya. Winter memang musim yang ‘melenakan’… Selepas sarapan, kami bersiap untuk berangkat ke terminal bis Union Square Aberdeen. Tepat pukul 8.35 pagi bis pun melaju menuju kota pertama dalam rute perjalanan kami, Kota Glasgow. Bismillah..

Glasgow adalah kota terbesar di Skotlandia, dan termasuk kota terbesar ketiga di United Kingdom. Berdasarkan Rough Guides Poll, Glasgow ini terpilih sebagai “friendliest city in the world”.  Itu gimana surveynya ya ? Lalu predikat warga Indonesia yang katanya ramah-ramah itu berdasarkan survey gak ya?

Di kota ini Kami mengunjungi Kelvingrove Art Gallery and Museum, Kelvingrove Park, George Square dan tentunya University of Glasgow. Masih banyak lagi tempat yang menarik, tapi sayang waktu yang kami miliki hanya sebentar, hanya satu malam saja kami menginap.

Glasgow1

Glasgow2

 Part 2 : Glasgow – Edinburgh

Selepas makan siang dan sholat dzuhur-asar di salah satu masjid di Kota Glasgow, kami segera menuju terminal untuk naik bus Citylink yang akan mengantarkan kami ke kota Edinburgh. Waktu tempuh Glasgow-Edinburgh cukup singkat yakni hanya 1 jam 19 menit.

Edinburgh menurut kami terkesan lebih klasik dan rapi dibanding Aberdeen dan Glasgow. Selain itu beberapa tujuan wisata dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Itu sebabnya di hari kedua kedatangan kami ke Edinburgh, kami ikut Free Walking Tour yang menjadi agen tour favorit para turis di beberapa kota di Eropa. Perjalanan dimulai dari Edinburgh Castle dan berakhir di National Museum of Scotland. Namun dari sekian banyak tempat yang kami kunjungi dengan berjalan kaki selama 2,5 jam, tempat yang paling menarik adalah kuburan.. hihi. Iya kuburan yang menjadi inspirasi J.K Rowling untuk menggunakan nama Tom Riddle dalam novel Harry Potter. Jadi kalau mau cari inspirasi gak harus selalu jalan-jalan di taman, kuburan juga bisa kok jadi inspirasi :p. Lalu bagaimana dengan Elephant House yang mendadak menjadi terkenal karena J.K. Rowling sering menulis di kedai itu? Pastinya kami melipir kesana juga dong, apalagi letaknya tak jauh dari hotel kami menginap, hanya sayang saat itu gedung di atas Elephant House sedang diperbaiki, jadi kami perlu ‘bekerja keras’ untuk mendapat angle foto yang bagus.. hihi.

Edinburgh  (80)

Edinburgh  (23)

Edinburgh Tour

Tak jauh dari Edinburgh Castle terdapat toko (Tartan Weaving Mill) yang menyediakan jasa foto studio dengan pakaian tartan lengkap khas skotlandia. Dan memang salah satu alasan kami ke Edinburgh Castle adalah mengunjungi studio foto ini, bukan malah masuk ke castle-nya..hihi. Untuk mendapatkan 2 lembar foto ukuran A4, biayanya sebesar £34.95. Lumayan mahal juga sih.. tapi hasilnya bagus juga kok dan minimal sekali seumur hidup lah ya nyoba baju tartan yang aslinya harganya muaahaall.

Edinburgh - Fam Photo 1

Edinburgh - Fam Photo 2

Oya setelah berfoto di Edinburgh Castle, kami makan siang di Restoran Marhaba, restoran timur tengah yang direkomendasikan teman kami yang kuliah di Edinburgh University. Selain murah, letaknya juga strategis yaitu dekat dengan masjid besar Edinburgh dan juga tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Pelajaran  penting pertama bagi kami sebagai keluarga yang lebih doyan jalan kaki (karena sehat dan murah) dan juga bawa anak kecil, memilih hotel yang strategis ternyata menjadi salah satu kunci dalam perencanaan wisata dalam kota.

Part 3 : Edinburgh – Manchester  

Hari-hari di Edinburgh pun berakhir. Kota tujuan kami berikutnya adalah Manchester. Untuk perjalanan kali ini kami memilih Train yang tiketnya sudah kami pesan jauhari sebelum liburan. Oya, untuk mendapatkan potongan harga tiket sebesar 30%, kami gunakan Family Rail Ticket yang tentunya kami pesan juga sebelum berangkat. Pokoknya selama ada promo, diskon, voucher asal jelas jangan sampai dilewatkan..hehe.

