Triandika Weblog Rotating Header Image

February, 2015:

Weekend: Inverness dan Aviemore

Inverness adalah capital city untuk Council Highland, sebuah kawasan di ujung utara-barat UK (Aberdeen di ujung utara-timur). Dari Aberdeen menempuh perjalanan 3 jam bus atau 2.5 jam train. Karena daerah utara, maka Inverness juga dingin, seperti halnya Aberdeen. Bedanya, pada bulan Januari lalu Inverness salju lumayan tebal, sedangkan Aberdeen lebih banyak angin sehingga salju turun tidak rutin sehingga tidak banyak timbunan salju.

Family Snow

Nah, karena alasan salju lah kami jalan-jalan weekend ke Inverness. Butuh persiapan seminggu sebelumnya untuk booking transportasi dan 1 malam hotel, alhamdulillah masih dapat harga ‘bersaing’. Perginya pakai train Scotrail) Jum’at pagi bertiga £12.8 dan pulangnya Sabtu malam (Megabus) bertiga £3 (iya bener £1 per orang :D).

Sengaja beda transportasi supaya bisa mencoba, meskipun paginya bisa dapat £1  juga atau malamnya bisa dapat £12.8 juga. Khusus untuk train, kami juga memesan plus bus ticket bertiga tambah £4.5 dimana pada hari jum’at nya bisa dipakai putar-putar kota Inverness sampai puas (kalau tiket harian bus £3.5, jadi lebih murah plus bus 🙂 ).

Karena pertimbangan transportasi dalam kota itulah, maka hari pertama kami fokus ke dalam kota Inverness. Apa yang menarik disana?

1. Inverness Castle

Well, sebenarnya ini bukan castle dimana ada show room atau visitor room. Karena castle yang ada di tengah kota Inverness ini sekarang adalah kantor Polisi. Ketika saya ‘protes’ di Visitor centre, mereka malah jawab justru orang sini kalau pergi ke castle Inverness artinya bermasalah :).

Inverness Castle

2. Inverness Museum and Art Gallery

If you want to know the history of highland’s story including its culture, you definitely need to go to this museum, just behind the Inverness Castle. You will get in touch with some clothes, and gaelic language (there is about 6% Highland’s people speak gaelic now). You should also come to Inverness’s visitor centre, just next to the museum. They are very helpful. If you haven’t known what to do in Inverness, go to them. You better ask them first if you want to, for example step on ‘river ness’s small island’, cause sometimes it’s closed.

Diatas adalah review saya tentang museum tersebut di Tripadvisor. Meskipun kecil, museumnya menarik ada sentuhan personalnya.

3. Visitor Centre

I like their idea to put which countries visitors are originally from on the world map. They are helpful. You better stop by here if you don’t know yet what to do in Inverness.

Diatas adalah review saya di Tripadvisor juga, menyambung dari review tentang museum sebelumnya.

4. Market and City Centre

Belum ke sebuah kota kalau belum ke Market, katanya. Tidak sebesar market di Aberdeen (jangan bayangkan market seperti di Indonesia ya.. 🙂 ), namun ada beberapa yang jual pernik-pernik Highland disana. Nah..souvenir ini yang penting kan hehe. Market persis di depan train station, dimana tidak jauh sebelah train station ada bus station. Di City centre semacam Promenade juga, jadi nyaman buat jalan kaki.

5. Ice Centre, Botanical Garden, and Whin Park

Ini yang sebenarnya menarik, Ice Centre yang bisa Ice Skating di Inverness buka sepanjang tahun. Tapi..karena dipakai oleh atlet profesional maka buka untuk publiknya hanya beberapa jam dalam seminggu. Jadi mending cek website atau telepon langsung (kami ‘kecele’ karena pas tutup hihi).

Ice Centre berada di area olahraga, termasuk ada Botanical Garden disana. Masuk FREE, ini penting :D. Agak ke belakang botanical garden ada Whin Park yang juga free. Whin Park ini semacam playground untuk anak-anak. Ada sungai kecil dan dipinggi River Ness juga. Sangat cocok buat anak-anak plus orang tua bisa foto-foto :).

Lalu pada hari kedua (terakhir), agendanya adalah pagi ke Loch Ness dan siangnya ke Aviemore. Inverness kotanya kecil, sehingga dari hotel ke Bus Station kami jalan pagi, hemat dan sehat :D.