Begitu tiba di hotel Ibis Budget, kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan misi terbesar kami di Manchester, apalagi kalau bukan jelajah stadion Manchester United dan Manchester City…hihi. Untuk sampai ke stadion Old Trafford kami memilih naik tram, karena ternyata stasiunnya tidak jauh dari hotel Ibis Budget. Biasanya stadion-stadion sepakbola Eropa dan UK menawarkan fasilitas tour yang tentunya berbayar. Mengingat misi kami ‘cuma foto’ aja, jadi tentu saja kami tidak terlalu tergiur dengan tour itu.. hemat bukan? :p.

Tiba di Stadion Old Trafford, kami berjumpa dengan wisatawan-wisatawan Indonesia dan Malaysia. Setelah diperhatikan baik-baik, kebanyakan wisatawannya memang orang Indonesia dan Malaysia. Mereka juga mungkin punya misi yang sama dengan kami yaitu ‘cuma foto’…wkwkw.

Hari kedua di Manchester bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Praktis tidak ada yang menarik dari kota ini… jalanan sepi sekali. Untunglah saat itu ada teman yang berbaik hati yang mengajak kami jalan-jalan (beneran jalan kaki). Kebetulan teman kami ini kuliah di University of Manchester. Thanks to Fajar, Radith dan Ratri atas jamuannya dan ‘petunjuk’-nya. Pelajaran penting kedua adalah pikirkan kembali masak-masak kalau mau berlibur saat natal di kota-kota UK, karena selain seluruh tempat atraksi dipastikan libur, transportasi pun ikutan libur. (Maaf ya Kakak Safa, liburannya sekalian jalan sehat.

IMG_20141224_141627_1

IMG_20141224_152211_1

Part 4 : Manchester – Liverpool

Perjalanan ini semacam bonus atau mungkin “maksa”. Kenapa? Pada awalnya Liverpool tidak masuk dalam kota tujuan liburan kami. Tapi alasan pertama mengapa pada akhirnya kami ‘maksa’ ke Liverpool adalah letak kota ini yang tidak terlalu jauh dari Manchester (kurleb 1 jam dengan bus). Alasan kedua adalah sayang saja kalau kami harus melewatkan Stadion Anfield Liverpool dari daftar jelajah stadion kami :p. Dan ternyata memang kami ‘benar-benar maksa’ setelah tahu bahwa bus yang beroperasi dari Manchester ke Liverpool pada hari itu hanya satu kali yaitu jam 4 pagi (bayangkan jam 4 pagi kala winter L). Alhasil sesampainya kami di Liverpool jam 5.15, langit masih gelap mencekam, angin berhembus cukup kencang (lebay), Stance terminal di Liverpool pun kurang nyaman karena ‘terbuka’, kami memilih tiduran sambil duduk di kursi salah satu Stance yang kami anggap cukup aman. Bergantian kami menggendong Safa yang saat itu tengah terlelap tidur. Kami pun bergantian sholat setelah seorang bule pegawai lokal menawarkan kami untuk menggunakan kamar mandi di kantornya. Mungkin pikirnya kasian dua sejoli beserta putrinya ini seperti tak tahu arah tujuan.. wkwkwk.

Jam 8 pagi, kota Liverpool mulai berdenyut, langit pun tampak lebih cerah meski matahari belum datang. Safa sudah bangun sejak kedua kalinya kami ditawari oleh si bule baik itu untuk memakai kamar mandinya. Setelah selesai dengan urusan bersih-bersih diri, kami berjalan menuju Albert Dock, pelabuhan yang terkenal di Liverpool.

Kawasan Albert Dock adalah one stop attraction, karena di sini terdapat hampir semua atraksi wisata, mulai dari museum, arena konvensi, wheel, hotel, toko souvenir hingga pusat perbelanjaan. Tapi karena hari itu tanggal 26 Desember, atau terkenal dengan nama boxing day, maka banyak toko-toko yang tutup. Untunglah ada satu toko souvenir, kepunyaan orang timur tengah sepertinya, yang buka di hari itu. Kami pun masuk dan membeli beberapa souvenir magnet.

Liverpool (6)

Di sini ada Museum The Beatles Story yang menyimpan rekam jejak Beatles sejak ia berdiri sampai John Lenon dan Paul Mc Carney bersolo karir. Ah tapi kami bukan penggemar Beatles, plus museumnya juga ikutan tutup, jadi cukuplah kami ‘berfoto’ saja.. hihi.

Liverpool (11)

Tujuan perjalanan selanjutnya setelah kami sholat dzuhur adalah Stadion Anfield. Dari station bus kami naik Bus Arriva dan membeli ‘return ticket’. Bus ini mengantarkan kami tepat di depan stadion Anfield yang ternyata… tutup saudara-saudara. Gerbang besar bagian depannya tutup, gerbang belakang juga tutup.. padahal apalah da kami cuma pengen foto :(. Karena gerbang depan tutup, sementara dari gerbang ke jalan raya hanya dipisahkan oleh trotoar untuk sekitar 4 pejalan kaki jadi kami gak dapet angle yang cakep untuk foto.. ah males nih Liverpool FC.

 Liverpool (29)

Part 5 : Manchester – London

Tibalah hari menuju kota terakhir dalam itinerary perjalanan kami, ya Kota London. Waktu tempuh dari Manchester menuju London dengan menggunakan bus adalah sekitar 5 jam. Begitu tiba di Victoria Coach Station tepat pukul 2 siang, kami segera mencari tempat untuk makan siang. Alhamdulillah nemu resto fast food yang ternyata halal, padahal niatnya mau cari fish and chips aja. Resto yang terletak di kompleks pertokoan di Buckingham Palace Road ini namanya adalah Food Galleries.  Tak lupa kami pun memesan makanan untuk bekal makan malam di wisma.

Di London kami menginap di Wisma Caraka yang berlokasi di daerah Hendon, North London. Wisma ini menjadi pilihan terakhir karena 2 wisma yang lain sudah full booked yaitu Wisma Indonesia dan Wisma Merdeka. Meski cukup jauh dari pusat kota, tapi Wisma ini hommy banget. Pengurus wisma, namanya Mbak Lusi beserta suami, begitu ramah dan asyik untuk diajak ngobrol. Kami pun sering bertukar cerita di kala sarapan. Wisma ini amat sangat recommended.

London (34)

Lima hari di London saat musim liburan tidaklah cukup, terutama bagi wisatawan yang tidak ingin melewatkan setiap objek wisata di kota Prince William ini. Apalagi hampir di setiap tempat wisata dipastikan antrian pembelian tiket terlihat mengular. Mengingat liburan kami adalah liburan keluarga hemat jadi kami memilih wisata yang free. Yang penting bisa terdokumentasi dengan baik.

Kami mengunjungi London Bridge, Tower Bridge, London Eye (Cuma lihat aja.. gak kuat lihat antriannya dan harga tiketnya :p), Big Ben and Parliament House, Trafalgar Square, Horse Guard Parade dan prosesi changing guard nya. Untuk wisata museum ‘gratis’, kami mengunjungi Victoria and Albert Museum, Natural History Museum dan Science Museum. Dari Science Museum kami berjalan kaki menuju Harrods, yaitu Mall besar kepunyaan mendiang Dodi Al Fayed.

Untuk urusan makan, seperti biasa kami mencari restoran timur tengah yang sedia doner kebab atau fish and chips. Tapi mumpung ada di London, tak lupa kami juga bertandang ke Warung Padang London yang terletak di China Town. Kami memesan ayam pop dan semangkuk bakso, ah seger banget, kerinduan kami akan masakan padang pun terbayar sudah :p. Setelah kenyang bersantap masakan cita rasa nusantara, kami berjalan menuju Loon Fung yaitu chinese supermarket yang terkenal di kota London. Namun sayang, saat itu tempe yang kami incar sedang kosong stoknya. Jauh-jauh ke London nyarinya tempe :p.

London (89)

London (149)

London (183)

5 hari berlalu di kota London, berakhir pula waktu liburan kami. Tiba saatnya pulang ke kota dingin berangin, kota Aberdeen. Dari London menuju Aberdeen kami naik Megabus dengan waktu tempuh perjalanan 13 jam. Perjalanan terjauh dari sekian perjalanan antar kota dalam itinerary kami. Perjalanan terjauh namun begitu indah, karena kami membawa bingkisan cerita yang kelak akan selalu kami kenang. Teringat dengan lirik klasik, God speed the day, when I’m on my way, To my home in Aberdeen.      