Loch Ness

Malam sebelumnya sudah beli tiket online Citylink supaya lebih murah, Inverness ke Loch Ness sekitar 30 menit. Target kami setengah hari di Loch Ness dan siangnya ke Aviemore. Di Loch Ness (Loch = Danau), terdapat Urquhart Castle yang bagus, tapi bayar. Jadi kami cukup lihat dari atas saja karena hanya sebentar disini, dan Safa asyik sekali buat Snowman (alasan supaya ga masuk castle hehe).

Safa Mini Snowman

Oiya, Loch Ness yang pintu masuk Urquhart Castle ini in the middle of nowhere. Jadi jangan berharap ada gubuk kopi atau bahkan restoran. Tempat makan terdekat 15 menit jalan kaki, terdapat Loch Ness Exhibition Centre yang bagus juga disana. Kami yang awalnya browsing mau kesana dikira dekat akhirnya tak jadi karena jauh dari berhentinya bus. Maklum ga pakai mobil :D.

Urquart Castle

Kalau ada rezeki waktu lebih, boleh juga mencoba Loch Ness Cruise, bisa mudah di browsing. Jadwalnya siang, jadi ga match juga dengan jadwal kami (baca: alasan :D). Tapi mungkin lebih tepat memang bawa mobil sendiri kesana, bisa sekalian dari Inverness-Loch Ness-Oban dan Fort William.  Jika dilanjutkan bisa mutar lagi lewat Glasgow-Dundee baru Aberdeen. Sounds good.. 🙂

Aviemore

Tujuan kami sebenarnya ingin ke Cairngorm, gunung yang juga terdapat ski-resort. Maksud utama adalah mencoba train khusus ke area ski, yakni funicular railway. Namun ternyata jadwalnya sangat mepet plus ada ketemuan dengan teman di Aviemore akhirnya kami tidak jadi mencoba funicular. Well, ini jadi justifikasi baru untuk kesana lagi nanti hehe.

Jadi kami praktis hanya makan siang dan main salju di Aviemore. Alhamdulillah ada area di depan hotel yang bisa buat seluncur, dan Safa suka sekali. Saking semangat guling-guling seluncur, akhirnya dipinjami papan seluncur oleh orang lain hehe. Tidak lupa, coba-coba buat snowman yang jadi obsesi Safa. Lumayan 1 mini snowman masing2 di Loch Ness dan Aviemore :).

Sled

Safa and Snow

Building Mini Snowman

Oiya, dari Inverness ke Aviemore kami naik train. Cuma 30 menit tapi lebih mahal karena baru beli malam sebelumnya. Di Aviemore saljunya lebih tebal dari Inverness, karena memang Aviemore adalah kota untuk naik ke kawasan Cairngorm. Kotanya kecil mirip kecamatan kalau di Indonesia, tapi mungkin karena Cairngorm jadi station nya lumayan besar.

Makanan Halal

Kalau jalan-jalan, mencari makanan halal adalah tantangan tersendiri. Namun dengan bantuan Google Map sekarang, hal itu jadi lebih mudah. Di google map Inverness, tinggal ketik Inverness halal food store maka akan akan muncul di lengkap dengan lokasinya.

Walaupun Inverness kota kecil, untungnya masih ada food stores disana. Sayangnya, sebagian besar (atau selalu) makanan halal yang ada adalah kebab atau fast food (fish/chicken and chips) dan buka nya sore-malam hari. Jadi untuk yang hanya weekend get-away seperti ini, bawa nasi cukup dari rumah bisa membantu jadi nanti tinggal beli lauknya.

Strategi yang paling akhir lainnya adalah beli makanan vegetarian atau fish di resto/store umum (seperti di Aviemore, kami makan di Resto Australia di train station). Lagi-lagi tidak ada nasi disana. Jadi kalau untuk jalan berhari-hari, ada baiknya membawa rice cooker sedangkan berasnya bisa beli banyak di stores umum. Maklum orang Indonesia kalau tidak makan nasi apalagi sampai berhari-hari kurang lengkap. 🙂

Hal-hal menarik selama di Aberdeen

Beberapa hal yang menarik alias unik selama di Aberdeen. Jangan hanya dilihat enaknya ya, tentu ada juga ga enaknya tantangannya yang jadi pelajaran hidup di luar negeri bagi kami.