Mengubah Meter Listrik di UK

Ternyata hal-hal terkait ngoprek listrik muncul di flat kami, seperti halnya ketika kami baru pindah rumah di Depok. Alasan utama harga listrik di UK yang super mahal, plus tidak ada saluran gas alias semuanya pakai listrik. Kami sebenarnya sudah menyadari bahwa listrik mahal, karena seminggu setelah menempati flat langsung datang surat dari Scottish Hydro, electrical provider, tentang tarif dan nama baru penghuni.

Langsung saja browsing-browsing, disitu ternyata tarif yang paling murah adalah dengan menggunakan dua meter system, sehingga ada tarif day dan night. Karena kami sudah punya ‘dua meter’, kami pikir sudah sesuai dengan ketentuan itu, jadi kami tenang-tenang saja dan menggunakan lisrik malam untuk mesin cuci (niatnya hemat).

Electricity 07Sep14

THTC Meter

Nah.. ternyata 5 Desember tepatnya 3 bulan setelah kami tinggal, datanglah tagihan listrik pertama kami. Jreng..jreng.. tagihannya £ 234 alias Rp 5.5 juta! Pemakaian listriknya standard 1132 Kwh dan 27 Kwh heating control.

SSE Billing Dec14

Wah, mau gimana lagi. Langsung browsing2 lagi sambil liat tagihan bahwa ternyata walaupun dua meter, sistemnya masih THTC (Total Heating Total Control) mengingat ada storage heater di flat (yang jarang kami pakai karena harus on setiap saat dan otomatis mati sesuai suhu yang di-set). Jadi dua tarif nya masih satu tarif standard (19.43 p/kwh) dan tarif heating control (9.81 p/kwh), plus standing charge 26 p/day.

Langsung berusaha email ke Scottish hydro, dan setelah di ping pong, akhirnya telepon untuk minta ganti meter system (Alhamdulillah landlord setuju karena ga ngaruh buat dia, plus storage heater diganti dengan panel heater).

Dan setelah nunggu akhirnya tanggal 26 Januari 2015 kami sudah punya dua meter system yang punya dua tarif, day tariff (18.19 p/kwh) dan night tariff (9.74 p/kwh) yang hanya berlaku 8 jam dari 23.30 GMT (00.30 BST) sampai 7.30 GMT (8.30 BST).

Langsung saja kami berstrategi untuk menyeimbangkan pemakaian listrik karena jam berlaku itu. Mesin cuci, boiler, oven dan kadang-kadang masak dan setrika sebelum jam malam berakhir pagi harinya.

Selain tarif tersebut, ada juga standing charge semacam abonemen yang dihitung per hari, tarif untuk standard economy (quarterly on demand and paper bills)  27.41 p/day.  Lihat-lihat lagi tarif scottish hydro lagi, ternyata bisa paperless bill dan metode autodebet dengan menghitung estimasi pemakain selama setahun dan nanti biaya tagihan flat akan langsung diambil dari tabungan per bulan. Dan tarif dengan melakukan tersebut (monthly autodebet and paperless bills), standing charge nya menjadi ‘hanya’ 14.79 p/day.

Lalu bagaimana hasilnya? Mari kita lihat..

1. Kami masih terkena tarif lama dari 3 Desember 2014 sampai 26 Januari 2015, tagihan nya £ 157 (pfiuh…), dengan pemakaian meter sebanyak 736 Kwh standard dan 1 Kwh heating control.  Artinya kalau dijadikan 3 bulan sampai 5 Maret 2015, tagihan baru bisa melewati tagihan sebelumnya (£ 234) .

736 x 19.43 p/kwh = £ 143

1 x 9.81 p/kwh = £ 0.9

53 days x 26 p/day = £ 14

2. Tanggal 26 Februari lalu (30 hari pemakaian), saya cek meter dan mendapatkan pemakaian day nya 318 Kwh dan night 233 Kwh. Jadi totalnya perhitungan kami adalah £ 85.

318 x 18.19 p/kwh = £ 58

233 x 9.74 p/kwh = £ 22.6

30 days x 14.79 = £ 4.4

Day Meter

Day Meter

Night Meter

Night Meter

Well, masih belum sesuai target, tapi setidaknya sudah lumayan ada distribusi antara day dan night nya, plus kondisi winter Dec – Feb pemakaian heater lagi banyak (tapi masih aja dingin sekarang hehe). Kalau ditarik pemakaian meter baru sampai minggu 1 Maret 2015, kami yakin totalnya tidak akan lebih £ 120. Artinya sudah ada penghematan £ 157 – £ 120 = £ 37 selama 1.5 bulan atau kurang lebih £ 25 per bulan. Sangat lumayan bukan?  🙂

Transfer Uang Luar Negeri

Saya membagi tulisan ini jadi dua, transfer dari Indonesia ke Luar Negeri, dan transfer dari Luar Negeri ke Indonesia.

Transfer ke Luar Negeri

Tulisan yang sangat lengkap tentang transfer dari Indonesia untuk digunakan di luar negeri (terutama UK), ditulis oleh seorang teman dalam blognya. Meskipun data yang digunakan October 2013, tulisan tersebut saya pikir masih valid. Saya hanya merangkum yang utama dan menambahkan beberapa hal yang lain. Pilihan di bawah diluar membawa cash sendiri ke luar negeri.

1. Western Union (WU)

Ini adalah cara yang paling murah, agen WU juga banyak di Indonesia maupun di luar negeri. Biaya transfernya menurut pengalaman teman tersebut:

– Rp 100 ribu – 1 juta: Rp 45.000
– Rp 2 – 10 juta: Rp 90.000
– Rp 11 – 20an juta: Rp 180.000
– Rp 30an – 49 juta: Rp 360.000
– Rp 50 juta: Rp 720.000

Minusnya, uang transferan harus diambil manual ke agen WU, tidak masuk langsung ke rekening bank. Mekanismenya, waktu ngirim uang, si pengirim memberikan nama kepada siapa uangnya dikirim, lalu akan diberikan kode. Kode ini lalu diberitahu ke si penerima. Waktu ngambil uang si penerima membawa kartu identitas (passport atau yang lainnya) dan menyebutkan kodenya. Proses transfernya real time, jadi saat si pengirim selesai urusannya di agen saat itu juga si penerima sudah bisa mengambil di negara tujuan

2. Ambil Cash BCA

Ini adalah untuk kasus dimana membawa ATM BCA ke luar negeri, dan mengambilnya dari mesin ATM disana, Pengalaman orang di UK, dikenakan biaya Rp 25,000 per penarikan. Saya pernah juga menarik ATM BCA dari Australia. Triknya jangan lakukan beberapa penarikan untuk memperkecil biaya penarikan. Berapa maksimum penarikan? Saya tidak punya pengalaman, mungkin sesuai jumlah maksimum  penarikan ATM BCA.

3. Ambil Cash Mandiri atau Kartu berlogo Visa/MasterCard

Mirip dengan yang kedua, namun ini menggunakan ATM logo Visa/MasterCard yang lebih mahal dibanding BCA/Cirrus. Ada pengalaman di UK, jika ATM BCA pada hari yang sama kursnya Rp 18,739 per £1 sedangkan Visa Rp 19,500 per £1. Beberapa bilang bahwa BCA lebih murah karena rate yang digunakan adalaha Cirrus, bukan Visa/Mastercard yang memang jauh lebih tinggi.

4. Transfer Bank to Bank

Ini adalah case yang khusus, dimana calon penerima tidak mau mengambil Uang melalui WU, alias uang harus langsung masuk ke rekening Banknya. Biayanya cukup besar, pengalaman saya transfer dari rekening Mandiri (Indonesia) ke UK (Barclays) kena biaya hampir Rp 400,000 untuk nominal transfer kurang lebih Rp 31 juta. Plus ada waktu tunggu sekitar 3 hari kerja untuk memastikan sampainya. Kursnya tentu mengikuti kurs bank yang bersangkutan.

Sebenarnya bank to bank cukup bersaing dari sisi biaya transfer dibandingkan WU, namun faktor real-time nya masih kalah walaupun WU lebih ribet. Namun dari sisi kurs, beberapa opini membandingkan kurs WU lebih bagus dari bank umum.

Transfer dari Luar Negeri

Lalu, bagaimana jika sebaliknya dari luar negeri ke Indonesia? Pilihan di bawah diluar membawa cash sendiri dari luar negeri ke Indonesia.

1. Western Union (WU)

Lagi-lagi, cara ini bisa diterapkan sebaliknya untuk transfer dari luar negeri ke Indonesia.

2. Ambil ATM luar negeri di Indonesia

Pengalaman saya, rekening UK ketika digunakan untuk menarik non-UK terkena charge 2.5% dari nilai yang diambil (transaksi). Jika mengambil £100 (sekitar Rp 1.9 juta), maka kena fee £2.5 (sekitar Rp 50 ribu). Fee-nya lumayan, tentu bukan opsi yang menarik.