Harga bahan makanan 

Memang banyak bahan makanan lebih mahal dari yang di Indonesia, tapi ada beberapa makanan yang justru lebih murah. Misalnya beras, ternyata ada beras kualitas paling rendah disini yang setara kualitas menengah di Indonesia (IR-64) harganya ternyata hanya £0.4 per Kg atau hari ini sekitar Rp 8,000 per Kg. Sedang Indonesia yang negara agraris, kualitas menengah setidaknya di pasar diatas Rp 10,000 per Kg.  Beras itu disini impor, khusus beras long-grain tersebut katanya dari Thailand namun sudah dalam bentuk bungkusan UK ketika di store. Praktis kami ga pernah merasa khawatir karena beras melimpah di rumah 😀

Selain beras, beberapa makanan lain yang lebih murah: roti tawar, keju, susu dan produk turunannya. Tentu karena memang produksi susu lebih melimpah disini dibanding di Indonesia (relatif terhadap jumlah penduduk). Lalu, ada makanan yang harganya hampir mirip di Indonesia, contohnya daging sapi. Kalau di Indonesia daging sapi terasa mahal (diatas Rp 100 ribu per Kg), disini ga ada bedanya atau terasa ‘murah’ karena juga sekitar £6 per Kg.

Oiya, sama seperti di Indonesia, stores disini juga ada murah di sisi satu dan mahal di barang lainnya.  Kecuali demi makanan halal, kami selalu selektif jenis bahan makanan apa beli dimana. Alhamdulillah, flat cukup dekat dengan beberapa stores. Selama 3 bulan pertama, kami sudah punya list perbandingan harga bahan-bahan makanan di beberapa stores. Bukan hanya karena harus hemat, tapi kerasa lebih ‘menantang’ kalau nemu ada barang lebih murah di store tertentu :).

Barang charities shop

Kalau dibilang ini adalah godaan bagi para ‘kelas bawah’ disini. Jika ‘kelas atas’ godaannya mungkin belanja barang-barang baru di stores ternama, maka charities shop menawarkan barang-barang second yang masih sangat layak pakai dengan harga murah (sesuai kondisi dan brand harganya). Para donatur menyerahkan barang-barang tersebut dengan gratis, sedangkan charities shop mengumpulkan dana hasil penjualan untuk kegiatan sosial mereka. Macam-macam kegiatan tergantung charities-nya, mulai save children sampai save cat (beneran misinya menyelamatkan kucing terlantar :D).

Menarik idenya, dan ketika jalan ke kota-kota lain UK pun banyak charities shop. Dulu waktu 2010 saya tidak tahu karena hanya turis 2 minggu, tidak benar-benar menyelami kehidupan disini.  Tapi kalau ide ini diterapkan di Indonesia mungkin masih belum berjalan. Harga baju baru Tanah Abang sudah murah, plus bisnis pakaian bekas yang juga merajalela. Kalau kata teman ada satu lagi, di Indonesia rawan penyakit kulit (maklum daerah panas) jadi ngeri kalau beli barang second :).

Kalau dulu tahu ternyata ada banyak peralatan second dan charities shop disini, tentu bawa barang dari Indonesia tidak perlu banyak-banyak. Mulai dari pakaian, jaket, tas, sepatu hingga mainan anak. Yang pasti celana mending bawa, karena kalaupun beli murah £1-3 tapi size atau panjang ga ada yang cocok, motong panjang bayar £10 :(. Sekarang kami cukup banyak barang dari charity shops, jadi bingung gimana bawa pulangnya nanti hehe.

Partisipasi survei untuk uang

Untuk mendapatkan uang tambahan, mahasiswa biasanya mencari kerja part-time. Karena beban kuliah yang lumayan (baca: sibuk plus main :p), maka makan uang beasiswa dan tabungan pilihan yang harus dilakukan. Namun bukan berarti tidak menutup peluang uang. Meskipun tidak besar, tapi cukup menarik karena tanpa banyak usaha dan sifatnya selingan, yakni ikut partisipasi dalam survei-survei yang sering diumumkan di intranet kampus, terutama untuk Program Psychology. Contohnya di bawah:

Would you like to participate in a psychology experiment?
We are interested in determining what affects response times to simple stimuli.You will be asked to press buttons on a computer in response to a simple stimulus. The experiment will last approximately 30mins and you will be compensated £5 for your time.
This experiment has been reviewed and approved by the School of Psychology ethics committee.
Lumayan, hanya 0.5 jam (lebih cepat/lambat sama aja bayarnya hehe) dapat £5. Pernah ada survei yang dialokasikan 1 jam untuk £10, tapi saya kerjakan hanya 45 menit kurang. Ada juga workshop dapat voucher Amazon £20 hanya chit-chat 45 menit :p. Oiya, disini rata-rata waitress atau store-boy/lady dapat £6-7 per jam. Survei lumayan kan? Tapi memang survei ini tidak bisa dipastikan alias hanya sesekali. Pernah dalam satu bulan bisa dapat lebih £50, Alhamdulillah.
two-time

Jalan sehabis survei 🙂