3. Transfer dari Bank ke Bank

Saya pernah mencoba (hanya simulasi) dari bank account UK, bahwa biaya transfernya sendiri sekitar 5% dari uang yang akan ditransfer. Bayangkan jika yang ditransfer misal £1,000 (sekitar Rp 19 juta) maka biaya transfer nya saja £50 alias sekitar Rp 0.9 juta. Jelas ini makin buruk dan bukanlah opsi untuk dipilih.

4. Paypal

Terinspirasi dari pengalaman teman yang studi di Amerika tahun lalu, dia menggunakan paypal untuk transfer dari Amerika ke Indonesia. Sebelumnya dia memang sudah punya account Paypal Indonesia, dimana rekening bank Indonesia didaftarkan untuk menerima tarikan dari account Paypal Indonesia. Kemudian, dia mendaftar account Paypal US dimana rekening bank US didaftarkan di account Paypal US. Maka, dia bisa transfer dari Paypal US (narik rekening bank US) ke Paypal Indonesia, lalu dipindahkan dari Paypal Indonesia ke rekening bank Indonesia. Pengalaman dia, transfer senilai $600, fee transfernya hanya $3. Lalu dari Paypal Indonesia ke bank lokal Indonesia gratis kalau nariknya diatas Rp 1,5 jt. Minusnya, transfer Paypal Indonesia ke rekening bank lokal Indonesia membutuhkan waktu dua hari.

Sekarang, saya melakukan percobaan (simulasi) dengan cara sejenis menggunakan Paypal UK dan Paypal Indonesia. Transfer £150, dan fee nya HANYA £0.75 alias o.5% (saya mencoba 100 juga 0.5% fee). Murah bukan?  Sayangnya, maksimum transfer hanya £150. Saya tidak tahu apakah itu kebijakan dari Paypal UK nya (kebijakan bank UK memang ketat, contohnya bahkan untuk setor tunai di Bank dibatasi maksimum £4,000). Saya belum pernah mencoba triknya, tapi mungkin bisa disiasati dengan melakukan beberapa kali transfer Paypal £150 tersebut karena fee nya akan tetap % nya.

Screenshot_2015-01-08-17-24-25                Screenshot_2015-01-08-17-34-35

Lalu, kenapa opsi Paypal tidak digunakan sebaliknya? Ternyata ketika saya coba dari Paypal Indonesia ke Paypal UK, fee transfer nya mencapai £34.2 (3.4%) untuk transfer £1,000 (batas maksimum sesuai limit Credit Card, jangan lupa tarik tunai pakai CC kena biaya juga di tagihannya). Jika Paypal UK bisa di daftarkan dengan rekening tabungan bank UK, Paypal Indonesia harus ada pembedaan; untuk transaksi menggunakan CC, sedangkan tarik saldo Paypal menggunakan rekening tabungan. Mungkin karena kebijakan Bank UK dimana rekening tabungan bank bisa negatif (utang) yang dikenal dengan Bank Overdraft.

5. Orbitremit

Ada cara lain selain Paypal, yakni melalui Orbitremit. Saya belum pernah mencoba, tapi untuk transfer sampai maksimum £9,900 dari UK ke Indonesia biaya transfer ‘hanya’ £5. Sangat murah menurut saya kalau transfernya jumlah besar, dan tidak perlu trik-trik model Paypal. Tapi kalau transfer jumlah sedikit (di bawah £1,000), Paypal lebih menarik.

Update: Saya sudah mencoba Orbitremit, ternyata dibatasi maksimal senilai Rp 50 juta masuk ke Indonesia (katanya sesuai peraturan Indonesia). Lumayan cepat, total sekitar 2 hari (48 jam) atau kurang sudah masuk ke rekening bank di Indonesia. Jadi Orbitremit sudah punya rekening Bank Indonesia (yang masuk ke rekening saya via Orbitremit rekening BSM).  Semua dilakukan dan dipantau online. Kurs lumayan kompetitif, meskipun tampaknya tidak setinggi kurs beli di Indonesia (asal tidak di Airport). Oiya, transfer pertama gratis biaya kirim.

Kesimpulan: Orbitremit dan Paypal tergantung jumlah yang ditransfer. Namun kalau masih bisa bawa langsung hard cash, ini mungkin tetap opsi terbaik untuk kelas ‘receh’.

Jika merasa bermanfaat dengan artikel ini, silahkan apresiasi dengan mengikuti program referral dari orbitremit saya, daftar orbitremit melalui link ini. Terima kasih. 🙂